Senin, 14 Mei 2012

Keharusan Umat Islam Mempertahankan Agamanya dalam Barisan yang Teratur

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? (QS. 61 : 2).

كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّـهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. (QS. 61 : 3).

إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيٰنٌ مَّرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. 61 : 4).

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِۦ يٰقَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِى وَقَد تَّعْلَمُونَ أَنِّى رَسُولُ اللَّـهِ إِلَيْكُمْ ۖ فَلَمَّا زَاغُوٓا۟ أَزَاغَ اللَّـهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِينَ
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, mengapa kamu menyakitiku, sedangkan kamu mengetahui bahwa sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu?” Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka; dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang fasik (QS. 61 : 5).

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ إِنِّى رَسُولُ اللَّـهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَىَّ مِنَ التَّوْرَىٰةِ وَمُبَشِّرًۢا بِرَسُولٍ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِى اسْمُهُۥٓ أَحْمَدُ ۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوا۟ هٰذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ
Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS. 61 : 6).

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّـهِ الْكَذِبَ وَهُوَ يُدْعَىٰٓ إِلَى الْإِسْلٰمِ ۚ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِينَ
Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam? Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. 61 : 7).

يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ اللَّـهِ بِأَفْوٰهِهِمْ وَاللَّـهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُونَ
Mereka ingin hendak memadamkan Cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (QS. 61 : 8).

هُوَ الَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُۥ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِۦ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. (QS. 61 : 9).

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 61 : 2 - 3
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika para Shahabat Rasulullah saw. duduk-duduk bermudzakarah, di antara mereka ada yang berkata: “Sekiranya kami mengetahui ‘amal yang lebih dicintai oleh Allah, pasti kami akan mengerjakannya”.
Ayat ini (QS. 61 : 2) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut di atas, yang kemudian dibacakan oleh Rasulullah sampai akhir surat.
Surat ini turun sebagai tuntunan amal yang diridlai Allah swt. untuk berkurban mempertahankan Agama dan mengamalkannya.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan al-Hakim yang dishahihkannya yang bersumber dari Abdullah bin Salam. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat “lima taquluna mala taf’alun (QS. 61 : 2) turun berkenaan dengan orang-orang yang berkata tentang perang akan tetapi tidak pernah melakukannya baik memukul, menusuk ataupun membunuh. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari ‘Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas dan Ibnu Jarir yang bersumber dari ad-Dlahhak.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S. 61 : 2, 3) turun di waktu Kaum Muslimin mundur terdesak pada waktu perang Uhud. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil.
----------------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 928 - 929.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 519 - 521.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar