Kamis, 27 Desember 2012

TAWANAN-TAWANAN BADAR

Kaum Muslimin memasuki Medinah sehari sebelum tawanan-tawanan perang sampai. Setelah mereka dibawa dan Sauda binti Zam’a istri Nabi baru saja pulang melawati Minaha (harfiah berarti tempat wanita-wanita menangisi mayat) orang mati pada kabilah Banu ‘Afra’, tempat asalnya, dilihatnya Abu Yazid Suhail bin ‘Amr, salah seorang tawanan, yang kedua belah tangannya diikat dengan tali ke tengkuk, ia tak dapat menahan diri. Dihampirinya orang itu seraya katanya :
“Oh Abu Yazid! Kamu sudah menyerahkan diri. Lebih baik mati sajalah dengan terhormat!”

“Sauda!” Muhammad memanggilnya dari dalam rumah. “Kau membangkitkan semangatnya melawan Allah dan Rasul-Nya!”
Rasulullah”, katanya. “Demi Allah yang telah mengutusmu dan segala kehenaran. Saya sudah tak dapat menahan diri ketika melihat Abu Yazid dengan tangannya terikat di tengkuk, sehingga saya berkata begitu.”
Sesudah itu kemudian Muhammad memisah-misahkan para tamu, itu di antara sahabat-sahabatnya, sambil nerkata kepada mereka :
“Perlakukanlah mereka sebaik-baiknya.”

Hal ini kemudian menjadi pikiran baginya, apa yang harus dilakukannya terhadap mereka itu. Dibunuh saja atau harus meminta tebusan dari mereka? Mereka itu orang-orang yang keras dalam perang, orang yang kuat bertempur. Hati mereka penuh rasa dengki dan dendam setelah mereka mengalami kehancuran di Badr, serta akihatnya yang tcl:ili membawa keaiban sebagai tawanan perang. Apabila ía mau menerima tebusan, ini berarti mereka akan berkomplot dan akan kembali memeranginya lagi; kalau dibunuh saja mereka itu, akan menimbulkan sesuatu dalam hati keluarga-keluarga Quraisy, yang bila dapat ditebus barangkali akan jadi tenang.
-----------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 263-264.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar