Selasa, 21 Januari 2014

ISLAMNYA ‘URWA BIN MAS’UD

Setelah kejadian Hunain, selama Nabi memimpin ekspedisi ke Ta’if, ‘Urwa bin Mas’ud salah seorang pemimpin Thaqif yang tinggal di kota tersebut — sedang tak ada di tempat. Ia sedang pergi ke Yaman. Bilamana kemudian ia kembali ke daerahnya dan melihat Nabi mendapat kemenangan di Tabuk dan sudah kembali ke Mdinah. Ia pun segera menyatakan dirinya masuk Islam serta memperlihatkan betapa besar hasratnya ingin mengajak masyarakatnya juga masuk Islam. ‘Urwa bukan tidak mengenal Muhammad dan kebesarannya. Dia termasuk salah seorang yang pernah ikut berunding mewakili Quraisy dalam perdamaian Hudaibiya. Setelah ‘Urwa masuk Islam dan Nabi mengetahui hasratnya hendak pergi mengajak golongannya menerima agama ini yang sudah juga dianutnya, Nabi yang sudah pula mengetahui betapa bangga dan kerasnya fanatik orang-orang Thaqif itu terhadap Lat berhala mereka, diingatkannya ‘Urwa dengan katanya : “Mereka akan membunuh engkau.”
Tetapi ‘Urwa yang merasa kedudukannya cukup kuat di tengah-tengah golongannya itu sebaliknya berkata :
“Rasulullah, mereka mencintai saya lebih daripada mencintai mata mereka sendiri.”
Kemudian ‘Urwa pergi hendak mengajak golongannya itu menganut Islam. Mereka berunding sesama mereka dan tidak memberikan sesuatu pendapat kepadanya. Keesokan harinya pagi-pagi ia pergi ke ruangan atas rumahnya, ia mengajak orang sholat. Tepat sekalilah firasat Rasulullah waktu itu. Masyarakatnya itu sudah tak dapat menahan hati. Ia dikepung lalu dihujani panah dari segenap penjuru, dan sebatang anak panah telah dapat pula menewaskannya. Keluarga ‘Urwa yang berada di sekelilingnya jadi gelisah. Kata ‘Urwa ketika sedang mengembuskan nafas terakhir :
“Suatu kehormatan telah diberikan Tuhan kepadaku, suatu kesaksian oleh Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami ini sama seperti yang dialami para syuhada yang berjuang di samping Rasulullah s.a.w. — sebelum meninggalkan kita.”
Kemudian dimintanya supaya ia dikuburkan bersama-sama para syuhada. Oleh keluarganya ia pun dikuburkan bersama-sama mereka.
Tetapi nyatanya darah ‘Urwa tidak sia-sia mengalir. Kabilah-kabilah yang berada di sekitar Taif semuanya sudah masuk Islam. Di sini mereka menyadari bahwa apa yang telah diperbuat Thaqif terhadap pemimpin itu adalah suatu dosa besar. Akibat perbuatan itu Thaqif menyadari juga, bahwa mereka merasa tidak tenang. Setiap ada orang keluar dari kalangan mereka pasti tertangkap. Sekarang mereka yakin, bahwa bila tidak diadakan suatu perdamaian atau semacam gencatan senjata, pasti nasib mereka akan hilang tak ada artinya. Segera mereka mengadakan perundingan dengan sesama mereka. Mereka mengusulkan kepada pemimpin mereka [‘Abd Yalail] supaya ia berangkat menemui Nabi dan mengusulkan suatu perdamaian Thaqif.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 520-521.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar