Senin, 29 Oktober 2012

TUNAIKAN AMANAT (2)

Hudzaifah bin Aljaman r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. telah menceriterakan kepada kami dua hadits (kejadian), saya telah melihat kenyataan (kejadian) yang pertama, dan sedang menanti yang kedua.
Pertama : Nabi s.a.w. menceriterakan ketika amanat masih kuat dalam lubuk hati manusia, kemudian turunlah Qur’an, maka mereka mempelajari Qur’an dan sunnaturrasul, dan sungguh patuh melaksanakan amanat yang terkandung di dalamnya.
Kedua : Nabi menceritakan hal terangkatnya amanat dari hati manusia. Berkata : Seorang tidur maka tercabutlah amanat dari hatinya hingga tinggal bekas yang sangat sedikit. Kemudian ia tidur maka tercabut pula sisa bekas amanat itu, sehingga tinggal bagaikan belulang (kapalan), bagaikan api yang terinjak oleh kakimu kemudian bengkak padahal tiada berisi apa-apa. Kemudian Nabi mencontohkan dengan mengambil batu, lalu dipijak dengan kakinya. Maka setelah itu orang-orang seperti biasa berbai’at, (berjual beli) tetapi tidak terdapat lagi orang yang jujur (amanat). Sehiagga disebut-sebut : Di sana pada Bani Fulan masih ada seorang yang amanat (dapat dipercaya), lalu dipuji : Alangkah tabah, sabar, peramah dan cerdiknya. Padahal dalam hati orang yang dipuji itu tidak ada sedikitpun dari iman, walau seberat biji sawi daripada iman. Kemudian Hudzaifah berkata : Sungguh saya telah mengalami suatu masa, di mana saya tidak pilih-pilih orang dalam berbai’at, bila ia seorang muslim ia patuh ta’at pada agamanya bila ia seorang keristen atau Yahudi ia takut pada hukum negara. Adapun kini, maka saya tidak dapat mempercayai dalam berbai’at kecuali pada Fulan (satu dua orang) saja.
(HR. Buchary dan Muslim)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 211-212.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar