Senin, 16 Desember 2013

UTUSAN KABILAH -KABILAH KEPADA NABI

Karena pengaruh itu jugalah, maka kabilah-kabilah mulai berdatangan kepada Nabi dan menyatakan kesetiaanya. Dari kabilah Tayy datang pula utusan dipimpin oleh ketuanya sendiri Zaid al-Khail. Setelah mereka ini tiba, Nabi pun menyambut mereka dengan baik sekali. Ketika terjadi pembicaraan dengan Zaid, Nabi berkata :
“Setiap ada orang dari kalangan Arab yang digambarkan beliau kemudian orang itu datang kepadaku, ternyata ia kurang daripada apa yang digambarkan orang, kecuali Zaid al-Khail ini. Ia melebihi daripada apa yang digambarkan orang.
Lalu ia dinamainya ‘Zaid al-Khair’ (‘Zaid yang baik’) bukan Zaid al-Khail’ (Zaid si kuda)(diberi julukan demikian, konon karena dia terkenal sebagai penunggang kuda yang mahir.). Kabilah Tayy kemudian masuk Islam termasuk Zaid sendiri sebagai pemimpinnya.
Kemudian ‘Adi bin Hatim at-Ta’iy. Ia seorang Nasrani, dan sangat benci kepada Muhammad. Setelah melihat keadaan Muhammad dan Muslimin di jazirah Arab, ia pergi dengan untanya, membawa keluarga dan anaknya hendak bergabung dengan orang-orang seagama dari kalangan Nasrani di Syam. Larinya Adi ini ialah ketika Nabi mengutus Ali
bin Abi Talib supaya menghancurkan berhala Tayy. Setelah berhala itu oleh Ali dihancurkan, Ia membawa rampasan dan tawanan perang, di antaranya putri Hatim — saudara ‘Adi — yang telah ditahan dalam sebuih tempat berpagar di pintu masuk mesjid, tempat tawanan-tawanan perang dikurung. Tatkala Nabi lewat di tempat itu, ia menghampirinya dan berkata :
“Rasulullah, ayah saya sudah meninggal, sedang penopang saya sudah menghilang. Bermurah hatilah kepadaku, mudah-mudahan Tuhan akan memberi kurnia kepadamu.”
Setelah diketahui bahwa penopangnya itu ‘Adi bin Hatim, yang telah melarikan diri dari Tuhan dan Rasul, Nabi memalingkan muka dari dia. Tetapi perempuan itu memintanya meninjau kembali. Lalu teringat oleh Nabi, betapa pemurahnya ayah mereka dulu pada zaman jahiliah sehingga dapat mengangkat nama jazirah itu. Kemudian diperintahkannya supaya wanita itu dibebaskan. Ia diberi pakaian yang bagus-bagus dan diberinya pula belanja, lalu diberangkatkan dengan rombongan pertama yang berangkat ke Syam. Bila kemudian ia bertemu dengan saudaranya (‘Adi) dan diceritakannya betapa Muhammad menghormatinya dan bermurah hati kepadanya, ia pun kembali dan menerjunkan diri ke dalam barisan Muslimin.
Demikian juga pemuka-pemuka kabilah yang lain berdatangan kepada Muhammad setelah pembebasan Mekah dan kemenangan di Hunain serta pengepungan Ta’if — mereka hendak mengakui risalahnya dan menerima Islam; sementara ketika itu ia tinggal di Medinah, mereka lega dengan adanya pertolongan Tuhan dan kehidupan yang agak tenteram itu.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 490-491.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar