Rabu, 29 Februari 2012

Upaya Perusakan Terhadap Busana Islami

Belakangan ini kita melihat gejala menjamurnya pemakaian hijab (jilbab) yang dilakukan para wanita muslimah. Semula hijab dianggap sebagai busana terpenting bagi wanita muslimah, sebab pakaian ini dapat menutup sekujur tubuh. Pakaian ini harus longgar sehingga tidak sedikit pun memperlihatkan postur atau lekukan tubuh, membungkus seluruh permukaan kulit, tanpa dihias dan diwarna-warni, serta menutupi seluruh tubuh dan kepala hingga kedua kaki.
Namun, hijab kini sudah mengalami banyak perubahan. Ia tak luput dari pengaruh perkembangan mode masa kini. Hijab sekarang, ujung-ujungnya dibordir. benang-benang hitam sehingga tampaklah hiasan-hiasan memikat berwarna warni. Model ini oleh kaum wanita sekarang disebut “syik”. Bukan itu saja. Hijab sekarang ukurannya makin memendek. Sampai-sampai ada seorang penyair mengatakan :
Sebatas lutut kau tinggalkan pakaianmu
Sungai apakah yang akan kau lalui
Kepada Rabb-mu kau sombong
Seakan-akan pakaianmu bunga segar di waktu pagi
Padahal, ia makin hari makin layu
Kau kira para lelaki tak punya perasaan
Karena engkau mungkin tak merasa.

Wanita sekarang sengaja mengenakan hijab itu sebatas bahu mereka. Bukan dari kepala. Begitulah, pakaian yang tadinya sebagai penutup seluruh tubuh kini menjadi terbuka. Kemudian mereka mencari motif-motif klasik yang mungkin diambil dari negara-negara Arab Syam, yaitu pakaian yang dikenal dengan sebutan “Al Kab” yang memperlihatkan postur dan lekukan tubuh yang sangat jelas.
Saudariku yang muslimah. Hindarilah tipu daya setan-setan dan jin itu. Ketahuilah bahwa pada hari kiamat kelak bakal ada wanita yang mendapat azab Allah yang sangat pedih, yakni ia mengenakan pakaian yang terbuat dari ter (pelangkin), sedangkan wajahnya ditutupi api neraka.
Semula kerudung dianggap sebagai pakaian yang dapat memelihara kehormatan wanita. Sebab itu, keberadaannya begitu penting. Ia dengan rapat dapat menutupi seluruh bagian kepala hingga daerah leher. Pada zaman dulu begitu lekatnya wanita dengan kerudung. Hal ini pernah dilukiskan seorang penyair ketika Ia melihat kerudung yang dipakai isteri Nu’am tiba-tiba jatuh. Ia berkata, “Kerudung itu jatuh, padahal wanita tersebut tidak menginginkan hal itu terjadi. Lalu ia mengambilnya sambil menutup kepalanya dengan tangan sebelahnya,”
Kini mode telah merusak tradisi pemakaian kerudung itu. Coba saja lihat, kini ada wanita yang memakai kemdung cukup di bagian kepalanya saja, sedangkan bagian lehernya tampak terbuka. Rupanya ukuran kerudung itu kini lebih pendek dari model asalnya. Padahal, seharusnya kerudung itu dapat menutupi bagian kepala dan daerah leher. Selain itu, ada pula wanita yang mengenakan kerudung tapi rambutnya masih tetap kelihatan. Dan anehnya, gaya seperti inilah yang kini nienjadi tradisi. Perlu diketahui bahwa wanita yang melakukan hal ini berarti ia telah berbuat sesuatu tanpa melalui proses berpikir yang positif, dan sekaligus sebagai indikasi bahwa ia telah menjual kehormatannya.
Yang lebih parah dari semua itu adalah wanita yang dengan bebasnya memperlihatkan seluruh wajahnya agar menarik simpati kaum lelaki, terutama lelaki perusak dan pecinta wanita telanjang. Hendaklah wanita yang demikian ini bersiap-siap menghadapi murka Allah Swt. Perhatikan firman-Nya :
“… Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya...”(QS. An Nuur 31)
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka... “(QS An Nisaa’ 14)

Wahai wanita yang membuka auratnya. Siapakah yang akan menolongmu jika engkau berbuat maksiat kepada-Nya, padahal engkau sendiri tidak akan mampu menangkal azab-Nya. Oleh karena itu, belum terlambat jika mulai sekarang engkau mengenakan penutup seluruh auratmu. Engkau pasti akan selamat dan bahagia.
Karena begitu besarnya minat dan perhatian wanita terhadap busana, maka berbagai mode kini telah disusupkan ke dalamnya. Tujuan akhir dari para perancang mode tiada lain adalah untuk menelanjangi wanita dan menjeratnya ke dalam perangkap mereka.
Itulah yang diinginkan mereka dari para wanita muslimah. Perlu diketahui bahwa setiap mode yang mereka rancang mempunyai tendensi tertentu. Sehari muncul mode yang mini dan ketat, sehari lagi muncul mode yang membelah bagian pinggir, belakang, bawah, dada, punggung, dan seterusnya. Maka jika engkau memakamnya, engkau persis wanita-wanita Barat yang umumnya telah mereguk pahit getirnya kebodohan mereka. Mereka sebenarnya ingin melepaskan diri dari kebejatan moral itu, tapi mereka tidak mendapatkan jalan keluar.
Untuk keluar dari lembah kehinaan itu, mereka harus membayarnya dengan biaya mahal.
Itulah balasan bagi orang yang berpaling dari perintah Rabb-nya dan mengikuti ajakan-ajakan setan, jin, dan manusia sesat. Firman Allah :
“Bagi mereka azab kehidupan dunia, dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras...” (QS. Ar Ra’d 34)
Karena itu, hati-hatilah wahai saudariku sebelum engkau tergelincir.
Dalam dunia parfum dan kosmetika, musuh-musuh Islam juga menawarkan berbagai macam produk yang dapat merusak umat. Setengah berpromosi mereka mengatakan, “Silakan Anda pakai. Barang ini tidak akan menimbulkan masalah.” Atau kata mereka :
Parfum adalah inti segala perhiasan
Parfum adalah ungkapan hasrat wanita
Parfum adalah lambang kewanitaan... atau citra kewanitaan
Parfum adalah langkah memperoleh kecantikan
Parfum adalah simbol kelembutan... dan seterusnya.

Mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya parfum adalah alat yang dapat mengundang timbulnya nafsu syahwati. Tak ada manfaatnya, kecuali membuang-buang waktu dan memboroskan uang.
Namun karena gencarnya promosi dan manisnya ungkapan-ungkapan mereka, akhirnya ada pula wanita muslimah yang terjerat. Pikirannya telah diperdaya oleh para penjual produk-produk tersebut. Ia telah terperangkap dalam rayuan mereka sehingga akhirnya menjadi pengikut setia mereka, padahal Ia tidak sepantasnya melakukan hal itu.
Wahai wanita, engkau boleh saja memakai parfum, asalkan untuk hal-hal yang baik dan sesuai dengan syari’at. Untuk suamimu, misalnya. Sungguh disayangkan jika kini banyak wanita yang memakai parfum bukan untuk suaminya, tapi untuk lelaki lain. Ia keluar rumah, ke pasar, atau berjalan melewati kaum lelaki sambil menebarkan bau parfumnya yang sangat menusuk. Untuk wanita seperti ini, Rasulullah Saw memberi peringatan :
“Siapa saja wanita yang memakai parfum kemudian berjalan melewati suatu kaum dengan maksud agar mereka dapat mencium baunya, maka ia telah berzina.” (HR. Nasa’i)
Untuk membuktikan bahwa wanita muslimah kini banyak yang sudah terjerat oleh pengaruh kosmetika, maka cukuplah bagi kita melihat data yang telah dihimpun oleh Kerajaan Saudi Arabia pada tahun 1409 H. atau 1989 M. yang menerangkan bahwa jumlah total alat kecantikan yang telah diimpor dari negara lain nilainya mencapai 800 juta real pertahun, termasuk di antaranya parfum.
Selain busana dan parfum, juga sepatu dan sandal. Alas kaki ini juga dapat dipakai sebagai alat untuk merusak kaum wanita. Dalam kesempatan ini saya akan membicarakan bagaimana seorang wanita beriman yang berani memakai model-model sepatu atau sandal yang ditawarkan musuh-musuh Islam itu. Padahal, ia mengetahui bahwa dirinya akan dikembalikan kepada Allah dan setiap perbuatannya akan diminta pertanggungjawabannya.
Salah satu contoh adalah pemakaian model sepatu bertumit tinggi. Jika seorang wanita memakainya, berarti Secara tidak langsung ia telah memperlihatkan auratnya. Betapa tidak. Jika ia berjalan, seolah-olah ia berjalan di atas tumpukan telur. Bunyi sepatu yang dihentakkannya di tengah jalan, seakan-akan ia berkata kepada setiap lelaki, “Lihat dan pandanglah diriku!”
Sungguh memprihatinkan, kini banyak wanita beriman yang sudah terbiasa memakai sepatu model tersebut. Padahal, Allah telah berfirman dalam Al Qur’an:
“… Dan janganlah mereka (kaum wanita) memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan...”(QS. An Nuur 31)
--------------------------------
BAHAYA MODE, Khalid Bin Abdurrahman Asy-Syayi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta 12740, Cetakan ketujuh 1419 H / 1999 M, halaman 22 - 27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar