Sabtu, 26 Januari 2013

PERSIAPAN QURAISY BERPERANG

Akhirnya pihak Quraisy berangkat dengan membawa kaum wanitanya juga, dipimpin oleh Hindun. Dialah orang paling panas hati ingin membalas dendam, karena dalam peristiwa Badr itu ayahnya, saudaranya dan orang-orang yang dicintainya telah mati terbunuh. Keberangkatan Ouraisy dengan tujuan Medinah yang disiapkan dari Dar’n- Nadwa itu terdiri dari tiga brigade. Brigade terbesar dipimpin oleh Talha bin Abi Talha terdiri dari 3000 orang. Kecuali 100 orang saja dari Thaqif (sebuah kabilah dari Ta’if) selebihnya semua dari Mekah, termasuk pemuka-pemuka. sekutu-sekutu serta golongan Alhabisynya. Perlengkapan dan senjata tidak sedikit yang mereka bawa, dengan 200 pasukan berkuda dan 3000 unta, di antaranya 700 orang berbaju besi.
Sesudah ada kata sepakat. sekarang sudah siap mereka akan berangkat. Sementara itu ’Abbas bin Abd’l-Muttalib, paman Nabi, yang juga berada di tengah-tengah mereka, dengan teliti dan saksama sekali memperhatikan semua kejadian itu. Di samping kesayangannya pada agama nenek moyangnya dan agama golongannya sendiri. juga Abbas mempunyai rasa solider dan sangat mengagumi Muhammad. Masih ingat ia perlakuannya yang begitu baik ketika perang Badr. Mungkin karena rasa kagum dan solidernya itu yang membuat dia ikut Muhammad menyaksikan Ikrar ‘Aqaba dan berbicara kepada Aus dan Khazraj bahwa kalau mereka tidak akan dapat mempertahankan kemenakannya itu seperti mempertahankan istri dan anak-anak mereka sendiri, biarkan sajalah keluarganya sendiri yang melindunginya, seperti yang sudah-sudah.
Hal inilah yang mendorongnya — tatkala diketahuinya keputusan Ouraisy akan berangkat dengan kekuatan yang begitu besar — sampai ia menulis surat menggambarkan segala tindakan, persiapan dan perlengkapan mereka itu. Surat itu diserahkannya kepada seseorang dari kabilah Ghifar supaya disampaikan kepada Nabi. Dan orang ini pun sampai di Medinah dalam tiga hari, dan surat itu pun diserahkan.

KEBERANGKATAN QURAISY KE MEDINAH
Dalam pada itu pasukan Quraisy pun sudah pula berangkat sampai di Abwa’. Ketika melalui makam Aminah binti Wahb, timbul rasa panas hati beberapa orang yang pendek pikiran. Terpikir oleh mereka akan membongkarnya. Tetapi pemuka-pemuka mereka menolak perbuatan demikian; supaya jangan kelak menjadi kebiasaan Arab.
“Jangan menyebut-nyebut soal ini”, kata mereka. “Kalau ini kita lakukan, Banu Bakr dan Banu Khuza’a akan membongkar juga kuburan mayat-mayat kita.”

UTUSAN ’ABBAS KEPADA NABI

Ouraisy meneruskan perjalanan sampai di ‘Aqiq, kemudian mereka berhenti di kaki gunung Uhud (Uhud, sebuah gunung, terletak sebelah utara Medinah), dalam jarak lima mil dari Medinah.
Orang dari Ghifar yang diutus oleh ‘Abbas bin Abd’l-Muttalib membawa surat ke Medinah itu telah sampai. Setelah diketahuinya berada di Ouba’, ia langsung pergi ke sana dan dijumpainya Muhammad di depan pintu mesjid sedang menunggang keledai. Diserahkannya surat itu kepadanya, yang kemudian dibacakan oleh Ubayy bin Ka’b. Muhammad minta isi surat itu supaya dirahasiakan, dan ia kembali ke Medinah langsung menemui Sa’d ibn’l-Rabi’ di rumahnya. Diceritakannya apa yang telah disampaikan ‘Abbas kepadanya itu dan juga dimintanya supaya hal itu dirahasiakan. Akan tetapi istri Sa’d yang sedang dalam rumah waktu itu mendengar juga percakapan mereka, dan dengan demikian sudah tentu tidak lagi hal itu menjadi rahasia.
Dua orang anak-anak Fudzala, yaitu Anas dan Mu’nis, oleh Muhammad ditugaskan menyelidiki keadaan Ouraisy. Menurut pengamatan mereka kemudian ternyata Quraisy sudah mendekati Medinah. Kuda dan unta mereka dilepaskan di padang rumput sekeliling Medinah. Di samping dua orang itu kemudian Muhammad mengutus lagi Hubab ibn’l-Mundhir bin’l-Jamuh. Setelah keadaan mereka itu disampaikan kepadanya seperti dikabarkan oleh ‘Abbas, Nabi a.s. jadi terkejut sekali. Ketika kemudian Salama bin Salama keluar, ia melihat barisan depan pasukan kuda Quraisy sudah mendekati Medinah, bahkan sudah hampir memasuki kota. Ia segera kembali dan apa yang dilihatnya itu disampaikannya kepada masyarakatnya. Sudah tentu pihak Aus dan Khazraj, begitu juga semua penduduk Medinah merasa kuatir sekali akan akibat serbuan ini, yang dalam sejarah perang, Qunaisy belum pernah mengadakan persiapan sebaik itu. Pemuka-pemuka Muslimin dan penduduk Medinah malam itu berjaga-jaga dengan senjata di mesjid guna menjaga keselamatan Nabi. Sepanjang malam itu seluruh kota dijaga ketat.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 287-289.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar