Sabtu, 20 Agustus 2011

LUAPAN TAK TERTAHANKAN

Wajar, bila kegembiraan menemukan Tuhan membuat gejolak luar biasa
Seorang yang bersyahadat adalah mereka yang telah menemukan jati dirinya yang telah hilang sekian lama. Dengan ditemukannya kembali, mereka gembira, senang dan bahagia. Luapan kegembiraan Itulah akhirnya menjadi energi untuk bersegera bangkit mengajak orang lain turut merasakannya juga.
Setelah mereka temukan apa yang menjadi dambaannya sekian lama, dan mereka tahu bahwa orang lain juga ingin menemukannya, mendorong keinginan kerasnya untuk berteriak lantang ke seluruh dunia guna mengumumkan perolehannya. Mereka ingin menginformasikan keberadaannya yang kini telah berubah.
Pelan-pelan dalam diri mereka timbul rasa kasihan pada orang lain yang masih berkubang dalam pencarian dan spekulasi tanpa kepastian kapan berakhir. Sementara mereka sudah sampai pada taraf menikmati dan ternyata memang mengasyikkan. Solidaritas kemanusiaan yang tinggi serta tingkat kepuasan yang luar biasa mendorongnya untuk menyampaikan kepada semua orang pengalamannya yang mengasyikkan itu.
Untuk memperoleh gambaran ledakan kegembiraan itu, bisa dilukiskan dalam perbandingan sebagai berikut :
Orang yang hidupnya sengsara karena teramat miskinnya, tiba-tiba mendapatkan jalan keluar. Padahal sebelumnya uang tak punya, bahkan makan pun tak bisa. Betapa banyak tuntutan yang belum terlayani. Hampir-hampir ia mencuri kalau saja tak takut dipenjara atau dihukum mati. Dalam kondisi kepepet, perut lapar bukan alang kepalang, keluarga semua merengak, tiba-tiba ada tawaran uang dari seseorang. Betapa meluap perasaannya saat itu.
Begitu pula bagi pemuda lapuk yang selama bertahun-tahun tidak kunjung dapat isteri, meski telah menempuh segala macam cara. Dalam keadaan hampir putus asa, tiba-tiba ada tawaran untuk memperisteri seorang gadis yang jauh lebih cantik ketimbang yang didambakannya sekian lama. Bayangkan seperti apa gembiranya. Wajar kalau ia berjingkrak dan bersorak.
Seperti itulah gambaran meluapnya perasan seorang yang mendambakan bimbingan dan kemudian menemukannya.
Ungkapan ini sekadar memudahkan perbandingan penjumpaan dengan Allah Yang Maha Segalanya, Maha sempurna dengan sifat kasih sayang-Nya. Dia tidak punya kepentingan apa-apa terhadap makhluq-Nya, termasuk manusia.
Dengan perbandingan itu semua, kita bisa bayangkan bagaimana dan betapa pula tingkat kewajarannya. Dapat dilukiskan betapa gembiranya mereka yang berhasil menemukan dan meyakini keberadaan Allah yang dicarinya dan diperlukannya sekian lama, sebagai sesuatu yang sangat menentukan hidup dan kehidupannya di dunia dan akhirat.
Bagaimanapun tinggi lonjakan kegembiraannya masih tetap bisa dianggap wajar kalau dibandingkan dengan tingkat kegembiraan seseorang yang hanya ketemu dengan harta, isteri, titel ilmu dan lain-lain, yang sesungguhnya tidak terlalu menentukan dalam hidup dan kehidupan. Menemukan Tuhan dan meyakininya, melahirkan ledakan dahsyat untuk berbuat dan berjuang dalam voltage sangat tinggi yang terkesan mabuk dan nyaris tidak terkontrol. Sangat wajar bila tumbuh satu tekad dan semangat yang menyala-nyala untuk mengenalkan Allah, apapun risikonya.
Mereka pasti ingin berbagi rasa. Mereka belum puas hanya dirinya sendiri yang merasakan kgembiraan seperti itu, sementara orang lain tidak. Mereka ingin menunjukkan jalan kepada orang lain, membimbing dan mengajarinya.
Bila syahadat tidak sampai begitu, sangat beralasan bila keimannya dipertanyakan kembali bobotnya. Bobot keimanan seseorang dapat diukur dari sini. Bila ada luapan kegembiraaan yang cukup tinggi, itu berarti bobot imannya tinggi. Bila voltage semangat juangnya dalam menyebarkan keyakinannya selalu tinggi, berarti setingkat itu juga imannya. Karenanya adalah merupakan konsekuensi logis yang wajar dan pasti kalau seseorang yang sudah bersyahadat akan tampil mendemonstrasikan syahadatnya pada semua aspek kehidupannya. Dengan begitu ia berharap semua orang ikut tertarik dan terangsang untuk menikmatinya.
Ada sesuatu yang dirasakan begitu hebat dan luar biasa yang perlu disebarkan agar semua orang bisa tahu dan berusaha pula memiliki dan menikmatinya. Jika tidak ada badai seperti itu dalam diri orang yang selesai bersyahadat, perlu dipertanyakan sejauh mana sesungguhnya wujud kesadaran yang dia miliki sampai kepada lahirnya pernyataan syahadat tersebut.
Ledakan syahadat dalam diri seseorang sesungguhnya melahirkan goncangan yang sangat keras sekali, sehingga merombak sekian banyak struktur dalam diri, baik cara berpikir atau pola memandang sampai kepada standar nilai yang dipakai. Dengan perubahan ini, masyarakat sekitarnya akan merasakan langsung dampaknya. Mereka mudah dikenali, sebab aktivitas sehari-harinya yang turut juga berubah. Apapun profesinya,mereka tetap aktif dan getol membicarakan dan mempromosikan Islam yang dia rasakan nikmatnya. Saking getolnya, hingga terkesan bahwa da’wah adalah kegiatan utamanya. Aktivitasnya pada bidang lapangan hidup yang digelutinya jadi semacam penunjang saja.
Tidak dibikin-bikin, memang asyik dan semangat sekali, begitu merasuk sehingga kapan dan di mana saja hal itu pasti dilakukan. Nampak puas kalau ada orang yang berkenan menyediakan waktunya mendengarkan pembicanaannya, dan merupakan puncak kebahagiaannya bila berhasil membuat orang jadi sadar.
-----
Suara Hidayatullah, Edisi 07/TH IV/Rabiul Akhir – Jumadil Awwal 1412/ Nopember 1991, halaman 27 - 28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar