Kamis, 15 September 2011

BANGSA YANG MEMBENCI KEBEBASAN BERAGAMA

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah:120)
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sungguh petunjuk Allah itulah sebenar-benar petunjuk.” Dan jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka sesudah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu”.

Nabi saw selama ini besar sekali harapannya kepada ummat Yahudi dan Nasrani untuk beriman kepada Islam. Karena prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi dengan ajaran para Nabi sebelumnya adalah sama. Semua Nabi mengajarkan Tauhid kepada Allah, meluruskan segala perbuatan yang menyalahi fitrah dan membatalkan segala macam doktrin agama yang keliru, karena pengaruh-pengaruh tradisi.
Nabi saw sangat prihatin menyaksikan keingkaran ummat Yahudi dan Nasrani terhadap dakwah Islam padahal jauh sebelumnya mereka menantikan kedatangan Nabi akhir zaman, Nabi yang dijanjikan dalam Taurat dan Injil.
Akan tetapi keprihatinan Nabi ini mendapatkan teguran dari Allah bahwa tidak perlu Nabi menaruh harapan terhadap Bangsa Yahudi dan ummat Kristen untuk menjadi ummat Islam. Karena bagi orang Yahudi dan Nasrani punya keyakinan hanya agama merekalah satu-satunya yang benar. Karena mereka menjadikan agama sebagai monopoli kebangsaan atau menganggap mereka sebagai kekasih-kekasih Tuhan sehingga hanya mereka sajalah yang diberi petunjuk kebenaran oleh Tuhan. Karena keyakinan yang membabi-buta seperti ini, maka mustahil orang Yahudi maupun Nasrani mau mendengarkan dakwah Islam dengan hati jernih dan pikiran yang lurus.
Anggapan kaum Yahudi dan Nasrani bahwa merekalah satu-satunya golongan manusia yang diberi petunjuk oleh Tuhun ke jalan kebenaran dibantah dan disanggah oleh Allah sendiri. Bahwa petunjuk kebenaran hanyalah Allah turunkan kepada para Nabi-Nya tidak berdasarkan kebangsaan tertentu atau keturunan tertentu dan bukan pula menurut hawa nafsu dan selera manusia sendiri sebagaimana anggapan kaum Yahudi dan Nasrani itu. Jika benar bahwa kaum Yahudi dan Nasrani sebagai ummat yang terpimpin di jalan kebenaran, mengapa Kitab suci mereka satu dengan yang lain berbeda, banyak perubahan dan pemalsuan sehingga sulit ditentukan keasliannya. Selain itu mereka berpecah-belah menjadi puluhan sekte, sehingga satu sama lain mengkafirkan dan mengaku dirinyalah yang benar. Dengan demikian kaum Yahudi maupun Nasrani mengalami kebingungan dan kekacauan, baik dalam bidang aqidah maupun bidang ibadah dan syari’ah.
Dengan adanya kekacauan semacam ini, maka Nabi diperingatkan oleh Allah agar tidak tergoda oleh keingkaran dan penolakan mereka terhadap dakwah Islam. Kaum Yahudi dan Nasrani punya prinsip, bahwa mereka hanya mau mengikuti Nabi saw dengan syarat Nabi mau mengikuti ajaran-ajaran agama yang ada pada mereka. Oleh sebab itu Allah pun mengancam kepada Nabi dan ummatnya agar jangan mengikuti godaan dan rayuan mereka, karena mereka adalah orang-orang yang gemar memalsukan kebenaran, membuat ajaran-ajaran yang sesat dan membelokkan ke arah nafsu mereka yang disesuaikan dengan keadaan dan zaman, maka Allah akan menurunkan azab kepada Nabi dan ummatnya. Allah tidak akan mau menolong Nabi dan ummatnya, bila mereka ini mengikuti kehendak dan kemauan kaum Yahudi maupun Nasrani.
Ancaman keras di dalam ayat ini yang pada dhahirnya ditujukan pada Nabi pada hakekatnya adalah ditujukan pada ummat Islam. Nabi saw dijadikan sebagai obyek titah pada ayat ini adalah untuk memberi pelajaran kepada kaum muslimin. Figur Nabi dijadikan obyek titah adalah untuk memperingatkan kaum muslimin betapa besar kesalahan mereka kalau mengharapkan toleransi dari kaum Yahudi dan Nasrani terhadap Islam, karena mereka telah membabi-buta berkeyakinan bahwa selain agama mereka adalah sesat, sehingga bagaimanapun kondisi dan situasi serta masa kapan pun kaum Yahudi dan Nasrani akan tetap memusuhi Islam sebagai suatu agama yang mereka pandang sesat. Maka seseorang yang beragama Islam hanya mungkin dijadikan teman oleh orang Yahudi atau Nasrani, kalau orang ini dinilai lemah agamanya atau tidak begitu teguh berpegang kepada Islam. Dengan kata lain, orang yang mengaku Islam, tetapi mengabaikan ajaran-ajaran Islam, maka orang seperti inilah yang dijadikan teman baik oleh kaum Yahudi dan Nasrani. Sebaliknya seorang muslim yang teguh dengan agamanya akan dijadikan sasaran kecaman oleh kaum Yahudi atau Nasrani.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 77 - 80

Tidak ada komentar:

Posting Komentar