Sabtu, 06 April 2013

PERANG QURAIZA

Jadi, jangan membiarkan ekor ular yang sudah dipotong. Atas perbuatannya itu Banu Quraiza harus dibasmi. Dalam hal ini Nabi s.a.w. memerintahkan supaya diserukan kepada segenap orang, yakni : Barangsiapa yang tetap setia, bersembahyang Asar supaya dilakukan di perkampungan Banu Quraiza. Lalu Ali diberangkatkan lebih dulu dengan membawa bendera ke tempat itu. Sungguhpun pihak Muslimin sudah begitu payah akibat pengepungan Quraisy dan Ohatafan yang cukup lama, namun mereka segera bergegas ke medan perang lagi. Mereka yakin bahwa mereka akan mendapat kemenangan. Mèmang benar, bahwa Banu Quraiza tinggal dalam benteng-benteng yang begitu kukuh seperti perbentengan Banu Nadzir, tetapi kendatipun benteng-benteng itu dapat melindungi mereka, namun mereka tidak akan dapat tahan menghadapi pihak Muslimin. Persediaan bahan makanan kini berada di tangan penduduk Medinah, setelah pihak Ahzab meninggalkan tempat tersebut. Oleh karena itu, pihak Muslimin pun dengan perasaan gembira bergegas pula berangkat di belakang Ali, menuju ke tempat Banu Quraiza.
Ternyata mereka itu — juga Huyayy bin Akhtab dan Banu Nadzir adi di tempat itu — melemparkan kata-kata yang tidak senonoh dialamatkan kepada Muhammad. Mereka mendustakannya dan memakinya serta mau mencemarkan nama baik istrinya. Setelah kekalahan pasukan Ahzah di Medinah, seolah mereka memang sudah merasakan apa yang akan terjadi terhadap diri mereka.
Ketika Rasul kemudian sampai ke tempat itu Ali segera menemuinya dan dimintanya supaya jangan ia mendekati perbentengan Yahudi itu.
“Kenapa?” tanya Muhammad. “Rupanya kau mendengar mereka memaki-maki aku.”
“Ya” jawab Ali.
“Kalau mereka melihat aku” kata Rasulullah, “tentu mereka tidak akan mengeluarkan kata-kata itu.”
Setelah berada dekat dari perbentengan itu mereka dipanggil-panggil :
“Hai, golongan kera. Tuhan sudah menghinakan kamu bukan, dan sudah menurunkan murka-Nya kepada kamu sekalian?!”
“Abu’l-Qasim”, kata mereka. “Tentu engkau bukan tidak mengetahui.”
Sepanjang hari itu kaum Muslimin terus berdatangan ke tempat Banu Quraiza, sehingga mereka dapat berkumpul di sana. Kemudian Muhammad memerintahkan supaya tempat itu dikepung.
Pengepungan demikian itu terjadi selama dua puluh lima malam. Sementara itu terjadi pula beberapa kali bentrokan dengan saling melempar anak panah dan batu. Selama dalam kepungan itu Banu Quraiza samasekali tidak berani keluar dari kubu-kubu mereka. Setelah terasa lelah dan yakin pula bahwa mereka tidak akan dapat tertolong dari bencana dan mereka pasti akan jatuh ke tangan kaum Muslimin apabila masa pengepungan berjalan lama, maka mereka mengutus orang kepada Rasul dengan permintaaan “supaya mengirimkan Abu Lubaba kepada kami untuk kami mintai pendapatnya sehubungan dengan masalah kami ini.” Sebenarnya Abu Luhaha ini golongan Aus yang termasuk sahabat baik mereka.

MEMINTA PENDAPAT ABU LUBABA
Begitu mereka melihat kedatangan Abu Lubaba, mereka memberikan sambutan yang luar biasa. Kaum wanita.dan anak-anak segera meraung pula, menyambutnya dengan ratap tangis. Ia merasa iba sekali melihat mereka.
“Abu Lubaba”, kata mereka kemudian. “Apa kita harus tunduk kepada keputusan Muhammad?”
“Ya” jawabnya sambil memberi isyarat dengan tangan ke lehernya.
“Kalau tidak berarti potong leher.”
Beberapa buku sejarah Nabi mengatakan, bahwa Abu Lubaba merasa sangat menyesal sekali memberikan isyarat demikian itu.
Setelah Abu Lubaba pergi, Ka’b bin Asad menyarankan kepada mereka, supaya mereka mau menerima agama Muhammad dan menjadi orang Islam. Mereka serta harta-benda dan anak-anak mereka akan hidup lebih aman. Tetapi saran itu ditolak oleh teman Ka’b : “Kami tidak akan meninggalkan ajaran Taurat, tidak akan menggantikannya dengan yang lain.”
Kemudian disarankannya lagi supaya kaum wanita dan anak-anak itu dibunuh saja, dan mereka boleh melawan Muhammad dan sahabat-sahahatnya dengan pedang terhunus tanpa meninggalkan suatu beban di belakang. Biar nanti Tuhan menentukan, kalah atau menang melawan Muhammad. Kalau mereka hancur, tidak ada lagi turunan nanti yang akan dikuatirkan. Sebaliknya, kalau menang mereka akan memperoleh wanita-wanita dan anak-anak lagi.
“Kasihan kita membunuhi mereka. Apa artinya hidup tanpa mereka itu.”
“Kalau begitu tak ada jalan lain kita harus tunduk kepada keputusan Muhammad. Kita sudah mendengar, apa sebenarnya yang sedang menunggu kita.” Demikian kata Ka’b kemudian kepada mereka.
Mereka sekarang berunding antara sesama mereka.
“Nasib mereka tidak akan lebih buruk dari Banu Nadzir”, kata salah seorang dari mereka. “Wakil-wakil mereka dari kalangan Aus akan membela. Kalau mereka mengusulkan supaya mereka dibolehkan pergi ke Adhri’at di wilayah Syam, tentu terpaksa Muhammad mengabulkan.”
Banu Quraiza mengirimkan utusan kepada Muhammad dengan menyarankan bahwa mereka akan pergi ke Adhri’at dengan meninggalkan harta-benda mereka. Tetapi ternyata usul ini ditolak. Mereka harus tunduk kepada keputusan. Dalam hal ini mereka lalu mengirim orang kepada Aus dengan pesan : Tuan-tuan hendaknya dapat membantu saudara-saudaramu ini; seperti yang pernah dilakukan oleh Khazraj  terhadap saudara-saudaranya.
Sebuah rombongan dari kalangan Aus segera berangkat hendak menemui Muhammad.
“Ya Rasulullah”, kata mereka memulai, “dapatkah permintaan kawan-kawan sepersekutuan  kami itu dikabulkan seperti permintaan kawan-kawan sepersekutuan Khazraj dulu yang juga sudah dikabulkan.”
“Saudara-saudara dari Aus”, kata Muhammad, “dapatkah kamu menerima kalau kuminta salah seorang dari kamu menengahi dengan teman-teman sepersekutuanmu itu?”
“Tentu sekali”, jawab mereka.
“Kalau begitu”, katanya lagi, “katakan kepada mereka memilih siapa saja yang mereka kehendaki.”

KEPUTUSAN SA’D BIN MU’ADH
Dalam hal ini pihak Yahudi lalu memilih Sa’d bin Mu’adh. Mata mereka seolah-olah sudah tertutup dari nasib yang sudah ditentukan mereka itu, sehingga mereka samasekali lupa akan kedatangan Sa’d tatkala pertama kali mereka melanggar penjanjian, lalu diberi peringatan juga tatkala mereka memaki-maki Muhammad di depannya serta mencerca kaum Muslimin tidak pada tempatnya.
Sa’d lalu membuat persetujuan dengan kedua belah pihak itu. Masing-masing hendaknya dapat menerima keputusan yang akan diambilnya. Setelah persetujuan demikian diberikan, kepada Banu Quraiza diperintahkan supaya turun dan meletakkan senjata. Keputusan ini mereka laksanakan. Seterusnya Sa’d memutuskan, supaya mereka yang terjun melakukan kejahatan perang dijatuhi hukuman mati, harta-henda dibagi wanita dan anak-anak supaya ditawan.
Mendengar keputusan itu Muhammad berkata :
“Demi yang menguasai diriku. Keputusanmu itu diterima oleh Tuhan dan oleh orang-orang beriman, dan dengan itu aku diperintahkan.”
Sesudah itu ia keluar ke sebuah pasar di Medinah, Diperintahkannya supaya digali beberapa buah parit di tempat itu. Orang-orang Yahudi itu dibawa dan di sana leher mereka dipenggal, dan di dalam parit-parit itu mereka dikuburkan. Sebenarnya Banu Quraiza tidak menduga akan menerima hukuman demikian dari Sa’d bin Mu’adh teman sepersekutuannya itu. Bahkan tadinya mereka mengira ia akan bertindak seperti Abdullah bin Ubayy terhadap Banu Qainuqa’. Mungkin teringat oleh Sa’d, bahwa kalau pihak Ahzab yang menang karena pengkhianatan Banu Ouraiza itu, kaum Muslimin pasti akan dikikis habis, akan dibunuh dan dianiaya. Maka balasannya seperti yang sedang mengancam kaum Muslimin sendiri.
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 355-358.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar