Jumat, 17 Februari 2012

BANGSA YANG SUKA MENYURUH RAKYAT BERKONFRONTASI DENGAN ORANG-ORANG YANG BENAR

Allah berfirman : (QS. Al-Maidah : 41)
Mereka berkata “Jika diberikan kepada kamu (Taurat Yang sudah diubah) ini, maka ambillah. Tetapi jika tidak diberikan kepada kamu (Taurat yang sudah diubah),  janganlah kamu ambil.”
Riwayat sebab turunnya ayat ini telah diceritakan oleh Imam Ahmad, Muslim, Abu Dawud Ibnu Jarir dan Ibnu Mundzir dan Al-Barra’ bin Azib, katanya, Nabi melewati seorang Yahudi yang mukanya dicoreng-moreng dengan arang seraya didera. Lalu Nabi memanggil mereka, kemudian bertanya, “Beginikah yang kalian temukan hukuman bagi pezina di dalam kitab suci kalian ?“ Jawab mereka, “Ya.” Lalu Nabi memanggil salah seorang ulama mereka kemudian bertanya kepadanya, ”Aku bersumpah dengan nama Allah yang mengirimkan Taurat kepada Musa. Beginikah sebenarnya hukuman bagi pezina yang kalian temukan di dalam kitab suci kalian?“ Jawabnya “Demi Allah tidak. Sekiranya tuan tidak bersumpah kepadaku (dengan nama Allah) niscaya saya tidak akan menceritakannya, Hukuman bagi pezina yang kami temukan di dalam kitab suci kami adalah hukuman rajam. Akan tetapi berzina ini meluas di kalangan tokoh-tokoh kami, maka hukuman itu kami tinggalkan. Tetapi kalau yang melanggar orang-orang lemah (rendah), maka kami laksanakan hukuman ini dengan semestinya.” Lalu kami (orang-orang Yahudi) berkata, ”Marilah kemari. Marilah kita mengadakan suatu kesepakatan, yakni kita akan menegakkan hukum kepada orang yang berpangkat maupun yang rendah. Lalu kami tetapkan, bahwa hukuman muka dicoreng-moreng dengan arang seraya didera dijadikan ganti bagi hukuman rajam!’ Lalu Nabi saw bersabda , “Demi Allah, akulah orang pertama yang akan menghidupkan urusanmu karena engkau telah mematikannya selama ini.” Beliau lalu menyuruh menjalankan hukuman tersebut, maka dijalankanlah rajam. Kemudian Allah menurunkan ayat-Nya (ayat 41) ini.
Sejarah kasus ini membuktikan bahwa para tokoh bangsa Yahudi di Madinah dalam usahanya memusuhi Nabi saw., mereka mengerahkan anak buah atau rakyat awam untuk melawan petunjuk dan bimbingan Rasulullah saw. Terhadap cara yang kotor dilakukan oleh tokoh-tokoh Yahudi kepada Nabi saw. ini, Allah memperingatkan agar beliau tidak bersedih hati. Karena pada dasarnya seseorang akan mendapat hidayah atau tidak adalah menjadi hak Allah semata-mata. Oleh karena itu hendaknya Nabi menjalankan apa yang menjadi kewajiban kepada Allah dan jangan mempedulikan konfrontasi yang dilakukan oleh masyarakat Yahudi di bawah pimpinan tokoh-tokoh mereka.
Seseorang merasa bersedih hati adalah sifat naluriah. Nabipun sebagai manusia biasa merasa sedih, kalau dalam menyampaikan kebenaran mendapat perlawanan dan orang-orang yang seharusnya mengikutinya. Karena para tokoh Yahudi telah tahu sebelumnya tentang kedatangan Nabi Muhammad sebagaimana diberitakan dalam Taurat mereka.
Nabi yang merasa bersedih hati karena sikap konfrontasi Yahudi ini mendapat teguran dari Allah. Karena merasa kesedihan yang berkelanjutan akan dapat menimbulkun keputusasaan. Sebab itu hendaklah Rasulullah menyadari siasat para tokoh Yahudi yang mengerahkan anak buahnya untuk berkonfrontasi terhadap beliau. Cara yang jitu untuk menghadapi mereka ialah mengungkapkan kebohongan dan tipu muslihat para pemimpin Yahudi itu sendiri di tengah rakyat mereka dan dengan berdasarkan kitab suci mereka sendiri. Siasat ini dengan berhasil dilakukan oleh Rasulullah sebagaimana riwayat Ahmad dan bahkan dari Umar, katanya, “....... Tatkala seorang pendeta bernama Ibnu Suraiya membaca ayat Taurat tentang hukuman bagi orang yang berzina, ia menutupkan jari-jarinya di atas ayat itu. Kemudian menyuruhnya mengangkat jari-jarinya itu. Ternyata tertulis di situ ayat rajam. Kemudian para tokoh Yahudi itu berkata kepada Nabi, “Wahai Muhammad, ternyata yang tertulis di sini adalah ayat rajam. Namun kami sudah bersepakat sejak dahulu untuk menyembunyikannya dan rakyat kami,”
Dengan siasat tantangan terbuka semacam ini Rasulullah berhasil mengambilkan konfrontasi di kalangan awam Yahudi kepada para pemimpin mereka sendiri. Bagi kita seharusnya selalu menggunakan siasat seperti ini dalam upaya melawan kembali siasat musuh-musuh Islam yang mengerahkan anak buahnya memusuhi Islam.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 169 - 171

Tidak ada komentar:

Posting Komentar