Minggu, 31 Maret 2013

MEREKA YANG MENYERBU PARIT

Dari segi moril pihak Ahzab sudah merasa begitu tinggi, sehingga ada beberapa orang ksatria dari Quraisy yang sudah berani maju ke depan, seperti ‘Amr bin ‘Abd Wudd, ‘Ikrima bin Abi JahI dan Dzirar bin’l-Khattab. Mereka langsung menyerbu parit itu. Mereka menuju ke suatu bagian yang agak sempit. Dipacunya kuda mereka itu sehingga mereka dapat menyeberangi parit dan sampai di Sabkha yang terletak antara parit dengan bukit Sal’. Ketika itu juga Ali bin Abi Talib keluar dengan beberapa orang dari kalangan Muslimin, terus cepat-cepat merebut sebuah rongga dalam parit yang telah diserbu oleh pasukan berkuda mereka, Ketika itu ‘Amr bin Abd. Wudd memanggil-manggil :
“Siapa berani bertanding?!”
Setelah ajakannya itu disambut oleh Ali bin Abi Talib, ia berkata lagi dengan congkak sekali : “Oh kemenakanku! Aku tidak ingin membunuhmu.”
“Tapi aku ingin membunuh kau”, sahut Ali.
Kemudian duel itu terjadi, dan Ali berhasil membunuhnya. Saat itu juga pasukan berkuda pihak Ahzab lari kucar-kacir, sehingga mereka terbentur sekali lagi ke dalam parit sambil lari terus tanpa melihat ke kanan kiri lagi.
Tatkala matahari sudah terbenam, ketika itu datang pula Naufal bin Abdullah bin’l-Mughira dengan menunggang kudanya hendak menyeberangi parit itu, tapi saat itu juga ia mendapat pukulan hebat sehingga ia berikut kudanya itu mati dan hancur di tempat tersebut. Dalam hal ini Abu Sufyan menyampaikan tawaran hendak menebus mayat kawannya itu dengan seratus ekor unta. Tetapi ia oleh Nabi s.a.w. ditolak seraya berkata : “Ambillah mayat itu. Barang yang kotor tebusannya kotor juga.”
Dengan cara yang berlebih-lebihan pihak Ahzab sekarang mulai lagi hendak mengobarkan api permusuhannya dengan maksud menakut-nakuti dan melemahkan jiwa kaum Muslimin. Orang-orang Quraiza yang bersemangat mulai turun dari benteng-benteng dan kubu-kubu mereka. Mereka memasuki rumah-numah di Medinah yang terdekat pada mereka. Maksud mereka mau menakut-nakuti penduduk.

MUSLIMIN DIANGGAP ENTENG OLEH QURAIZA
Pada waktu itu Shafia binti Abd’l-Muttalib sedang berada dalam Fari’, benteng Hassan bin Thabit. Juga Hassan ketika itu di sana dengan kaum wanita dan anak-anak. Waktu itu ada seorang orang Yahudi yang mundar-mandir sekeliling benteng itu.
“Kaulihat bukan?” kata Shafia kepada Hassan, “Orang Yahudi itu mundar-mandir sekeliling benteng kita. Sungguh aku tidak mempercayainya. Ia akan menunjukkan rahasia kita kepada pihak Yahudi. Sedang Rasulullah dan sahabat-sahabat sedang sibuk. Turunlah kau dan bunuh orang itu.”
“Semoga Tuhan mengampunimu, Shafia”, jawab Hassan. “Engkau tahu, aku bukan orangnya akan melakukan itu.”
Mendengar itu Shafia langsung mengambil sebatang tongkat. Ia turun dari benteng itu dan orang Yahudi tadi dipukulnya sampai ia menemui ajalnya.
“Hassan, turunlah dan lucuti dia. Sayang dia laki-laki; kalau tidak aku sendiri yang akan melakukannya.”
“Shafia, tidak perlu aku melucuti dia”, jawab Hassan. Penduduk Medinah masih dalam ketakutan, hati mereka masih gelisah selalu. Dalam pada itu yang selalu menjadi pikiran Muhammad ialah bagaimana caranya mencari jalan keluar. Dan sudah tentu menghadapi musuh dengan begitu saja bukan caranya. Harus ada suatu taktik. Dikirimnya utusan kepada pihak Ghatafan dengan menjanjikan sepertiga hasil buah-buahan Medinah untuk mereka asal mereka mau pergi meninggalkan tempat itu.
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 351-353.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar