Minggu, 19 Agustus 2012

ISRA’ DAN ILMU PENGETAHUAN MODERN

Ilmu pengetahuan zaman kita sekarang ini membenarkan pula teori telepati serta pengetahuan lain yang bersangkutan dengan itu. Demikian juga transmisi suara di atas gelombang eter dengan radio, telefotografi (facsimile transmisi) dan teleprinter lainnya, suatu hal yang tadinya masih dianggap suatu pekerjaan khayal belaka. Tenaga-tenaga yang masih tersimpan dalam alam semesta ini setiap hari masih selalu memperlihatkan yang baru kepada alam kita. Apabila jiwa sudah mencapai kekuatan dan kemampuan yang begitu tinggi seperti yang sudah dicapai oleh jiwa Muhammad s.a.w. itu, lalu Allah memperjalankan dia pada suatu malam dari Masjid’l-Haram ke al-Masjid’l-Aqsha, yang di sekelilingnya sudah diberi berkah guna memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya, maka itu pun oleh ilmu pengetahuan dapat pula dibenarkan. Arti semua ini ialah pengertian-pengertian yang begitu kuat dan luhur, begitu indah dan agung, dan telah pula membayangkan kesatuan rohani dan kesatuan alam semesta ini begitu jelas dan tegas dalam jiwa Muhammad. Orang akan dapat memahami arti semua ini apibila ia dapat berusaha menempatkan diri lebih tinggi dari bayangan hidup yang singkat ini. Ia berusaha mencapai esensi kebenaran tertinggi itu guna memahami kedudukannya yang sebenarnya dan kedudukan alam ini seluruhnya.

QURAISY SANGSI, BEBERAPA ORANG YANG SUDAH ISLAM BERBALIK

Orang-orang Arab penduduk Mekah tidak dapat memahami semua pengertian ini. Itulah pula sebabnya, tatkala soal isra’ itu oleh Muhammad disampaikan kepada mereka, mereka pun lalu menanggapinya dari bentuk materi — mungkin atau tidaknya isra’ itu. Apa yang dikatakannya itu kemudian menimbulkan kesangsian juga pada beberapa orang pengikutnya, pada orang-orang yang tadinya sudah percaya. Mereka banyak yang mengatakan : Masalah ini sudah jelas. Perjalanan kafilah yang terus menerus pun antara Mekah-Syam memakan waktu sebulan pergi dan sebulan pulang. Mana bolehjadi Muhammad hanya satu malam saja pergi-pulang ke Mekah?!
Tidak sedikit mereka yang sudah Islam itu kemudian berbalik murtad. Mereka yang masih menyangsikan hal ini lalu mendatangi Abu Bakar dan keterangan yang diberikan Muhammad itu dijadikan bahan pembicaraan.
“Kalian berdusta,” kata Abu Bakar.
“Sungguh,” kata mereka. “Dia di mesjid sedang bicara dengan orang banyak.”
“Dan kalaupun itu yang dikatakannya,” kata Abu Bakar lagi, “tentu dia bicara yang sebenarnya. Dia mengatakan kepadaku, bahwa ada berita dari Tuhan, dari langit ke bumi, pada waktu malam atau siang, aku percaya. Ini lebih lagi dari yang kamu herankan.”
Abu Bakar lalu mendatangi Nabi dan mendengarkan ia melukiskan Bait’l-Maqdis. Abu Bakar sudah pernah berkunjung ke kota itu.
Selesai Nabi melukiskan keadaan mesjidnya, Abu Bakar berkata : “Rasulullah, saya percaya.”
Sejak itu Muhammad memanggil Abu Bakar dengan “Ash-Shiddik.” (Yang tulus hati, yang sangat jujur).
------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 158-159

Tidak ada komentar:

Posting Komentar