Senin, 06 Juni 2011

PELESTARIAN VERSUS PEMENUHAN KEBUTUHAN

Pelestarian arsitektur berkaitan erat dengan upaya penyelamatan bangunan kuno bersejarah, atau merupakan dampak dari kekhawatiran bakal musnahnya warisan leluhur dalam bentuk fisik bangunan, atau pencarian tetenger dengan bentuk arsitektur yang khas sebagai bagian dari upaya menciptakan kegiatan dan meningkatnya kepariwisataan untuk menambah penghasilan daerah.  Hal lain, mungkin merupakan pemecahan arif dari investor yang menjadi mitra pemda setempat untuk tetap melestarikan keunggulan arsitektural dari bangunan lama dimana lahannya akan direkayasa atau dikembangkan menjadi fungsi baru.
Target bisnis seringkali hanya menyisakan sebagian kecil dari bangunan lama, untuk ”Tamba Pengen”. Perubahan dan pemanfaatan lahan kota semestinya disertai pertimbangan-pertimbangan historis dan arkeologis disamping pertimbangan arsitektural dan planologis.
Dana Pemugaran biasanya kecil, bertahap. Studi Kesejarahan arsitektur bangunan jarang dilakukan. Sangat langkanya kebiasaan nenek moyang kita untuk merekam data arsitektur dan lingkungan sekitarnya dalam bentuk lukisan, pendataan banyak dilakukan oleh orang-orang Belanda dan sebagian besar data tersimpan di Leiden. Pekerjaan perencanaan pemugaran bangunan yang dimasukkan pekerjaan non standar bernilai kecil, dan lain-lain. Menjadikan kegiatan pemugaran bangunan kuno dan bersejarah sering dilakukan secara sepotong-sepotong dan tambal sulam. Karena pengecatan dan pelaburan secara berulang-ulang menjadikan detail ornamen pada dinding tembok berubah bentuk dan ukurannya.
Dana bantuan perawatan bangunan, tidak besar jumlahnya, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik bangunan. Akibatnya beberapa rumah tradisional Kudus lengkap dengan gebyok berukir dijual oleh pemiliknya. Dari pada mendapat bantuan dana perawatan tetapi tembok uang dan lagi rumah tinggalnya menjadi seperti museum yang banyak dikunjungi orang, secara tidak sadar mengganggu kegiatan sehari-hari, lebih baik warisan arsitektur tradisional yang bernilai tinggi tersebut dijual dengan harga mahal. Hasil penjualannya bisa dibelikan lagi rumah tinggal modern yang lebih besar, lebih kuat dan lebih sesuai dengan keinginan.
Kemudahan hubungan desa-kota, keberadaan bangunan disepanjang jalur antar kota, tersedianya dana untuk merenovasi, pertimbangan kepraktisan perawatan bangunan, keinginan untuk mengikuti perkembangan (baca: modernisasi) dan pengalaman sesuai dengan perubahan tingkat sosialnya, kesadaran untuk menghuni di rumah sehat disertai tidak ada atau lambatnya perubahan budaya menghuni, kurangnya penyuluhan tentang arsitektur menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan arsitektur rumah tinggal tradisional di pedesaan.

Pelestarian dan Penerapan Arsitektur Pantura Jawa Tengah, Totok Roesmanto, Semiloka Pendayagunaan Warisan Arsitektur dalam Kontek Pembangunan Kota, Semarang 18 November 1992.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar