Sabtu, 24 Agustus 2013

KESAN MU’TA YANG BERBEDA-BEDA

DI BAWAH pimpinan Khalid bin’l-Walid pasukan Muslimin kini kembali pulang setelah terjadi peristiwa Mu’ta itu. Mereka kembali tidak membawa kemenangan, juga tidak membawa kekalahan. Mereka kembali pulang dengan senang hati.
Penarikan mundur ini — setelah Zaid bin Haritha, Ja’far bin Abi Talib dan Abdullah bin Rawaha tewas telah meninggalkan kesan yang berlain-lainan sekali pada pihak Rumawi, pada pihak Muslimin yang tinggal di Medinah dan pada pihak Quraisy di Mekah. Rumawi merasa gembira sekali dengan penarikan mundur pasukan Muslimin itu. Mereka sudah merasa bersyukur, sebab pertempuran itu tidak sampai berlangsung lama, meskipun tentara Rumawi terdiri dari seratus ribu menurut satu sumber, atau dua ratus ribu menurut sumber yang lain, — sementara pasukan Muslimin terdiri dari tiga ribu orang. Kegembiraan pihak Rumawi itu — baik disebabkan oleh ketangkasan Khalid bin’l-Walid dalam bertahan mati-matian dengan kekuatannya dalam mengadakan serangan, sehingga ia menghabiskan sembilan pedang yang patah di tangannya ketika bertempur setelah tewasnya tiga sahabatnya itu, atau disebabkan oleh kecerdikannya dalam mengatur dan membagi-bagi pasukannya pada hari kedua dan yang telah menimbulkan hiruk-pikuk sehingga pihak Rumawi mengira bahwa bala bantuan telah didatangkan dari Medinah — namun kabilah-kabilah Arab yang tinggal di perbatasan dengan Syam sangat kagum sekali melihat tindakan Muslimin ketika itu.
Karena peristiwa itu pula salah seorang pemimpin mereka [Farwa bin ‘Amr al-Judhami, seorang komandan pasukan Rumawi] langsung menyatakan diri masuk Islam. Akan tetapi, atas perintah Heraklius dia kemudian ditangkap dengan tuduhan berkhianat. Sungguhpun begitu Heraklius masih bersedia membebaskannya kembali asal saja ia mau kembali ke dalam pangkuan agama Nasrani, bahkan ia bersedia mengembalikannya pada jabatan semula sebagai komandan pasukan. Tetapi Farwa menolak dan tetap menolak dengan tetap bertahan dalam keislamannya, sehingga akhirnya ia dibunuh juga. Tetapi karena itu pula Islam makin luas tersebar di kalangan kabilah-kabilah Najd yang berbatasan dengan Irak dan Syam. Ketika itu di sana Rumawi sedang berada dalam puncak kekuasaannya.
------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 448-449.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar