Rabu, 12 Februari 2014

Pengumpulan Qur’an Masa Pemerintahan Abu Bakr (3)

Yang Menghimpun Qur‘an di Bawah Bimbingan Nabi
Sedang Zaid bin Sabit membaca Qur’an semua di bawah bimbingan Rasulullah. Dalam (Sahih) Bukhari dan Muslim, Anas bin Malik berkata : “Yang mengumpulkan Qur’an pada masa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam empat orang, semua dari Ansar : Ubai bin Ka’b, Muadz bin Jabal, Zaid bin Sabit dan Abu Zaid.” Ucapan Anas itu tidak berarti bahwa pada masa Nabi hanya empat orang itu saja yang hafal Qur’an, tak ada yang lain. Qurtubi mengatakan : “Sudah dapat dipastikan melalui pelbagai jalan yang mutawatir bahwa Qur ‘an sudah dikumpulkan oleh Usman, oleh Ali, oleh Tamim ad-Dari, Ubadah bin Shamit dan Abdullah bin Amr bin As. Kata Anas : Yang mengumpulkan Qur’an hanya empat orang, kemungkinan bahwa Qur’an yang dikumpulkan dan di bawah bimbingan Rasulullah sendiri hanya oleh keempat orang itu, dan sebagian besar yang lain ada yang belajar dari Nabi dan ada pula dari yang lain. Sumber-sumber itu memperlihatkan bahwa keempat Imam itu mengumpulkan Qur’an pada masa Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam karena mereka memang sudah lebih dulu dalam Islam serta karena penghargaan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam kepada mereka.”
Sumber-sumber lama yang mutawatir menyebutkan bahwa Rasulullah telah membacakan Qur’an di depan Malaikat Jibril sekali setahun. Pada tahun Rasulullah akan wafat membacakannya dua kali. Waktu diperlihatkan pada tahun akan wafat itu Abdullah bin Abbas mengetahui mana dari Qur ‘an itu yang dihapus dan mana yang diganti.
Sejarah hidup Nabi sendiri dapat memperkuat segala sumber yang kita kemukakan ini. Dari sana kita lihat apa yang diceritakan tentang islamnya Umar bin Khattab sepuluh tahun atau sekitar itu setelah kerasulan Muhammad. Perpecahan di kalangan penduduk Mekah yang ditibulkan oleh agama yang baru ini sehingga terpaksa mereka hijrah ke Abisinia, sangat merisaukan hati Umar. Dia berpikir-pikir akan membunuh Muhammad supaya masyarakat Kuraisy kembali bersatu. Setelah ia mendengar dari Nu’aim bin Abdullah bahwa Fatimah adik Umar sendiri dan suaminya Sa’id bin Zaid sudah masuk Islam, ia pergi dan mendatangi rumah mereka. Ketika itu ia mendengar ada suara orang membaca Qur’an. Keduanya dipukul keras-keras oleh Umar hingga saudara perempuannya itu terluka. Dia menyesali perbuatannya. Mushaf yang mereka baca itu dimintanya, dan yang terlihat Surah Ta Ha. Setelah dibacanya, ia terpesona melihat isinya yang tak mungkin dapat ditiru, baik keindahan atau keagungan seruannya. Ia pergi kepada Muhammad dan menyatakan masuk Islam di hadapannya.
Lembaran yang merekam Surah Ta Ha itu bukan satu-satunya dari sekian banyak lembaran yang sudah beredar; di tangan penduduk Mekah yang sudah masuk Islam ada beberapa surah lain dari Qur’an yang sudah dicatat. Sesudah Umar masuk Islam Rasulullah masih tinggal tiga belas tahun di tengah-tengah Muslimin Mekah dan Medinah. Sementara itu ia berkata kepada sahabat-sahabatnya :
“Jangan menuliskan sesuatu tentang aku, selain Qur ‘an. Barang siapa menuliskan itu selain Qur ‘an. hendaklah dihapus.”

Nas-nas Qur’an Memperkuat Pengumpulannya Berupa Surah-surah pada Masa Rasulullah
Wajar saja bila para sahabat menulis apa yang dapat mereka tulis dari Qur’an, untuk dibaca waktu shalat, untuk mengetahui hukum-hukum agama yang sudah mereka yakini. Di samping itu, yang juga menulisnya ialah mereka yang oleh Nabi dikirimkan kepada kabilah-kabilah untuk mengajarkan Qur’an dan pengetahuan tentang seluk-beluk agama. Mereka tidak menulis ayat-ayat yang terpotong-potong, melainkan surah-surah yang sudah bersambung-sambung yang diimlakan oleh Rasulullah. Nas-nas Qur’an memang memperkuat apa yang sudah disebutkan itu, di antaranya firman Allah :
“Hai orang yang berselimut! Bangunlah malam ini, yang hanya sebagian kecil. Separuhnya atau kurang dari itu sedikit. Atau lebihkanlah dan bacalah Qur‘an dengan perlahan, dengan nada berirama.” (Qur’an (73) : 1 – 4).
Ayat-ayat Muzzammil ini turun pada kurun waktu pertama kerasulan. Perintah kepada Nabi agar bangun malam-malam membaca Qur’an lebih dapat diterima bahwa ayat-ayat itu tidak berserakan tanpa beraturan, dan diperkuat pula oleh apa yang sudah kita kemukakan di atas bahwa mana-mana yang diwahyukan kepada Nabi itu bersambung dengan wahyu sebelumnya, wahyu itu disusulkan atau dimasukkan ke dalamnya, seperti yang mereka katakan bahwa ketika Allah mewahyukan kepadanya firman ini :
“Dan takutlah kamu ketika suatu hari kamu akan dikembalikan kepada Allah, kemudian kepada masing-masing pribadi dibayarkan apa yang mereka kerjakan, dan mereka tidak akan dirugikan.” (Quran (2) : 281). Jibril berkata kepada Nabi : “Muhammad, letakkan ini di pangkal ayat 280 Surah Baqarah.”
Dalam Qur’an sudah berulang-ulang dilukiskan bahwa Qur ‘an adalah Kitab. Surah Baqarah yang pertama sesudah Fatihah memulai dengan firman Allah :
“Alif Lam Mim. Inilah Kitab yang tiada diragukan, suatu petunjuk bagi mereka yang bertakwa.” (Qur’an (2) : 1 – 2)
Dalam berbagai Surah arti yang demikian ini banyak sekali disebutkan. Kitab ialah apa yang tertulis secara teratur. Sejak masa Nabi Qur’an sudah ditulis seperti sudah kita sebutkan di atas dari kata-kata Anas bin Malik dan sahabat-sahabat Rasulullah yang lain. Bahkan Zaid bin Sabit sendiri yang mengatakan sebagaimana sudah kita sebutkan : “Nabi Sallallahu ‘alaihi wasallam wafat Qur’an belum ada yang dikumpulkan.” Pernah ia berkata : “Kami di tempat Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menyusun Qur’an dari lempengan-lempengan.”, maksudnya menyusun ayat-ayat yang terpisah-pisah dalam surah-surah lain dikumpulkannya dengan petunjuk dari Rasulullah. Dalam shalat dan di luar shalat Rasulullah sering membaca surah-surah itu sepenuhnya, di antaranya Baqarah, Ali Imran, Nisa’, A’ raf, Jinn, Najm, Rahman. Qamar dan yang lain, Semua ini jelas menunjukkan bahwa susunan ayat-ayat dalam surah-surah itu sudah selesai menurut ketentuan dari Nabi, dan bahwa Nabi wafat pengumpulan itu sudah sempurna, sudah cukup diketahui oleh kaum Muslimin, sudah tertanam dalam hati para qari dan para penghafal Qur’ an.
Kalangan sahabat banyak kita lihat menyusun Qur‘an pada masa Nabi, empat di antaranya menyusunnya dengan diimla oleh Nabi sendiri. Kesepakatan para sejarawan itu memastikan bahwa susunan ayat-ayat dalam surah-surah itu sama dalam tiap jilid yang dikumpulkan sebelum Rasulullah wafat, dan dalam jilid-jilid yang dikumpulkan setelah Rasulullah wafat, sebelum Abu Bakr memerintahkan pengumpulan Quran itu. Adapun susunan surah-surah yang dimulai dari Fatihah, kemudian Baqarah, Ali Imran, Nisa’. Ma’idah dan berakhir dengan Nas, dan apa yang dikatakan bahwa Rasulullah menyerahkan semua itu atau sebagian kepada umatnya, memang ada perbedaan pendapat.
Jadi apa yang dimaksud oleh Abu Bakr dengan kata-katanya menjawab Umar ketika mengusulkan supaya menghimpun Qur’an : “Bagainiana aku akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah” Dalil-dalil apa yang telah membuka hati Abu Bakr, kemudian juga Zaid bin Sabit untuk mengumpulkan Qur’an dan menerima pendapat Umar?
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 322-326.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar