Sabtu, 11 Februari 2012

PERJUANGAN RASULULLAH S.A.W. DALAM MENDA’WAHKAN TAUHID

Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W., keluarga dan sahabatnya.
Bangsa Arab sebelum datangnya Islam adalah bangsa hina yang tidak nemiliki wibawa di hadapan bangsa-bangsa lain. Bahkan semua aspek kehidupun dan pemerintahannya penuh dengan kepincangan dan kezaliman. Maka tak heran kalau mereka disebut sebagai kaum “Jahiliyyah” yang artinya kebodohan. Itulah yang diungkapkan oleh Ja’far bin Abi Thalib r.a. di hadapan raja Najasi, “Wahai raja, dahulu kami adalah kaum Jahiliyyah, kami menyembah patung dan memakan bangkai, dan kami biasa berbuat zina dan memutus tali silaturrahim dan berbuat jelek terhadap tetangga dan orang yang kuat diantara kami menindas orang yang lemah, seperti itulah keadaan kami, sampai Allah S.W.T, utus kepada kami seorang Rasul dari kami, yang kami tahu nasahnya, kejujurannya, amanahnya, dan kehormatannya. Maka ia menyeru kepada kami agar mentauhidkan Allah S.W.T. dan menyembah hanya kepada-Nya saja dan melepas semua peribadahan yang pernah kami dan bapak-bapak kami sembah selain Allah S.W.T. dari bebatuan dan patung-patung...”
Itulah problem umat yang pernah ada di zaman Rasulullah S.A.W. Beliau tidak mencari-cari metode da’wah kecuali hanya mengikuti para pendahulunya dari kalangan Rasul yaitu, “Sembahlah Allah S.W.T. saja dan jauhi segala peribadatan selain-Nya.”
Sehingga setelah perjuangan da’wah tauhid tersebut, barulah Allah S.W.T. berikan kejayaan dengan Khilafah Islamiyyah yang didamba-dambakan setiap muslim. Dan bangsa Arab setelah itu menjadi bangsa yang berwibawa dan ditakuti bangsa-bangsa lain.

MENGAPA HARUS TAUHID?
Sesungguhnya Allah S.W.T. mengutus setiap Rasul dengan da’wah tauhid, firman Allah S.W.T. yang artinya :
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl : 36)

Maka perintah Allah S.W.T. kepada semua Rasul tersebut tentunya bukan hanya tauhid adalah yang paling dicintai Allah S.W.T. dan syirik itu dibenci oleh-Nya. Akan tetapi ada hikmah lain dari pada itu, bahwa tauhid dan aqidah sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Apabila aqidah seorang lurus dan baik maka kehidupannya akan baik pula, namun sebaliknya, jika aqidahnya rusak maka jangan anda tanyakan kerusakan yang diakibatkannya
“Carut marutnya kondisi tanah air kita tercinta saat ini pun, sejatinva bersumber dari kerapuhan aqidah kebanyakan dari penduduk negeri ini. Tahukah anda, bahwa korupsi yang merajalela saat ini bersumber dari lemahnya aqidah para pelakunya? Andaikan mereka berbekal aqidah kuat, yang membuahkan rasa takut kepada Allah S.W.T. dan sadar akan pengawasan Allah S.W.T. yang tidak pernah lengah apalagi tidur niscaya mereka akan berhenti dari korupsi ria, walaupun tidak diawasi oleh KPK! Tahukah anda, bahwa dekadensi moral dan merebaknya pergaulan bebas diantara muda mudi bangsa ini juga bersumber dari sakitnya aqidah mereka? Andaikan mereka memiliki aqidah kuat, yang membuahkan kesadaran akan adanya kehidupan lain setelah kehidupan fana ini, akan adanya hari kiamat dan hari pembalasan amalan, niscaya mereka akan lebih berhati-hati lagi dalam bertindak tanduk.”

INIIAH PERJUANGAN PARA RASUL DALAM MENDA’WAHKAN TAUHID!
Karena begitu urgennya da’wah tauhid ini, maka para Rasul pun mengerahkan daya dan upaya demi tegaknva kalimat lailaha illallah. Cobaan dan rintangan telah dilalui mereka dalam hari-harinya menghadapi kaumnya.
Inilah Nuh Rasul pertama yang diutus di muka bumi. Nabi yang agung ini hidup dengan usia yang panjang dan dalam masa yang lama, selama 950 tahun, beliau menghabiskan usianya untuk menyeru kaumnya kepada pengesaan Allah S.W.T. dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Beliau tidak pernah merasa lelah dan bosan, siang dan malam, secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Allah menggambarkan da’wah beliau dalam firman-Nya yang artinya :
Nuh berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnva aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengumpuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam. (QS. Nuh :  9)

Demikian juga Nabi Ibrahim a.s., bapaknya para Nabi, Imam ahli tauhid dan sang kekasih Allah S.W.T. telah ia curahkan segenap kemampuannya demi dakwah tauhid, bukan hanya berhadapan dengan kaumnya saja, bahkan harus berhadapan dengan ayahandanya sendiri, sehingga beliau harus terusir. Sampai puncaknya ia harus mendapatkan intimidasi dari kaumnya. hinggaa harus dibakar. namun Allah S.W.T. menyelamatkanny. Firman Allah yang artinya :
Ibrahim berkata : “Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberikan mudharat kepada kamu? Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami?” Mereka berkata : “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.” Kami berfirman : “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”, mereka hendak membuat maker terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS. Al-Anbiya’ : 66 – 70)
Demikian juga Nabi Musa a.s., Nabi Yusuf a.s., Nabi Hud a.s., dan yang lainnya, semuanya mengajak kepada tauhid.

DAN INIIAH PERJUANGAN RASULULLAH
Bagi orang yang pernah membaca sejarah hidup Rasulullah S.A.W. pasti akan tahu bahwa da’wah beliau penuh dengan tauhid.
Sepanjang periode risalah beliau di Makkah, yaitu selama 13 tahun, beliau senantiasa menyeru kepada tauhid. Beliau tidak pernah merasa lelah dan bosan bersabar terhadap segala penderitaan di dalam jalan menyebarkan da’wah tersebut. Selama itu belum ada kewajiban hukum-hukum syariat dan rukun-rukun Islam kecuali shalat yang diwajibkan pada tahun kesepuluh dari kerasulan beliau. Beliaupun menyeru kepada akhlak yang mulia, seperti silaturrahim, jujur dan memelihara kehormatan. Akan tetapi yang menjadi sentral da’wah dan ajang perselisihan dan permusuhan adalah da’wah tauhid.
Demikianjuga pasca hijrah ke Madinah beliau utus delegasi seperti Muadz bin Jabal, Ali bin Abi Thalib yang di utus ke negeri Yaman untuk menda’wahkan tauhid’. Beliau juga menulis surat kepada para raja. Anas bin Malik berkata : “Bahwasanya Rasulullah telah menulis surat kepada raja Kisra, raja Qaisar dan raja Najasyi, (juga) kepada seluruh penguasa-penguasa. Beliau menyeru mereka kepada tauhid.”
Hingga detik-detik menjelang wafatnya Rasulullah,S.A.W. ‘Aisyah r.a. berkata : “Ketika Rasulullah S.A.W. sakit (menjelang wafatnya), beliau tutupkan selimut di atas mukanya. Jika terasa menyesakkan nafas, beliau buka selimut itu kemudian beliau berkata, “Laknat Allah ditimpakan kepada Yahudi dan Nasrani yang menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid.”
------------------------------
Abu Zaid, BULETIN AL FURQAN, Tahun ke-6 Vol. 9 No. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar