Sabtu, 29 Maret 2014

NABI DIMANDIKAN

Selanjutnya yang bertindak memandikan Nabi ialah keluarganya yang dekat. Yang pertama sekali Ali bin Abi Talib, lalu ‘Abbas bin ‘Abd’l-Muttalib serta kedua putranya, Fadzl dan Qutham serta Usama bin Zaid. Usama bin Zaid dan Syuqran, pembantu Nabi. bertindak menuangkan air sedang Ali yang memandikannya berikut baju yang dipakanya. Mereka tidak mau melepaskan baju itu dari (badan) Nabi. Dalam pada itu mereka juga mendapatkan Nabi begitu harum, sehingga Ali berkata : Demi ibu-bapaku! Alangkah harumnya engkau di waktu hidup dan di waktu mati.”
Karena itu juga beberapa Orientalis ada yang berpendapat, bahwa bau harum itu disebabkan Nabi selama hidupnya biasa memakai wangi-wangian. Ia menganggap wangi-wangian itu sudah menjadi barang kesukaannya dalam kehidupan dunia ini.
Selesai dimandikan dengan mengenakan baju yang dipakainya itu, Nabi dikafani dengan tiga lapis pakaian : dua Shuhari (Shuhari dari Shuhar nama sebuah desa di Yaman. Juga dikatakan dari kata shuhra, yakni warna merah muda) dan satu pakaian jenis burd hibara dengan sekali dilipatkan. Selesai penyelenggaraan dengan cara demikian, jenazah dibiarkan di tempatnya. Pintu-pintu kemudian dibuka untuk memberikan kesempatan kepada kaum Muslimin, yang memasuki tempat itu dari jurusan mesjid, untuk mengelilingi serta melepaskan pandangan perpisahan dan memberikan doa selawat kepada Nabi. Kemudian mereka keluar lagi dengan membawa perasaan duka dan kepahitan yang dalam sekali, yang sangat menekan hati.
Ruangan itu telah menjadi penuh kembali tatkala kemudian Abu Bakr dan Umar masuk melakukan sholat bersama-sama Muslimin yang lain, tanpa ada yang bertindak selaku imam dalam sholat itu. Setelah orang duduk kembali dan keadaan jadi sunyi, Abu Bakr berkata :
“Salam kepadamu ya Rasulullah, beserta rahmat dan berkah Tuhan (Assalamu’alaika, ya Rasulullah wa rahmatullahi wa barakatuhu). Kami bersaksi, bahwa Nabi dan Rasulullah telah menyampaikan risalah Tuhan, telah berjuang di jalan Allah sampai Tuhan memberikan pertolongan untuk kemenangan agama. Ia telah menunaikan janjinya, dan menyuruh orang menyembah hanya kepada Allah tidak bersekutu.”

PERPISAHAN DENGAN JENAZAH YANG SUCI
Pada setiap kata yang diucapkan oleh Abu Bakr disambut oleh Muslimin dengan penuh syahdu dan khusyu : Amin! Amin!
Selesai bagian laki-laki melakukan sholat, setelah mereka keluar, masuk pula kaum wanita, dan setelah mereka, kemudian masuk pula anak anak. Semua mereka itu, masing-masing membawa hati yang pedih, perasaan duka dan sedih menekan kalbu, karena mereka harus berpisah dengan Rasulullah, penutup para nabi.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 586-587.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar