Jumat, 24 Juni 2011

Jangan Mengungkit Sedekah

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقٰتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir. (QS. 2 : 264).

Tafsir Ayat
"Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan sipenerima),...". Seruan  Allah ta'ala untuk orang-orang yang beriman, bahwa menyebut-nyebut dan menyakiti yang diberi sedekah adalah merusakkan sedekah itu sendiri. Shadaqah (sedekah) baik kepada orang yang perlu dibantu, atau pada jalur lain, yakni keperluan umum untuk pembangunan masyarakat Islam. Maka kalau dimulai menyebut-nyebut atau menyakiti niscaya habislah arti sedekah itu. Lebih baik tidak memberi tetapi dengan budi yang baik daripada memberi tetapi mencerca.
"..., seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian... ". Menyebut-nyebut dan menyakiti orang yang diberi bukanlah sedekah orang beriman, melainkan sedakah orany yang riya, orang yang beramal karena mengharap pujian dan sanjungan manusia.
"... Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah)....". Suatu perumpamaan yang jitu dari Allah; hati seorang yang seperti ini diumpamakan dengan sebuah batu besar yang tandus, yang walaupun ada tanah diatas datarannya, hanyalah tanah debu dibawa angin, sebab itu maka tumbuh-tumbuhan yang tumbuh diatas tanah singgah itu, tidaklah tumbuh-tumbuhan yang bisa berakar ke bawah, sebab yang menanti dibawahnya hanya  batu belaka. Kemudian datang hujan yang lebat. Maka tanah yang tertumpuk diatas batu tandus itupun disapu habis oleh air turut mengalir dengan air hujan itu kebawah, sehingga batu itu menjadi licin kembali.

"... Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan;...". Jangan mengharapkan hasil baik dari batu licin, tandus dan gersang. Maksudnya ialah penderma-penderma yang mencerca sedekah, menyebut-nyebut dan menyakiti, walaupun berulang-ulang dia memberi sedekah, sama saja dengan berulang-ulang tumbuh rumput di atas tanah yang disinggahi angin diatasnya. Hartanya keluar, tetapi nilainya disisi Allah tidak ada.
 "... dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang kafir". Inilah keputusan Allah yang amat berbahaya kepada orang yang bersedekah karena riya. Walaupun  mengaku Islam, keadaaanya sama saja dengan orang yang kafir.
-----------------------------
Bibliography :
Al-Quraan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Dept. Agama, Pelita II/1978/1979, Juz 3 halaman 66.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 3, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan April 2001, halaman 44 - 47.
Tulisan Arab Al-Qur'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar