Rabu, 04 Juli 2012

YAKIN DAN TAWAKAL (5)

Djabir r.a. ketika ia pergi bersama Nabi s.a.w. dalam perang Dzatirriqa ke arah Najed, kemudian ketika kembali terpaksa berhenti pada suatu hutan yang banyak pohon duri dan di situ Rasulullah berteduh di bawah pohon, dan menggantungkan pedang di atas pohon itu, kemudian kata Djabir : Ketika kami telah tidur tiba-tiba terdengarlah Rasulullah memanggil kami, sedang di sisi Nabi ada seorang Badwi, maka bersabda Nabi : Orang ini telah menghunus pedangku pada waktu saya tidur, hingga saya terperanjat bangun dan melihat pedang terhunus di tangannya lalu ia berkata: Siapakah yang dapat mempertahankan kau dari seranganku ini? Jawabku : Allah. Diucapkan yang demikian itu berulang sampai tiga kali. Kemudian Nabi duduk dan tidak membalas pada orang itu. (HR. Buchary dan Muslim)

Dalam riwayat lain: Orang itu berkata: Ketika pedang telah terhunus ditangannya: Takutkah Engkau padaku? Jawab Nabi : Tidak. Dan siapakah yang mempertahankan kau daripadaku? Jawab Nabi : Allah.
Dan dalam riwayat lain: Ketika itu pedang mendadak jatuh dari tangan orang itu dan diambil oleh Nabi sambil bertanya : Siapakah yang mempertahankan kau daripadaku? Jawab orang itu: Jadilah engkau sebaik-baik orang yang membalas budi. Bertanya Nabi: Sukakah engkau bersyahadat bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan saya sebagai utusan Allah? Jawab : Tidak. Tetapi saya berjanji tidak akan memerangi kau, dan tidak membantu orang yang memerangi kau. Maka Rasulullah melepaskannya. Kemudian setelah ia kembali kepada kaumnya berkata : Saya datang kepadamu dari seorang yang sebaik-baik manusia.
Hadits ini menunjukkan bagaimana kekuatan dan keyakinan Nabi s.a.w. kepada Allah dalam keadaan yang sedemikian rupa, di mana biasanya manusia merasa tidak ada yang dapat membela kecuali belas kasih dari orang yang berbuat jahat, dan lupa bahwa kekuasaan Allah masih ada dan sanggup menghindarkan dirinya dari bahaya itu. Nyata bagaimana perbedaan jawaban iman dari Rasulullah dengan jawaban si kafir penjahat itu. Demikianlah contoh yakin dan tawakal.
----------------------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 102-104.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar