Sabtu, 14 Desember 2013

KEMBALI KE MEDINAH

MUHAMMAD kembali ke Medinah selesai ia membebaskan Mekah dan setelah mendapat kemenangan di Hunain dan mengepung Ta’if. Dalam hati orang Arab semua sudah nyata dan yakin, bahwa tak ada yang dapat menandinginya di seluruh jazirah, juga sudah tak ada lagi lidah yang mau mengganggu atau mencelanya. Pihak Anshar dan Muhajirin semua merasa gembira sekali karena Tuhan telah membukakan jalan kepada Nabi membebaskan negeri tempat Mesjid Suci. Mereka gembira karena penduduk Mekah telah beroleh hidayah dengan menganut Islam, dan orang-orang Arab — dengan kabilahnya yang beraneka ragam itu telah tunduk dan taat kepada agama ini.

BANAT SU’AD
Untuk sekadar menikmati adanya ketenangan hidup. mereka semua kembali ke Medinah setelah Muhammad menunjuk ‘Attab bin Asid untuk Mekah di samping Mu’adh bin Jabal guna mengajar orang memperdalam agama dan mengajarkan Quran. Kemenangan yang belum ada taranya dalam sejarah Arab ini telah menimbuikan kesan yang dalam sekali di dalam hati orang-orang Arab itu semua, juga dalam hati pembesar-pembesar dan bangsawan-hangsawan yang samasekali tidak membayangkan, bahwa pada suatu hari mereka akan tunduk kepada Muhammad atau akan menerima agamanya sebagai agama mereka; dalam hati penyair-penyair, yang bicara atas nama bangsawan-bangsawan dengan sekadar mendapatkan simpati dan dukungan sebagai imbalan, atau sekadar mendapatkan bantuan dan dukungan kabilah-kabilah; dalam hati kabilah-kabilah di pedalaman, yang biasanya tidak mau menukarkan kebebasannya dengan apa pun, atau akan terbayang dalam pikirannya, bahwa mereka akan tergabung dalam satu panji di luar panji mereka sendiri yang khusus atau akan bersedia mati untuk semua itu dalam suatu peperangan sampai habis samasekali. Para penyair dengan sajak-sajaknya, kaum bangsawan dengan kebangsawanannya dan kabilah-kabilah yang mau mempertahankan kepribadiannya, apa artinya semua itu dalam berhadapan dengan kekuatan yang berada di luar kodrat alam itu, tiada dapat dibendung oleh suatu kekuatan, tiada suatu kekuasaan dapat mengalanginya.
Begitu besarnya pengaruh itu dalam hati orang-orang Arab, sehingga Bujair ibn Zuhair menulis surat kepada saudaranya, Ka’b, setelah Nabi meninggalkan Ta’if. Ia mengatakan, bahwa Muhammad di Mekah telah menjatuhkan hukuman mati kepada orang-orang yang dulu pernah mengejek dan mengganggunya, dan penyair-penyair yang masih ada, mereka melarikan diri tak tentu arahnya. Dinasehatinya saudaranya itu, supaya segera datang kepada Nabi di Medinah. Ia tidak pernah menghukum orang yang datang kepadanya menyatakan penyesalannya; atau orang menyelamatkan diri dengan ke mana saja ia mau pergi.
Apa yang diceritakan Bujair itu memang benar. Tak ada orang yang terbunuh di Mekah atas perintah Muhammad kecuali empat orang saja, di antaranya seorang penyair yang sangat mengganggu Nabi dengan ejekan-ejekannya, dua orang yang telah menyakiti Zainab putrinya, ketika dengan izin suaminya ia pergi hijrah dan Mekah hendak menyusul ayahnya. Ka’b yakin bahwa apa yang dikatakan saudaranya itu benar, dan kalau dia tidak mau menemui Muhammad ia akan hidup dalam petualang. Oleh karena itu cepat-cepat ia datang ke Medinah dan menumpang di rumah seorang kawan lama. Keesokan harinya pagi-pagi ia datang ke mesjid, ia meminta suaka kepada Nabi kemudian ia membacakan sajak.*)
Berpisah dengan Su’ad
Hatiku kini merana karena cinta
Tergila-gila mengikutinya, terpukau
Tiada lagi ada belenggu.


Nabi kemudian memaafkannya dan setelah itu dia menjadi orang Islam yang baik.

Catatan :
Ka’b ibn Zuhair seorang penyair kenamaan. hidup dalam masa paganisma dan Islam. Ayahnya. Zuhair bin Ahi Sulma, salah seorang penyair Muallaqat. Sajak ini panjang. dan terkenal sekali, dimulai dengan melukiskan kekasihnya, Su’ad. Kemudian dilukiskannya betapa kagumnya ia kepada Rasul, yang baru dijumpainya itu, karena telah memaafkannya. Padahal sebelum itu, dengan sajak-sajaknya ia mengejek dan memaki-makinya. Di samping itu Rasul bahkan membuka mantelnya (burda) dan diberikannya kepada Ka’b. Serangkum puisi yang indah ini sebenarnya hidup sampai sekarang dengan beberapa adaptasi, antara lain melalui Bushiri dan penyair Ahmad Syauqi (1868-1932), penyair Mesir kenamaan, dan yang juga dijadikan tema dalam beberapa komposisi musik Mesir kontemporer.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 488-490.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar