Rabu, 16 Januari 2013

EKSPEDISI SAWIQ

Karena itu, ia lalu mengumpulkan dua ratus orang — ada yang mengatakan empat puluh orang — dari penduduk bersama-sama dia. Apabila mereka sudah sampai di dekat Medinah, menjelang pagi mereka berangkat lagi ke sebuah daerah bernama ‘Uraidz. Di tempat ini mereka bertemu dengan seorang Anshar dan seorang teman sekerjaannya di kebun mereka sendiri. Kedua orang itu mereka bunuh dan dua buah rumah serta sebatang pohon kurma di Uraidz itu mereka bakar. Menurut Abu Sufyan, sumpahnya hendak memerangi Muhammad itu sudah terpenuhi. Sekarang ia kembali melarikan diri, takut akan dikejar oleh Nabi dan sahahat-sahahatnya
Muhammad minta beberapa orang sahabat. Dengan dipimpin sendiri mereka berangkat mengejarnya hingga di Qarqarat’l-Kudr. Abu Sufyan dan rombongannya makin kencang melarikan diri. Mereka makin ketakutan. Bahan makanan bawaan mereka yang terdiri dari Sawiq (sejenis tepung jelai atau gandum) mereka lemparkan, yang kemudian diambil oleh kaum Muslimin yang lalu di tempat tersebut.
Setelah melihat bahwa mereka itu terus melarikan diri, Muhammad dan sahabat-sahahatnya kemudian kembali ke Medinah. Larinya Abu Sufyan itu berbalik merupakan pukulan terhadap dirinya sendiri, sebab sebelum itu ia mengira bahwa Quraisy akan dapat mengangkat muka lagi sesudah terjadinya bencana yang pernah dialami di Badr itu.
Karena sawiq yang dibuang oleh Ouraisy itulah, maka ekspedisi ini dinamai “Ekspedisi Sawiq”.

TERANCAMNYA JALAN PANTAI KE SYAM

Berita tentang Muhammad ini kini tersebar luas di seluruh kalangan Arab. Kabilah-kabilah yang jauh-jauh tetap enak-enak di tempat mereka, sedikit sekali memperhatikan keadaan kaum Muslimin, yang sampai pada waktu itu — masih menjadi orang yang lemah, masih mencari perlindungan di Medinah — sekarang mereka telah dapat menahan Quraisy, dapat mengeluarkan Banu Qainuqa’, dapat membuat Abdullah bin Uhayy jadi ketakutan dan dapat mengusir Abu Sufyan. Mereka dapat memperlihat kan diri dengan suatu sikap yang tidak seperti biasa.
Sebaliknya, kabilah-kabilah yang berdekatan dengan Medinah mulai melihat apa yang akan mengancam nasib mereka dengan adanya kekuatan Muhammad dan sahahat-sahahatnya itu. Demikian juga adanya perimbangan kekuatan ini dengan kekuatan Quraisy di Mekah, suatu perimbangan yang akibat-akibatnya sangat mereka takutkan. Soalnya malah karena jalan pantai ke Syam adalah satu-satunya jalan rata yang sudah dikenal. Perdagangan Mekah melalui jalan ini dalam arti ekonomi membawa keuntungan yang berarti juga bagi kabilah-kabilah itu. Antara Muhammad dengan kabilah-kabilah yang ada di perbatasan pantai itu sudah ada perjanjian. Tetapi jalan ini sekarang terancam dan perjalanan musim panas pun terancam bahaya pula, yang mungkin kelak Quraisy akan terpaksa meninggalkan perbatasan pantai itu. Apa pula nasib yang akan menimpa kabilah-kabilah ini apabila perdagangan Quraisy nanti jadi terputus? Bagaimana orang dapat membayangkan mereka akan dapat menanggung kesulitan hidup di atas daerah yang alamnya memang begitu sulit dan tandus? Jadi sudah sepatutnya mereka memikirkan nasib mereka itu serta apa pula akibat yang mungkin akan menimpa karena situasi baru yang belum pernah mereka kenal sebelum Muhammad dan sahabat-sahahatnya itu hijrah ke Medinah, sebab sebelum kemenangan Muslimin di Badr kehidupan kabilah-kahilah itu belum pernah mengalami ancaman seperti yang mereka bayangkan sekarang.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 280-281.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar