Senin, 12 September 2011

KELEBIHAN MANUSIA DENGAN AKALNYA

Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang maha besar dari Tuhan, tidak diberikan kepada makhluk yang lainnya, yaitu “akal”. Sekiranya manusia tidak diberi akal, niscaya keadaan dan perbuatannya akan sama saja dengan hewan.
Dengan adanya akal, segala anggota manusia, gerak-diamnya, semuanya berarti dan berharga. Juga akal itu dapat digunakan untuk berpikir dan memperhatikan segala benda dan barang yang ada di alam ini, sehingga benda-benda dan barang-barang yang halus serta tersembunyi, dapat dipikirkan guna dan manfa’atnya. Alhasil, bila akal digunakan dengan semestinya, niscaya tidak ada benda-benda dan barang-barang di dunia ini yang sia-sia bagi manusia.
Tentang pemberian akal, Allah telah menerangkan dalam firman-Nya QS An-Nahl : 78 ;
Wallahu akhrajakum min buthuni ummahatikum la ta’lamuna syaian, wa ja’ala lakumus-sam’a wal abshara wal af-idah, la’allakum tasykurun

Artinya :
“Dan Allah telah mengeluarkan kamu dari perut ibumu padahal kamu tidak mengetahui sesuatu apa. Lalu dijadikan-Nya bagimu pendengaran, penglihatan dan hati (akal) supaya kamu berterima kasih”.
Oleh karena itulah, sering benar Allah menyuruh manusia berpikir atau menggunakan akal supaya cerdas dan berbuahkan manfa’at yang baik dan berguna bagi diri sendiri dan bagi umum. Karena akal yang tidak digunakan untuk berpikir, niscaya mudah rusak dan tidak berguna apa-apa.
Di antara ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh berpikir, ialah firman Allah
QS Yunus : 101 ;

Qulin dzuru madza fis-samawati wal-ardli
 Artinya :
“Katakanlah: Hendaklah kamu pikirkan apa yang ada di langit dan di bumi”.
Firman-Nya lagi QS Ar-Rum : 8;
Awalam yatafakkaru fi anfusihim ma khalaqal-lahus samawati wal ardla wama bainahum illa bil haqqi
Artinya :
Dan tidakkah mereka pikirkan tentang diri mereka? Allah tidak menjadikan langit, bumi, dan apa-apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan benar (tidak sia-sia)”
-----------
Jalan Hidup MUSLIM, Md. 'Ali Alhamidy, Penerbit PT ALMA'ARIF Bandung, Cetakan Pertama 1974, halaman 18 - 20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar