Senin, 18 Juni 2012

SIKSAAN QURAISY TERHADAP KAUM MUSLIMIN

Sebelum itu sebenarnya Quraisy memang tidak pernah mengenal hidup tenteram. Bahkan setiap kabilah itu langsung menyerbu kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka; disiksa dan dipaksa melepaskan agamanya; sehingga di antara mereka ada yang mencampakkan budaknya, Bilal, ke atas pasir di bawah terik matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan akan dibiarkan mati. Soalnya karena ia teguh bertahan dalam Islam! Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata : “Ahad, Ahad — Hanya Yang Tunggal!” Ia memikul semua siksaan itu demi agamanya.
Ketika pada suatu hari oleh Abu Bakar dilihatnya Bilal mengalami siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan. Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa itu oleh Abu Bakar dibeli — di antaranya budak perempuan Umar bin’l-Khattab, dibelinya dan Umar [sebelum masuk Islam]. Ada pula seorang wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya.
Kaum Muslimin di luar budak-budak itu, dipukuli dan dihina dengan berbagai-bagai. Muhammad s.a.w. juga tidak terkecuali mengalami gangguan-gangguan — meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim dan Banu alMuttalib. Umm Jamil, istri Abu Jahl, melemparkan najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad s.a.w. hanya membuangnya saja. Dan pada waktu sholat, Abu Jahal melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, putrinya, supaya mencucikan dan membersihkannya kembali. Ditambah lagi, di samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata biadab dan keji ke mana saja mereka pergi.
Cukup lama hal serupa itu berjalan. Tetapi kaum Muslimin tambah teguh terhadap agama mereka. Dengan dada terbuka mereka menerima siksaan dan kekerasan itu — demi akidah dan iman mereka.
----------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 99

Tidak ada komentar:

Posting Komentar