Selasa, 03 Juli 2012

KONTEKS SURAH AN-NAJM MENOLAK

Bukti lain yang lebih kuat dan pasti, ialah konteks atau susunan Surah an-Najm yang samasekali tidak menyinggung soal gharaniq ini. Konteks itu seperti dalam firman Tuhan : “Sungguh dia telah melihat keterangan-keterangan yang amat besar dari Tuhan. Adakah kamu perhatikan Lat dan ‘Uzza? Dan Manat ketiga, yang terakhir? Adakah untuk kamu itu yang laki-laki, dan untuk Dia yang perempuan? Kalau begitu ini adalah pembagian yang tak seimbang. Ini hanyalah nama-nama yang kamu buat sendiri, kamu dan nenek-moyang kamu. Allah tidak memberikan kekuasaan karenanya; yang mereka turuti hanyalah prasangka dan kehendak nafsu belaka. Dan pada mereka pimpinan yang benar dari Tuhan sudah pernah ada.” (QS 53 : 18-23)
Susunan ini jelas sekali bahwa Lat dan ‘Uzza adalah nama-nama yang dibuat-buat oleh kaum musyrik mereka dan nenek-moyang mereka, sedang Allah tidak memberikan kekuasaan untuk itu. Bagaimana mungkin susunan itu akan berjalan sebagai berikut : Adakah kamu perhatikan Lat dan ‘Uzza. Dan Manat ketiga, yang terakhir. Itu gharaniq yang luhur, perantaraannya dapat diharapkan. Adakah untuk kamu itu yang laki-laki dan untuk Dia yang perempuan? Kalau begitu ini adalah pembagian yang tak seimbang. Ini hanyalah nama-nama yang kamu buat sendiri, kamu dan nenek-moyang kamu. Allah tidak memberikan kekuasaan karenanya.”
Susunan ini rusak, kacau dan bertentangan satu sama lain. Dari pujian kepada Lat, ‘Uzza dan Manat ketiga yang terakhir dan celaan dalam empat ayat berturut-turut tak dapat diterima akal dan tak ada orang yang akan berpendapat begitu.
Yang demikian ini sudah tak dapat diragukan lagi, dan bahwa hadis tentang gharaniq itu adalah palsu dan bikinan golongan atheis dengan maksud-maksud tertentu. Orang yang suka pada yang aneh-aneh dan tidak berpikir logis, tentu percaya akan hadits ini

SEGI SEMANTIK
Argumen lain ialah seperti yang dikemukakan oleh almarhum Syaikh Muhammad Abduh dalam tulisannya yang jelas membantah cerita gharaniq ini, yaitu bahwa belum pernah ada orang Arab menamakan dewa-dewa mereka dengan gharaniq, baik dalam sajak-sajak atau dalam pidato-pidato mereka. Juga tak ada berita yang dibawa orang mengatakan, bahwa nama demikian itu pernah dipakai dalam percakapan mereka. Tetapi yang ada ialah sebutan ghurnuq dan ghirniq sebagai nama sejenis burung air, entah hitam atau putih, dan sebutan untuk pemuda yang putih dan tampan. Dan semua itu, tak ada yang cocok untuk diberi arti dewa, juga orang-orang Arab dahulu tak ada yang menamakannya demikian.
-------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 120-121

Tidak ada komentar:

Posting Komentar