Minggu, 09 Februari 2014

‘AMIR BIN’T- TUFAIL

Dengan demikian negeri-negeri seperti Yaman, Mahra, Bahrain dan Yamama masuk Islam. Sudah tak ada lagi pihak yang akan mengadakan perlawanan kepada Muhammad kecuali sejumlah kecil, yang karena kecongkakannya malah berbuat dosa dan tertipu oleh golongannya sendiri, di antaranya ‘Amir hin’t-Tufail, yang pergi bersama-sama dengan perutusan Banu ‘Amir yang hendak berlindung di bawah bendera Islam. Tetapi setelah berhadapan dengan Nabi, ‘Amir menolak dan tidak mau menerima Islam. Ia ingin supaya ia dijadikan sekutu Nabi. Nabi masih berusaha meyakinkan supaya dia menerima Islam. Tetapi ia tetap menolak. Kemudian sambil keluar ia berkata : “Kota ini akan saya hujani dengan pasukan berkuda dan tentara untuk melawan kamu.”
Lalu kata Muhammad, “Allahumma ya Allah! Lindungi aku dari perbuatan ‘Amir bin’t Tufail .”
‘Amir pun lalu pergi hendak menuju kabilahnya. Tetapi di tengah perjalanan itu tiba-tiba ia terserang penyakit sampar di leher sampai ia menemui ajalnya ketika ia sedang berada di rumah seorang wanita dari Banu Salul. Ketika akan menemui ajalnya berulang-ulang ia berkata : “Oh Banu ‘Amir! Ini penyakit kelenjar seperti penyakit sendi pada unta dan mati pula di rumah wanita Banu Salul!”
Juga Arbad bin Qais, ia tidak mau menerima Islam, ia kembali ke Banu ‘Amir. Tetapi belum lama tinggal di tempat itu ia mati terbakar disambar petir, tatkala ia pergi naik unta yang akan dijualnya. Sungguhpun begitu. penolakan ‘Amir dan Arbad ini tidak mengalangi golongannya untuk masuk Islam. Yang lebih jahat lagi dari mereka itu semua ialah Musailima ibn Habib. Ia datang bersama-sama dengan perutusan Banu Hanifa dari Yamama. Oleh rombongan itu ia ditinggalkan di belakang dengan barang-barang, dan mereka pergi menemui Rasulullah. Ketika itulah mereka semua masuk Islam, dan oleh Nabi mereka diberi hadiah. Juga mereka menyebut-nyebut tentang Musailima, yang oleh Nabi kemudian juga diberi hadiah seperti mereka, dengan katanya : “Dia tidak lebih buruk kedudukannya di kalangan kamu”, yakni karena dia menjagakan barang-barang teman-temannya. Tetapi mendengar kata-kata itu dari mereka Musailima lalu mendakwakan dirinya Nabi, dan menduga bahwa Tuhan mempersekutukannya dengan Muhammad dalam kenabian itu.
Kepada masyarakat golongannya ia bersajak*) dan menggunakan kata-kata dengan mencoba-coba hendak meniru-niru Quran : “Tuhan memberikan kenikmatan kepada yang bunting. Yang mengeluarkan nyawa bergerak. Dan antara kulit bawah dengan isi lambung.”**)
Musailima menghalalkan minuman keras dan perzinaan dan membebaskan golongannya dari sholat. Ia aktif sekali mengajak orang supaya mempercayainya. Selain mereka ini orang-orang Arab dari segenap pelosok jazirah datang berduyun-duyun menyambut agama Allah, dipimpin oleh orang-orang terpandang dan terhormat semacam ‘Adi bin Hatim dan ‘Amir bin Ma’di Karib. Raja-raja Himyar juga telah mengutus orang membawa surat kepada Nahi menyatakan din mereka masuk Islam. Nabi pun menetapkan dan berkirim pula surat kepada mereka mengenai hak dan kewajiban mereka menurut syariat Allah.
Sesudah Islam tersebar di bagian selatan semenanjung, Muhammad mengutus orang-orang yang mula-mula dalam Islam supaya dapat mengajarkan hukum dan memperdalam dan menguatkan agama mereka.
Kita tidak akan lama-lama berbenti pada masalah perutusan orang-orang Arab kepada Nabi itu seperti yang biasa dilakukan oleh penulis-penulis dahulu, sebab masalahnya hampir sama, mereka semua bernaung di bawah bendera Islam. Ibn Sa’d dalam At-Tabaqat’l-Kubra telah mengkhususkan 50 halaman besar mengenai perutusan-perutusan Arab ini saja kepada Rasul. Kiranya cukup di sini kita menyebutkan nama-nama kabilah dan anak-kabilah yang punya perutusan. Utusan-utusan itu datang dari : Muzaina, Asad, Tamim, ‘Abs, Fazara, Murra, Tha’laba, Muharib, Sa’d bin Bakr, Kilab Ru’as Kilab, ‘Uqail bin Ka’b, Ja’da, Qusyair bin Ka’b, Banu’l-Bakka’, Kinana, Asyja’, Bahila, Sulaim, Hilal bin ‘Amir, ‘Amir bin Sha’ sha’a dan Thaqif. Utusan-utusan Rabi’a datang dari ‘Abd’l-Qais, Bakr bin Wa’il, Taghlib, Hanifa dan Syaiban. Dari Yaman datang utusan-utusan : Tayy, Khaulan, Ju’fi, Shuda’, Murad, Zubaid, Kinda, Shadil, Khusyain, Sa’d Hudhail, Bali, Bahra’, Udhra, Salaman, Juhaina, Kalb, Jarm, Azd, Ghassan Harith bin Ka’b, Hamdan, Sa’d’l-Asyira ‘Ans, Dar, Raha’ [dari daerah Madhhij], Ghamid, Nakha’. Khath’am, Asy’ari. Hadzramaut, Azd ‘Uman, Ghafiq, Bariq, Daus, Thumala, Hudan, Aslam, Judham, Muhra, Himyar, Najran dan Jaisyah. Demikian seterusnya, tiada sebuah kabilah atau anak-kabilah di Semenanjung itu yang tidak masuk Islam, kecuali yang sudah kita sebutkan di atas. Demikian juga orang orang musyrik penduduk jazirah itu, mereka berlomba-lomba masuk Islam, dan dengan sendirinya meninggalkan penyembahan berhala. Sekarang seluruh tanah Arab sudah bersih dari berhala-berhala dengan segala penyembahannya. Sesudah perjalanan ke Tabuk, selesailah semua itu secara sukarela dan atas kemauan sendiri, tanpa bersusah payah atau pertumpahan darah.
Sekanang apa yang dilakukan pihak Yahudi dan pihak Nasrani terhadap Muhammad, dan apa pula yang dilakukan Muhammad terhadap mereka?

Catatan :
*) Dari kata bahasa Arab saj’an = bicara dengan kata-kata dengan persamaan bunyi akhir kata seperti pada syair tanpa matera’, dan ‘saj’ juga berarti mantera dukun. Sebaliknya susunan kata-kata dalam Qur’an lidak termasuk saja’ karena tidak terikat pada asonansi, juga bukan prosa. Dalam pengertian bahasa Indonesia yang umum, kata “sajak” sering berarti “puisi” atau “syair”.
**) Dalam bahasa aslinya tersusun dalam bentuk sjaka akhir.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 537-539.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar