Minggu, 09 Maret 2014

DEMAM KERAS

Pada hari-hari pertama ia jatuh sakit, demamnya sudah terasa makin keras, sehingga ia merasa seolah seperti dibakar. Sungguhpun begitu, ketika demamnya menurun ia pergi berjalan ke mesjid untuk memimpin sholat. Hal ini dilakukannya selama berhari-hari. Tapi tidak lebih dari sholat saja. Ia sudah tidak kuat duduk bercakap-cakap dengan sahabat-sahabatnya. Namun begitu apa yang dibisikkan orang bahwa dia menunjuk anak yang masih muda belia di atas kaum Muhajirin dan Anshar yang terkemuka untuk menyerang Rumawi, terdengar juga oleh Nabi. Meskipun dari hari ke hari sakitnya bertambah juga, tapi dengan adanya bisik-bisik demikian itu rasanya perlu ia bicara dan berpesan kepada mereka. Dalam hal ini ia berkata kepada istri-istri dan keluarganya :
“Tuangkan kepadaku tujuh kirbat air dari pelbagai sumur, supaya aku dapat menemui mereka dan berpesan kepada mereka.”

PERGI KE MESJID
Lalu dibawakan air dari beberapa sumur, dan setelah oleh istri-istrinya ia didudukkan di dalam pasu kepunyaan Hafsha, ketujuh kirbat air itu disiramkan kepadanya. Kemudian katanya : Cukup. Cukup.
Lalu ia mengenakan pakaian kembali, dan dengan berikat kepala ia pergi ke mesjid. Setelah duduk di atas mimbar, ia mengucapkan puji dan syukur kepada Allah, kemudian mendoakan dan memintakan ampunan buat sahabat-sahabatnya yang telah gugur di Uhud. Banyak sekali ia mendoakan mereka itu. Kemudian katanya :
Saudara-saudara. Laksanakanlah keberangkatan Usama itu. Demi hidupku. Kalau kamu telah berbicara tentang kepemimpinannya, tentang kepemimpinan ayahnya dulu pun juga kamu telah berbicara. Dia sudah pantas memegang pimpinan, seperti ayahnya dulu juga pantas memegang pimpinan.”
Muhammad diam sebentar. Sementara itu orang-orang juga diam, tiada yang bicara. Kemudian ta meneruskan berkata lagi :
“Seorang hamba Allah oleh Tuhan telah disuruh memilih antara di dunia ini atau di sisi-Nya. maka ia memilih di sisi Tuhan.”
Muhammad diam lagi, dan orang-orang juga diam tidak bergerak. Tetapi Abu Bakr segera mengerti, bahwa yang dimaksud oleh Nabi dengan kata-kata terakhir itu adalah dirinya. Dengan perasaannya yang sangat lembut dan besarnya persahabatannya dengan Nabi, ia tak dapat menahan air mata dan menangis sambil berkata :
“Tidak, Bahkan tuan akan kami tebus dengan jiwa kami dan anak-anak kami.”
Kuatir rasa terharu Abu Bakr ini akan menular kepada yang lain, Muhammad memberi isyarat kepadanya :
“Sabarlah, Abu Bakr.”
Kemudian dimintanya supaya semua pintu yang menuju ke mesjid ditutup, kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Setelah semua pintu ditutup, katanya lagi :
“Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Kalau ada dari hamha Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu Bakrlah khalilku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ialah dalam iman, sampai tiba saatnya Tuhan mempertemukan kita.”
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 566-567.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar