Sabtu, 14 Januari 2012

BANGSA YANG MERASA DIRINYA PALING BERSIH

Allah berfirman : (QS. An-Nisa 49)
Tiadakah kamu perhatikan orang yang menganggap dirinya bersih ? Sebenarnya Allah membersihkan siapa saja  yang di kehendaki-Nya , dan mereka tidak dianiaya sedikitpun.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan kasus Yahudi dan Nasrani karena mereka menyatakan sebagai kekasih Allah (QS. Al-Maidah : 18), tidak akan ada manusia yang masuk syurga kecuali mereka sendiri (QS. Al-Baqarah : 111), dan mereka masuk neraka hanya beberapa hari saja (QS. Al-Baqarah : 80). Diriwayatkan dari As-Sudy, ia mengatakan, “Ayat ini turun dalam kasus orang Yahudi, karena mereka mengatakan, ”Kami sekalian anak keturunan Taurat adalah (bagaikan) anak kecil. Karena itu mereka (anak anak kecil) tidak mempunyai dosa. Dosa-dosa kami ibarat dosa anak-anak kecil kami. Dosa yang kami lakukan pada siang hari akan diampuni pada malam hari.”
Ayat ini menjelaskan bahwa tidak ada artinya, bagi bangsa Yahudi punya anggapan dirinya sebagai manusia bersih, sebagai kekasih Allah dan bangsa pilihan, sehingga tidak akan mengalami siksa neraka, kecuali sebentar. Bangsa Yahudi yang membanggakan diri sebagai keturunan dari para Nabi dan penerima kitab-kitab suci adalah sia-sia belaka, kalau tidak beramal shaleh dan beriman.
Allah sama sekali tidak membedakan suatu bangsa, suatu suku dan suatu keturunan di dalam memberikan hidayah kepada jalan kebenaran, amal shaleh dan akhlaq mulia. Siapa pun orangnya, apapun bangsanya dan keturunannya dapat membersihkan dirinya dan segala macam dosa, asalkan ia mau beriman dan beramal shaleh.
Bangsa Yahudi yang beranggapan sebagai kelompok manusia yang bersih, karena berdasarkan ras, keturunan dari nenek moyangnya yang banyak menjadi Nabi adalah satu kebohongan. Karena Allah telah menetapkan ketentuan bahwa seseorang hanya dapat menjadi bersih, bila ia beramal shaleh, akidah benar, berakhlaq mulia dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman.
Ayat ini mengandung dua pelajaran, sebagai berikut :
  1. Allah hanya menilai seseorang berdasarkan amal shaleh dan keimanannya yang benar. Seseorang musyrik, bila beramal shaleh dengan penuh perasaan tulus, maka siksanya akan dikurangi. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadits Rasulullah yang menerangkan bahwa seorang dermawan bernama Hatim At-Thai diringankan siksanya di neraka, karena kedermawanannya.
  2. Seseorang yang hanya berbangga dengan keunggulan agamanya dan kebenaran ajaran-ajarannya, tetapi ia sendiri tidak melaksanakan apa yang menjadi perintah agamanya, maka ia tidak akan lepas dari siksa api neraka. Hal semacam ini adalah karakter yang dimiliki oleh bangsa Yahudi, sebagaimana penuturan ayat ini.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 140 - 142

Tidak ada komentar:

Posting Komentar