Minggu, 21 Agustus 2011

Berlaku Telitilah Mengambil Suatu Tindakan

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا ضَرَبْتُمْ فِى سَبِيلِ اللَّـهِ فَتَبَيَّنُوا۟ وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَنْ أَلْقَىٰٓ إِلَيْكُمُ السَّلٰمَ لَسْتَ مُؤْمِنًا تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَوٰةِ الدُّنْيَا فَعِندَ اللَّـهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ ۚ كَذٰلِكَ كُنتُم مِّن قَبْلُ فَمَنَّ اللَّـهُ عَلَيْكُمْ فَتَبَيَّنُوٓا۟ ۚ إِنَّ اللَّـهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu; “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. an-Nisaa’ (4) : 94).

Tafsir Ayat
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah !..”. Artinya janganlah sembrono terburu nafsu, tidak terkendali. Melainkan hendaklah teliti dan hati-hati. Jangan sampai terbunuh terpancung leher orang yang tidak patut diperlakukan demikian.
“...dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu; “Kamu bukan seorang mukmin !” (lalu kamu membunuhnya),...”. Apabila telah mengucap salam seseorang, tandanya dia meminta damai, engkau perangi juga, padahal Islam berperang semata mengutamakan damai. Apatah lagi kalau dia mengucapkan dia orang Islam. Janganlah kamu katakan bahwa dia mengucapkan itu hanya dengan mulutnya saja, sedangkan hatinya tidak Islam. Engkau tidaklah dapat mengetahui apa yang dalam hati orang.
“..., dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia,...” Ini adalah celaan yang keras tetapi dilakukan dengan cara halus oleh Tuhan, yaitu jangan kamu terburu-buru membunuh orang yang telah mengucapkan salam lalu menuduhnya belum Islam lantaran hendak merampas harta bendanya.
“..., karena di sisi Allah ada harta yang banyak. ...”. Tidak cuma harta rampasan yang didapat, Tuhan dapat membukakan lagi banyak pintu sumber harta yang dapat kamu usahakan dengan sungguh-sungguh.
“.... Begitu jugalah keadaan kamu dahulu,...”. Bahwasannya orang-orang yang telah mengucapkan Islamnya diantara kaumnya yang masih kafir. Janganlah kamu bunuh mereka dengan terburu karena menyangka mereka belum Islam. Sebab didalam kalanganmu sendiripun di zaman dahulu pernah juga kejadian demikian.
“..., lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu,...”. Yaitu dengan membukakan jalan buat hijrah ke Madinah.
“...., maka telitilah. ...”. Jangan terburu-buru selidikilah dengan jelas sebelum berbuat.
“.... Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. Sebuah peringatan jangan sampai terjadi pencampur-adukan nafsu akan harta rampasan dengan alasan yang dicari-cari. Membunuh orang Mukmin dengan sengaja diancam kekal dalam neraka, dimurkai Allah, dilaknat dan mendapat siksa yang besar.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rasulullah mengirim sepasukan tentara yang diantaranya terdapat al-Miqdad. Ketika sampai ke tempat yang dituju, penghuninya telah lari semua, kecuali seorang yang kaya raya. Seketika itu juga ia mengucapkan “Asyhadu alla ilaha illallah”. Akan tetapi orang itu dibunuh oleh al-Miqdad. Bersabdalah Nabi kepada Miqdad : “Bagaimana pertanggung-jawabanmu kelak di akhirat dengan ucapan “La ilaha illallah”. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 4 : 94) sebagai teguran akan kecerobohan suatu tindakan. Diriwayatkan oleh al-Bazzar yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika itu kaum Mirdas melarikan diri, tinggalah Mirdas bin Nahiq orang Fadaq seorang diri sedang menggiring kambingnya ke gunung. Ketika orang-orang menyusulnya ia mengucapkan “La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah, Assalamu ‘alaikum”. Tapi dibunuh oleh Usamah bin Zaid رضي الله عنهما. Dan ketika mereka pulang, turunlah ayat QS. 4 : 94 sebagai teguran akan tindakannya yang ceroboh. Diriwayatkan oleh ats-Tsa’labi dari al-Kalbi dari Abi Saleh yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari as-Suddi dan Ab’d yang bersumber dari Qatadah seperti riwayat itu
-------------------------------------
Bibliography : 
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 136.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 5, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan Pertama 1983, halaman 212 - 216.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 149 - 150.
 Tulisan Arab Al-Qur'an. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar