Sabtu, 29 Oktober 2011

Keyakinan akan Terbebas dari Musibah

Yang membantu terlaksananya kesabaran, suatu keyakinan kemenangan dari Allah dekat. Keyakinan terbebas dari himpitan musibah. Keyakinan datangnya kesenangan sesudah kesusahan dan kemudahan sesudah kesulitan.
Keyakinan datangnya kemenangan dari Allah bagi orang-orang beriman sebagai ganti ujian dan cobaan yang dialaminya. Keyakinan seperti itu akan menghilangkan kegelisahan batin, menghapus rasa putus asa memerangi jiwa dengan sinar harapan kemenangan dan percaya akan hari esok yang lebih cerah. Optimisme atau harapan adalah penggerak yang kuat dan pendorong gerak maju ke depan. Adapun rasa putus asa (pesimisme) merupakan penyakit berbahaya bahkan dapat mematikan. Yang menopang kesabaran Yaqub ialah harapannya kepada Allah dan harapan akan masa depan yang menggembirakan dan keyakinan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan kesabaran dan amal kebaikannya.
Ketika anak Ya’qub yang kedua (Bunyamin) ditahan di Mesir dia berkata :
”Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku”. (QS Yusuf : 83).

Dan kepada anak-anaknya Ya’qub berkata :
”Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu putus asa dari rahmat Allah!” (QS Yusuf : 87).

Berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur’an rangkaian sabar dengan janji Allah pasti benar dan tidak dapat diingkari akan datangnya kemenangan dari Allah. Yang mengingkari janji pada umumnya orang yang lemah atau pembohong. Dan Allah Maha Suci dari sifat-sifat itu.
Firman Allah SWT :
”Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya”. (QS Az-Zumar : 20).
”Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-sekali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Ar-Ruum : 60).

”Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar dan memohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” (Al Mu’min : 55).

Janji Allah. yang benar meliputi beberapa hal :
A. Janji kemudahan sesudah kesulitan, keselamatan sesudah bencana, kebebasan sesudah keterhimpitan dan kesenangan sesudah kesusahan.
Firman Allah SWT :
”Allah kelak akan memberi kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaaq : 7).

Dalam ayat lain Allah menjanjikan kemudahan bukan sesudah bahkan bersamaan dengan kesulitan.

‘Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah : 5 – 6).

Dengan maksud menggugah perhatian dua hal :
Pertama. Dekatnya saat datangnya kemudahan menyusul kesulitan seolah-olah datangnya bersamaan atau bersambungan. Dalam hal ini para ulama terdahulu berpendapat :
”Apabila kesulitan memasuki suatu lubang pasti diikuti oleh kemudahan”.

Kedua. Kenyataan bahwa sesungguhnya kesulitan dan kemudahan yang datang bersamaan waktunya dapat dirasakan secara nyata atau samar-samar. Dan itulah yang dinamakan “Al-Luthfu” (taufik, perlindungan, kasih sayang, lemah-lembut). Tiap-tiap takdir Allah terdapat “Al-Luthfu” dan tiap musibah atau bencana ada kenikmatan, Ibnu Atho’allah Al-Iskandari berkata:
”Barang siapa mengira bahwa “Al-Luthfu dari Allah terpisah dari takdir-Nya, itu merupakan pandangan yang sempit, sebab Allah SWT berfirman :
”Sesungguhnya Rabb-ku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Bijaksana”. (QS Yusuf :100).

B. Allah SWT menjanjikan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang sabar dan bertaqwa. Meskipun jalan yang mereka tempuh penuh duri dan kaki mereka tertusuk dan berdarah. Yang penting ialah kesudahannya dikemudian hari
Karena itu Musa menasehati kaumnya ketika diancam Fir’aun dengan siksaan penganiayaan dan pembantaian :
”Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS Al-A’raaf : 128).

Setelah menguraikan kisah Nabi Nuh dengan kaumnya dan anaknya dan apa yang terjadi setelah itu, Allah SWT berfirman ditujukan kepada Rasulullah SAW :
”Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum itu. Maka bersabarlah sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS Huud : 49).

Siang dan malam datang silih berganti. Situasi dan kondisi peperangan berubah-ubah. Tetapi hasil akhir untuk kemenangan orang-orang beriman.
Gemuruh gelagar dan dahsyatnya halilintar yang menyambar merupakan pertanda baik bagi turunnya hujan dan datangnya rahmat Allah.
Suasana paling gelappun datangnya tengah malam mendahului terbitnya fajar.
Al Qur’an berbicara tentang sunnah Ilahi atas usul rasul-rasul-Nya.
”Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah menyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa” (QS Yusuf : 110).
Sebagian orang ketika melihat orang-orang yang zalim dan durhaka, bergelimang dalam kemewahan hidup dan kesehatan tubuh mungkin mengira bahwa Allah SWT lupa mengazab mereka. Mustahil Allah lupa untuk mengadzab.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah menangguhkan (tindakan) terhadap orang-orang yang zalim. Sehingga bila kelak ditindak tidak akan terlewat (saatnya)”.
Lalu beliau membaca ayat :
“Dan begitulah adzab Rabb-mu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (QS Huud : 102).

C. Janji Allah mengganti semua yang telah berlalu sebab Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang beramal sholeh dan berbuat  ihsan. Dan pahala yang dijanjikan itu meliputi dunia dan akhirat secara keseluruhan
Allah menjanjikan mereka yang berhijrah di jalan Allah dengan mengganti tanah pemukiman mereka dan keluarga atau masyarakat yang mereka tinggalkan.
Firman Allah SWT :
”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Allah saja mereka bertawakkal.”  (An-Nahl : 41 – 41).

Hal ini membuktikan sabar terhadap masalah yang pahit (dalam kehidupan) dapat menghasilkan buah-buah yang manis di dunia dan di akhirat.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 94 - 98

Tidak ada komentar:

Posting Komentar