Senin, 20 Mei 2013

WAHYU MEMBEBASKAN AISYAH

Setelah Muhammad terjaga, ia duduk kembali, dengan bercucuran keringat. Sambil menyeka keringat dari dahi ia berkata : “Gembirakanlah hatimu, Aisyah! Tuhan telah membebaskan kau dari tuduhan.”
“Alhamdulillah”, kata Aisyah.
Kemudian Muhammad pergi ke mesjid, dan membacakan ayat-ayat berikut ini kepada kaum Muslimin : “Mereka yang datang membawa berita bohong itu sebenarnya dari golonganmu juga. Jangan kamu mengira ini suatu bencana buat kamu, tetapi sebaliknya, suatu kebaikan juga buat kamu. Setiap orang dari mereka itu akan mendapat ganjaran hukum atas dosa yang mereka perbuat. Dan orang yang mengetuai penyiarannya di antara mereka itu akan mendapat sikas yang berat. Mengapa orang-orang beriman —laki-laki dan perempuan— ketika mendengar berita itu, tidak berprasangka baik terhadap sesama mereka sendiri dan mengatakan: ini adalah suatu berita bohong yang nyata sekali? Mengapa dalam hal ini mereka tidak membawa empat orang saksi. Kalau, mereka tak dapat membawa saksi-saksi itu, maka mereka itu di sisi Allah adalah orang-orang pendusta. Dan sekiranya bukan karena kemurahan Tuhan dan kasih-sayang-Nya juga kepadamu — di dunia dan di akhirat — niscaya siksa Allah yang besar akan menimpa kamu, karena fitnah yang kamu lakukan itu. Tatkala kamu menerima berita itu dari mulut ke mulut, dan kamu katakan pula dengan mulut kamu sendiri apa yang tidak kamu ketahui dengan pasti, dan kamu mengiranya hanya soal kecil saja, padahal pada Allah itu adalah perkara besar. Dan tatkala kamu mendengarnya, mengapa tidak kamu katakan saja: tidak sepatutnya kami membicarakan masalah ini. Maha Suci Tuhan. Ini adalah kebohongan besar. Allah memperingatkan kamu, jangan sekali-kali hal serupa itu akan terulang, jika kamu memang orang-orang yang beriman. Allah menjelaskan keterangan-keterangan itu kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. Mereka yang suka melihat tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, akan mengalami siksaan pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS 24 : 11-19)
Dalam hubungan ini pula datangnya ketentuan hukuman terhadap orang yang melemparkan tuduhan buta kepada kaum wanita yang baik-baik.
“Dan mereka yang melemparkan tuduhan keji kepada wanita-wanita yang baik-baik, lalu mereka tak dapat membawa empat orang saksi, maka deralah mereka dengan delapan puluh kali pukulan, dan jangan sekali-kali menerima lagi kesaksian mereka itu. Mereka itu adalah orang-orang yang jahat.” (QS 24 : 4)
Untuk melaksanakan ketentuan Quran, mereka yang telah menyebarkan berita keji itu — Mistah bin Uthatha, Hassan bin Thabit dan Hamna binti Jahsy, masing-masing mendapat hukuman dera delapan puluh kali.
Sekarang kembali Aisyah seperti dalam keadaannya semula, dalam rumah-tangga dan dalam hati Muhammad.
Sebagai komentar atas peristiwa ini Sir William Muir menyebutkan sebagai berikut : “Sejarah Aisyah, baik sebelum atau sesudah peristiwa itu mengharuskan kita mengambil keputusan yang pasti bahwa dia adalah bersih dari segala tuduhan itu dan mengharuskan kita pula untuk tidak ragu-ragu lagi menggugurkan segala macam prasangka terhadap dirinya.”

MAAF YANG SUNGGUH INDAH
Akan tetapi sesudah itu pun Hassan bin Thabit kembali diterima dan mendapat kasih-sayang Muhammad lagi. Demikian juga Muhammad minta kepada Abu Bakar, supaya jangan mengurangi kasih-sayang kepada Mistah seperti yang sudah-sudah. Sejak itu selesailah peristiwa itu tidak lagi meninggalkan bekas di seluruh Medinah. Aisyah pun cepat pula sembuh dari sakitnya, lalu kembali ke rumahnya di tempat Rasul, dan kembali pula ke dalam hati Rasul, kembali dalam kedudukannya yang tinggi dalam hati sahabat-sahabatnya seluruh kaum Muslimin. Dengan demikian Nabi dapat kembali mengabdikan diri kepada ajarannya dan kepada pengarahan kaum Muslimin sebagai suatu persiapan guna menhadapi perjanjian Hudaibiya. Semoga Allah memberikan kemenangan yang nyata kepada umat Muslimin.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 384-386.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar