Rabu, 29 Februari 2012

SABAR (1)

Abu Malik (Al-harits) bin Ashim Al-Asj’ary r.a. berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w.: Kebersihan (kesucian) itu setengah dari iman, dan ucapan : Alhamdulillah, memenuhi timbangan dan Subhanallah serta Alhamdulillah, memenuhi apa yang di antara langit dan bumi, sholat sebagai pelita (cahaya), sedekah sebagai bukti iman, kesabaran itu penerangan, dan Qur’an sebagai bukti yang membenarkan kamu atau yang menentang kamu, semua manusia pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dan ada yang membinasakan dirinya. (HR. Muslim).

Dalam hadits ini terang sekali menunjukkan bahwa iman bukan hanya kepercayaan yang hampa, tetapi kebersihan itu separuh dari iman, kalau iman itu sebagai kebersihan jiwa, fikiran dan kepercayaan khurafat, maka kebersihan lahir, perut, badan, pakaian, kantong (saku) itu kesemuanya termasuk setengah dari iman.
Dan ucapan Alhamdulilah (segala puji bagi Allah) memenuhi timbangan, dan fikiran yang sehat dan sempurna pasti akan menimbulkan rasa syukur dan memuji kepada Allah atas segala ni’mat yang diterimanya, dan kejadian-kejadian yang di sekitarnya. Demikian pula kalimat (Subhanallah Walhamdulillah) maha suci Allah dan segala pujian bagi Allah, kedua kalimat ini kalau diperhatikan memenuhi angkasa yang di antara langit dan bumi, semua yang terlihat oleh mata, dan terdengar oleh telinga, kesemuanya menimbulkan ta’ajub yang mengartikan kebesaran Allah serta kesucian-Nya dan segala sifat-sifat kekurangan, disamping menimbulkan rasa puja dan puji kepada Allah. Sholat dan kesabaran sebagai pelita dan penerangan yang menyinari kehidupan manusia. Dan sedekah membuktikan adanya iman dalam dadanya, juga Qur’an sebagai bukti yang membela kepadanya, jika ia benar2 menjalankan segala ajaran yang terkandung didalamnya dan akan menentang kepadanya jika ternyata ia melanggar ajarannya. Tiap manusia pada tiap hari menjual dirinya dan yang menjualnya kepada Allah dengan menurut kepada tuntunannya berarti telah membebaskan dirinya dari pengaruh setan kesesatan, sebaliknya jika ia menjual dirinya pada setan, berarti telah menjerumuskan dirinya ke dalam kesesatan dan lembah kehinaan.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 49-51.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar