Minggu, 17 November 2013

Hubbillah

Hubbillah, mencintai Allah mengatasai segala cinta.
Jiwa yang ridlo kepada Allah sebagai Robb, akan meletakkan cinta kepada-Nya diatas segala-galanya. Cinta kepada-Nya semata artinya berkurban buat Dia belaka, bukan buat yang lainnya.
Ibrahim a.s. rela mengurbankan anak satu-satunya itu untuk memenuhi amar Illahi. Ismail a.s. rela mengurbankan dirinya, rela melepaskan nyawanya tatkala Tuhan memanggilnya; berpisah jasmani dengan rohani untuk memenuhi panggilan Illahi.
Memenuhi tugas dengan penuh cinta, melayani perjuangan dengan penuh hati dan budi, kecintaan dan pengurbanan menumbuhkan kegairahan, kegemberiaan berjuang dan harapan berjuang. Mukmin mencintai Tuhannya berdasarkan harap dan percaya. Harap dan percaya hendak melihat wajah dan menghadap Tuhan Allah s.w.t. mencintai Allah dan Rasul-Nya dan mencintai perjuangan pada jalan-Nya lebih dari mencintai apa juga yang ada ini, itulah lukisan jiwa Mukmin yang sejati.
“Katakanlah !!! Jika adalah bapak-bapak kamu dan anak-anak kamu dan saudara-saudara kamu, istri-istri kamu dan keluarga kamu dan harta benda yang kamu kumpulkan dan perdagangan yang kamu takuti ruginya, dan tempat tinggal yang kamu senangi, jika semuanya itu lebih kamu cintai daripada mencintai Allah dan Rasul-Nya dan berjuang pada jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah menurunkan siksa-Nya, karena Allah tidak akan memberikan pimpinan kepada kaum yang fasik”. (QS. At-Taubah : 24)
Mahabbah kepada Allah menuntun kita supaya menghadapi manusia dengan perasaan cinta dan kasih sayang. Mukmin yang mendasarkan amalnya kepada Hubbillah, cinta kepada Allah akan mencintai masyarakat ramai dengan sepenuh hati dan budi. Bukan pertentangan dan perlawanan kelas, tetapi cinta dan kasih sayang. Bukan perpecahan, pertentangan yang dibentangkan dalam masyarakat, tetapi tali kasih sayang dan cinta.
TALI KASIH SAYANG ialah pedoman yang harus dijadikan pegangan bagi setiap Mukmin dalam menjalankan tugasnya dalam masyarakat. #570

Tidak ada komentar:

Posting Komentar