Sabtu, 05 Mei 2012

Larangan Menjadikan Seseorang dari Golongan Musuh sebagai Teman Setia

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ عَدُوِّى وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا۟ بِمَا جَآءَكُم مِّنَ الْحَقِّ يُخْرِجُونَ الرَّسُولَ وَإِيَّاكُمْ ۙ أَن تُؤْمِنُوا۟ بِاللَّـهِ رَبِّكُمْ إِن كُنتُمْ خَرَجْتُمْ جِهٰدًا فِى سَبِيلِى وَابْتِغَآءَ مَرْضَاتِى ۚ تُسِرُّونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ وَأَنَا۠ أَعْلَمُ بِمَآ أَخْفَيْتُمْ وَمَآ أَعْلَنتُمْ ۚ وَمَن يَفْعَلْهُ مِنكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَآءَ السَّبِيلِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar ke luar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya. maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan sang lurus. (QS. 60 : 1).

إِن يَثْقَفُوكُمْ يَكُونُوا۟ لَكُمْ أَعْدَآءً وَيَبْسُطُوٓا۟ إِلَيْكُمْ أَيْدِيَهُمْ وَأَلْسِنَتَهُم بِالسُّوٓءِ وَوَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ
Jika mereka menangkap kamu niscaya mereka bertindak sebagai musuh bagimu dan melepaskan tangan dan lidah mereka kepadamu dengan menyakiti (mu); dan mereka ingin supaya kamu (kembali) kafir. (QS. 60 : 2).

لَن تَنفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلَآ أَوْلٰدُكُمْ ۚ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfa’at bagimu pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. 60 : 3).

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرٰهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّـهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدٰوَةُ وَالْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِاللَّـهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّـهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dariipada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah”. (Ibrahim berkata: “Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kama kembali, (QS. 60 : 4).

رَبَّنَا لَا تَجْعَلْنَا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَاغْفِرْ لَنَا رَبَّنَآ ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. 60 : 5).

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْءَاخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ اللَّـهَ هُوَ الْغَنِىُّ الْحَمِيدُ
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah. Dia lah Yang Maha Kaya lagi Maha terpuji. (QS. 60 : 6).

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 60 : 1 –  4
Dalam suatu riwayat dikemukakan hahwa Rasulullah saw. mengutus Ali, Zubair dan al-Miqdad bin al-Aswad, dengan bersabda: “Pergilah kalian ke kebun Khakh. Di sana akan bertemu dengan seorang wanita yang membawa surat. Ambillah surat itu daripadanya dan bawalah surat itu kepadaku”. Berangkatlah mereka bertiga hingga sampai ke tempat yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw. Di situ mereka bertemu dengan seorang wanita yang naik unta. Berkatalah mereka: “Berikan surat itu kepadaku”. Ia menjawab: “Saya tidak membawa surat”. Mereka berkata “Sekiranya engkau tidak menyerahkannya akan kami telanjangi engkau”. Dengan susah payah ia pun mengeluarkan surat itu dari sanggul rambutnya.
Kemudian mereka membawa surat itu kepada Rasulullah saw. Ketika diperiksa, ternyata surat itu dari golongan Shahabat yan bernama Hathib bin Abi Balta’ah yang ditujukan kepada orang-orang musyrikin di Mekah, yang isinya memberitahukan kepada mereka beberapa perintah Nabi saw. Akhirnya Hathib bin Abi Balta’ah dipanggil oleh Rasulullah saw. Setelah berada di hadapan Rasulullah, Rasulullah bertanya kepada Hathib: “Apakah ini wahai Hathib? (sambil memperlihatkan surat)”. Hathib menjawab dengan ketakutan: “Janganlah tergesa-gesa (menghukum aku) ya Rasulallah. Aku mempunyai teman dari golongan Quraisy, akan tetapi aku sendiri tidak termasuk golongan mereka. Di antara shahabat-shahabat Kaum Muhajirin yang ada sekarang, di sana mempunyai kerabat yang bisa menjaga famili dan harta bendanya. Sedang aku sendiri tak mempunyai kerabat seperti mereka. Karenanya aku membuat budi kepada mereka supaya mereka menjaga keluargaku yang lemah dan harta bendaku. Aku berbuat demikian bukan karena kufur atau murtad dari Agama dan bukan ridla akan kekufuran”. Rasulullah saw. bersabda: “Ia mengatakan yang sebenarnya”
Ayat ini (QS. 60 : 1 s/d 4) turun berkenaan dengan peristiwa ini yang melarang Kaum Mu’minin memberikan kabar berita terhadap kaum kafir karena rasa cinta terhadap mereka.
Diriwayatkan oleh as-Syaikhani yang bersumber dari Ali.
---------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 922 - 923.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 513 - 515.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar