Senin, 08 April 2013

KEULETAN ORANG-ORANG YAHUDI DALAM PERANG

Keuletan orang-orang Yahudi menghadapi maut dapat kita lihat dalam percakapan Huyayy bin Akhtab ini ketika ia dihadapkan untuk menjalani hukuman potong leher. Nabi telah menatapnya seraya berkata :
“Huyayy, bukankah Tuhan sudah membuat kau jadi hina?”
“Setiap orang merasakan kematian”, kata Huyayy. “Umurku juga tidak akan dapat kulampaui. Aku tidak akan menyalahkan diriku dalam memusuhimu ini.” Lalu ia menoleh kepada orang banyak sambil katanya lagi : “Saudara-saudara. Tidak apa kita menjalani perintah Tuhan, yang telah mentakdirkan kepada Banu Israil menghadapi perjuangan ini.”
Kemudian juga peristiwa yang terjadi dengan Zubari bin Bata dan Banu Quraiza. Ia pernah berjasa kepada Thabit bin Qais ketika terjadi perang Bu’ath, sebab ia telah membebaskannya dari tawanan musuh. Sekarang Thabit ingin membalas dengan tangannya sendiri budi orang itu, setelah Sa’d bin Mu’adh menjatuhkan keputusannya terhadap orang-orang Yahudi. Disampaikannya kepada Rasulullah tentang jasa Zubair kepadanya dulu dan ia mempertaruhkan diri minta persetujuannya akan menyelamatkan nyawa Zubair. Rasulullah mengabulkan permintaannya itu. Tetapi setelah Zubair mengetahui usaha Thabit itu ia berkata : “Orang yang sudah setua aku ini, tidak lagi ada istri, tidak lagi ada anak; buat apa lagi aku hidup?!”
Sekali lagi Thabit mempertaruhkan diri minta supaya istri dan anak-anaknya dibebaskan. Ini pun dikabulkan juga. Selanjutnya dimintanya supaya hartanya juga diselamatkan. Juga ini dikabulkan.
Setelah Zubair merasa puas tentang istri, anak dan hartanya itu, ia bertanya lagi tentang Ka’b bin Asad, tentang Huyayy bin Akhtab dan ‘Azzal bin Samu’al serta pemimpin-pemimpin Quraiza yang lain. Sesudah diketahuinya, bahwa mereka sudah menjalani hukuman mati, ia berkata : “Thabit, dengan budiku kepadamu itu aku minta, susulkanlah aku kepada mereka. Sesudah mereka tidak ada, juga tidak berguna aku hidup lagi. Aku sudah tidak betah hidup lama-lama lagi. Biarlah aku segera bertemu dengan orang-orang yang kucintai itu!”
Dengan demikian hukuman potong leher dijalankan juga atas permintaannya sendiri. Pada dasarnya dalam perang itu pihak Muslimin tidak akan membunuh wanita atau anak-anak. Tetapi pada waktu itu mereka sampai membunuh seorang wanita juga yang telah lebih dulu membunuh seorang Muslim dengan mempergunakan batu giling. Dalam hal ini Aisyah pernah berkata : “Tentang dia sungguh suatu hal yang aneh tidak pernah akan saya lupakan. Dia seorang orang yang periang dan banyak tertawa, padahal dia mengetahui akan dibunuh mati.”
Waktu itu ada empat orang pihak Yahudi yang masuk Islam. Mereka ini terhindar dari maut.
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 359-360.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar