Jumat, 12 April 2013

MEMBAGI HARTA BENDA BANU QURUIZA

Kaum wanita, anak-anak serta harta-benda Banu Quraiza oleh Nabi dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin, setelah seperlimanya dikeluarkan. Setiap seorang dari pasukan berkuda mendapat dua pucuk panah, untuk kudanya sepucuk panah. Prajurit yang berjalan kaki mendapat sepucuk panah. Jumlah kuda dalam peristiwa Quraiza itu sebanyak tiga puluh enam ekor.
Setelah itu, Sa’d bin Zaid kemudian mengirimkan tawanan-tawanan Banu Quraiza itu ke Najd. Dengan demikian dibelinya beberapa ekor kuda dan senjata untuk lebih memperkuat angkatan perang Muslimin.
Raihana adalah salah seorang tawanan Banu Quraiza. Ia jatuh menjadi bagian Muhammad. Kepadanya ditawarkan kalau-kalau ia bersedia menjadi orang Islam. Tetapi ia tetap bertahan dengan agama Yahudinya. Juga ditawarkan kepadanya kalau-kalau ia mau dikawini. Tetapi dia menjawab : “Biar sajalah saya di bawah tuan. Ini akan lebih ringan buat saya, juga buat tuan.”
Barangkali juga, melekatnya ia kepada agama Yahudi dan penolakannya akan dikawin, berpangkal pada fanatisma kegolongan, serta sisa-sisa kebencian yang masih tertanam dalam hatinya terhadap kaum Muslimin dan terhadap Nabi. Tetapi tidak ada orang yang bicara tentang kecantikan Raihana seperti yang pernah disebut-sebut orang tentang Zainab binti Jahsy, sekalipun ada juga yang menyebutkan bahwa dia juga cantik. Buku-buku sejarah dalam hal ini berbeda-beda pendapat : Adakah ía juga menggunakan tabir seperti terhadap istri-istri Nabi, atau masih seperti wanita-wanita Arab umumnya pada waktu itu, yang memang tidak menggunakan tutup muka. Sampai pada waktu Raihana wafat di tempat Nabi, ia tetap sebagai miliknya.
Adanya serbuan Ahzab serta hukuman yang telah dijatuhkan kepada Banu Quraiza, telah memperkuat kedudukan Muslimin di Medinah. Orang-orang golongan munafik sudah samasekali tidak bersuara lagi. Semua masyarakat dan kabilah-kabilah Arab sudah mulai bicara tentang kekuatan dan kekuasaan Muslimin, di samping posisi dan kewibawaan Muhammad yang ada. Akan tetapi ajaran itu bukan hanya buat Medinah saja melainkan buat seluruh dunia. Jadi Nabi dan sahabat-sahabatnya masih harus terus meratakan jalan dalam menjalankan perintah Allah, dalam mengajak orang menganut agama yang benar, dengan terus membendung setiap usaha yang hendak melanggarnya. Dan memang inilah yang mereka lakukan.
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 361.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar