Senin, 27 Mei 2013

KEUTAMAAN MENANGIS (9)

Ibrahim bin Abdurrahman bin ‘Auf menceriterakan : Ketika Abdurrahman bin ‘Auf menghadapi makanan untuk berbuka puasa, tiba-tiba ia berkata : Mush’ab bin Umair seorang sahabat yang jauh lebih baik daripadaku ketika terbunuh mati syahid, tidak didapatkan kafan untuknya, selain kain kemul jika ditutupkan kepala terbuka kakinya, dan bila ditutupkan kakinya terbuka kepalanya. Kemudian kini kami telah diberi kekayaan dunia yang seluas-luasnya, maka kami kuatir kalau-kalau amal kebaikan kami telah dibayar kontan di dunia (yang berarti sudah tidak akan dapat lagi di akherat) kemudian Abdurrahman menangis dan meninggalkan makanan yang dihidangkan itu. (HR. Buchary).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 395-396.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar