Minggu, 10 Maret 2013

SAKARATULMAUT DENGAN TERSENYUM

Mu’adz dikenal ahli sedekah dan zuhud. Bahkan ada kisah yang menyebutkan bahwa ia tersenyum menyambut ajal. Seolah tahu akan mati. Mu’adz berdoa beberapa detik sebelum ia menghembuskan napasnya yang terakhir.
Mu’adz senantiasa menyeru manusia untuk mencapai ilmu dan berdzikir kepada Allah. Diserukannya mereka untuk mencari ilmu yang benar lagi bermanfaat, dan katanya, Waspadalah akan tergelincirnya orang yang berilmu. Dan kenalilah kebenaran itu dengan kebenaran pula, karena kebenaran itu mempunyai cahaya.
Menurut Mu’adz, ibadah itu hendaknya dilakukan dengan cermat dan jangan berlebihan. Muadz juga beranggapan, ilmu itu ialah mengenal dan beramal. katanya, “Pelajarilah segala ilmu yang kalian sukai, tetapi Allah tidak akan memberi kalian manfa’at dengan ilmu itu sebelum kalian mengamalkan lebih dulu!”

MENGGANTIKAN KHALIFAH
Sebelum ia meninggal dunia, Mu’adz pindah ke Syria, di mama ia tinggal bersama penduduk dan orang yang berkunjung ke sana sebagai guru dan ahli hukum. Dan talkala Abu Ubaidah — amir atau gubernur militer di sana — serta sahabat karib Mu’adz meninggal dunia, ia diangkat oleh khalilah Umar bin Khattab sebagai penggantinya di Syria.
Umar berkata, “Sekiranya saya mengangkat Mu’adz sebagai pengganti, lalu ditanya oleh Allah kenapa saya mengangkatnya, maka akan saya jawab : Saya dengar Nabi-Mu bersabda, “Bila ulama menghadap Allah Azza wa Jalla, pastilah Mu’adz akan berada di antara mereka!’”
Mengangkat sebagai pingganti yang dimaksud Umar di sini ialah penggantinnya sebagai khalifah bagi seluruh kaum muslimin, bukan kepala sesuatu negeri atau wilayah.
Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Umar pernah ditanyai orang : “Siapakah pengganti Anda. jika Anda ditetapkan pengganti Anda?”
Umar menjawab, “Seandainya Mu’adz bin Jabal masih hidup, tentua saya angkat ia sebagai kalifah, dan kemudian bila saya menghadap Allah Azza wa Jalla dan ditanya tentang pengangkatannya. siapa yang kamu angkat menjadi pemimpin bagi umat manusia, maka akan saya jawab : Saya angkat Mu’adz bin Jabal setelah mendengar Nabi bersabda : Mu’adz bin Jabal adalah pemimpin golongan ulama di hari kiamat.”

MENJELANG AJAL
Tetapi tak disangka hanya beberapa bulan memegang jabatan itu. Mu’adz meninggal dunia. Aneh, dalam sakaratulmaut, muncullah dari bavah sadarnya hakikat segala yang bernyawa ini, dan seandainya ia dapat berbicara akan mengalirlah dari lisannya kata-kata yang dapat menyimpulkan urusan dan kehidupannya.
Dan pada saat-saat itu, Mu’adz pun mengucapkan perkataan yang menyingkapkan dirinya sebagai seorang mukmin besar. Sambil matanya menatap ke arah langit, Mu’adz munajat kepada Allah yang Maha Pengasih, katanya, “Ya Allah, sesungguhnya selama ini aku takut kepada-Mu, tetapi hari ini aku mengharapkan-Mu. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa aku tidaklah mencintai dunna untuk mengalirkan air sungai atau menanam kayu-kayuan. Tetapi hanyalah untuk menutup haus di kala panas, dan menghadapi saat-saat yang gawat, serta untuk menambah ilmu pengetahuan keimanan dan ketaatan,” lalu diulurkanlah tangannya seolah-olah hendak bersalaman dengan maut.
Dan dalam keberangkatannya ke alam kubur masih sempat ia mengatakan, “Selamat dating wihai maut. Kekasih tiba di saat diperlukan.” Dan nyawa Mu’adz pun melayang menghadap Allah.
----------------------------------------------
Tabloid NURANI, 05/qie, Edisi 445 Tahun VIII Minggu IV Juli 2009, halaman 26

Tidak ada komentar:

Posting Komentar