"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 30 April 2016

Persiapkan Tempat di Neraka

عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : من قال في القرآن برأيه فليتبوأ مقعده من النار

Siapa yang bicara tentang al-Qur'an dengan akalnya, hendaknya dia persiapkan tempatnya di neraka -Ibnu Abbas

Syaikh Misyari Rasyid Al-Afasy (Twitter : @mishari_alafasy) - Twit Ulama

Diantara Cara Memojokkan Syaitan

Terus terang itu akan membuat tenang, memberikan penjelasan itu akan memojokkan syaitan (karena menghilangkan su’uzhan –pent)

Dr. Ali Musri al-Indonesi (Twitter : @Ali_Musri_SP) - Twit Ulama

Scott

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Scott (Tenbou Star)  adalah pedagang yang bepergian ke seluruh dunia mencari penawaran dagang terbaik. Perdagangan pertamanya yang diperolehnya adalah burung beo, Waurenhyte, yang dia bayar dengan lilin. Dia membuka sebuah toko di Kastil Budehuc untuk Fire Bringer. Ia dianggap sebagai pedagang yang bijaksana dalam melakukan cara-cara perdagangan, tapi setelah perang ia kembali berkelana ke benua barat untuk menemukan rute perdagangan baru. (sumber : Suikosource dan Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate karya Aki Shimizu, Kadokawa Corporation, Tokyo Japan 2002).

Jumat, 29 April 2016

Mengisi Kehidupan Dengan Taat Kepada Allah

“Tahun-tahun itu seperti pohon, bulan-bulan itu seperti cabang pohon, hari-hari seperti rantingnya, jam demi jam seperti daun-daunnya, dan nafas kita adalah buahnya.
Siapa yang setiap desahan nafasnya diisi dengan ketaatan kepada Allah, maka buah pohon itu adalah buah yang baik. –Ibnul Qoyyiim رحمه الله”

Dr. Daghsy bin Syabib al-‘Ajmi (Twitter : @D_dagsh_alajmi) - Twit Ulama

Benarkah Kisah Mereka?

Dinukilkan dari website Ustadzuna Abu Ubaidah :
Imam Syafi'i ngalap berkah. Konon dikisahkan bahwasannya Imam Syafi'i pernah berkata : "Saya ngalap berkah dengan Imam Abu Hanifah. Aku mendatangi kuburannya setiap hari. Apabila aku ada hajat aku datang ke kuburannya, sholat dua raka'at di sisi kuburan Abu Hanifah, kemudian tak lama dari itu Allah ta'ala mengabulkan do'aku."
Derajat Kisah : Kisah ini Batil, dicantumkan al-Khatib al-Baghdadi dalam Tarikh Baghdad 1 / 123 dari jalur Umar bin Ishaq bin Ibrahim dari Ali bin Maimun dari Syafi'i. Riwayat ini lemah bahkan batil karena Ishaq tidak dikenal dan tidak disebutkan dalam kitab-kitab perawi hadits. Imam Ibnul Qayyim berkata : "Kisah ini termasuk kedustaan yang sangat nyata.

Di dalam buku Waspada Kisah-kisah Tak Nyata tulisan Ustadz Abu Ubaidah halaman 53 - 55 :
Wisata Bilal r.a. ke kuburan Nabi ﷺ Tatkala sahabat Bilal r.a. berada di Syam, dia pernah bermimpi melihat Nabi ﷺ dalam tidurnya. Dalam mimpi itu Nabi ﷺ bersabda : Kekasaran apakah ini, wahai Bilal? Bukankah telah tiba saatnya engkau mengunjungiku?"
Singkat cerita, iapun berangkat ke Madinah menuju kuburan Nabi ﷺ sambil menangis dan menempelkan pipinya di kuburan Nabi ﷺ.
Derajat Kisah : Mungkar, karena dalam kisah ini terdapat rawi yang bernama Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilal dan Sulaiman bin Bilal bin Abu Darda' sedang keduanya tidak dikenal (majhul). Berkata al-Hafidz : "Kisah ini sangat jelas palsunya."

Ternyata Hadits Lemah
Dalam Silsilah Ahaadits adh-Dha'fah No. 50, karya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, halaman 43-44, yaitu hadits yang sering dijadikan pegangan ternyata lemah;
"Barangsiapa yang menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap jum'at dan membacakan surat Yasin (diatasnya) maka ia akan di ampuni (dosanya) sebanyak ayat atau huruf yang dibaca." (Hadits Palsu).

Demikian penjelasan seputar ziarah kubur, sekali lagi bahwa kami tidak melarang ziarah kubur karena ia adalah syari'at Islam. Namun yang kami ingkari adalah fenomena-fenomena ziarah kubur yang telah dikotori dengan noda-noda syirik dan bid'ah. Sehingga ia menjadi jalannya setan untuk menyesatkan manusia.
---------------------------
Fenomena Ziarah Kubur, Abu Dawud bin Jainan, Buletin Al-Furqon, Tahun ke-6 Volume 10 No. 3 Terbit Shafar 1433 H, halaman 3 - 4. 

Luangkan Waktu Untuk Membaca Al-Qur'an

Kalau Anda menginginkan barokah pada waktu dan pekerjaan Anda, luangkan waktu bersama al-Qur'an di sela-sela kesibukan Anda.

Dr. Hasan al-Husaini (Twitter : @7usaini) - Twit Ulama

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (7)

Ibn Umar r.a . berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Jangan banyak bicara selain dzikir pada Allah, karena banyak bicara selain dzikrullah, menyebabkan kerasnya hati dan sejauh-jauhnya manusia dari Allah yang berhati keras (beku). (HR. Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 401.

Kamis, 28 April 2016

Berzikirlah, Apapun Keadaannya

“Orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring.” (QS. Ali Imran : 191). Qatadah berkata : “Ingatlah Allah pada saat kamu berdiri. Kalau tidak sanggup, maka dalam kondisi duduk. Kalau tidak sanggup juga, maka dalam kondisi berbaring. Suatu kemudahan dan keringanan dari Allah.”

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama

Timur-Barat adalah Rahmat Allah

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 115, Allah ta'ala menasehati orang beriman dalam firman-Nya :

وَلِلَّـهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ ۚ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ اللَّـهِ ۚ إِنَّ اللَّـهَ وٰسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat, maka kemana saja kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) Lagi Maha Mengetahui. (115).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Umar رضي الله عنهما dikemukakan bahwa beliau membacakan ayat ini (QS. 2 : 115) kemudian menjelaskan peristiwanya sebagai berikut : Ketika Rasulullah ﷺ dalam perjalanan dari Mekah ke Madinah sholat sunnat diatas kendaraan menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraannya (HR. Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Jabir (yang ia termasuk di dalamnya) bahwa Rasulullah ﷺ mengutus sebuah pasukan perang. Pada suatu waktu yang gelap gulita, mereka tidak mengetahui arah qiblat. Berkatalah segolongan dari mereka : "Kami tahu arah qiblat, yaitu arah ini (sambil menunjuk ke arah utara)". Mereka sholat dan membuat garis sesuai dengan arah sholat mereka tadi. Segolongan yang lainnya berkata : "Qiblat itu, ini (sambil menunjuk ke arah selatan)". Mereka sholat dan membuat garis sesuai dengan arah sholat mereka. Keesokan harinya setelah matahari terbit, garis-garis itui tidak menunjukkan arah qiblat yang sebenarnya. Sesampainya di Madinah, bertanya mereka kepada Rasulullah ﷺ tentang hal itu. Beliau ﷺ terdiam. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 115) sebagai penjelasan atas peristiwa tersebut. (HR. ad-Daraquthni dan Ibnu Marduwaih).
Menurut riwayat lain dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa Rasulullah ﷺ mengirimkan pasukan perang. Mereka diliputi kabut yang tebal, sehingga tidak mengetahui arah qiblat. Kemudian mereka sholat. Ternyata setelah terbit matahari, sholatnya tidak menghadap qiblat. Setibanya kepada Rasulullah ﷺ mereka ceritakan hal itu. Maka Allah turunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 115) yang membenarkan ijtihad mereka. (HR. Ibnu Marduwaih).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 115. "Dan kepunyaan Allah Timur dan Barat, ...". Ahli Tafsir al-Jalal menafsirkannya "maka kepunyaan Allahlah seluruh jagat ini", sebab dimana-mana ada timur dan aimana-mana ada barat, apabila kita tegak menghadap ketetapan matahari terbit (masyriq) maka yang dibelakang kita adalah barat, yang dikanan kita adalah selatan dan dikiri kita adalah utara.  "..., maka kemana saja kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) Lagi Maha Mengetahui". Inilah hikmat yang sebenarnya, kemanapun kita menghadapkan muka ketika beribadat kepada Allah, ketika sholat pun, asal hati telah dihadapkan kepada Allah, diterimalah ibadat itu oleh Tuhan. Memang kemudian telah diatur oleh Rasulullah dengan firman Allah menentukan Ka'bah al-masjidil-haram sebagai qiblat tetap, namun sekali-kali ketika hari sangat gelap, ditempat yang belum pernah dikunjungi sehingga tidak tahu arah qiblat, kemanapun muka menghadap, sah jua-lah sholat kita, asal hati khusyu'.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 370 - 374.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 39 - 41.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 32.

Kabar Gembira

Kala seorang tercinta berkata, "Kubawakan kabar gembira"; terbit harap dan bahagia. Bagaimana jika Allah berfirman, "Wa basysyiris Shabirin.. Dan berilah kabar gembira pada orang-orang yang sabar"? Ketika seorang terkasih berkata, "Aku akan selalu bersamamu!"; tentram dan teduh terasa. Bagaimana jika Allah berjanji; "InnaLlaha ma'ash Shabirin.. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar"? Bila seorang yang 'sempurna' berbisik "Aku mencintaimu"; ah berjuta rasanya. Bagaimana jika Allah mengumumkan; "WaLlahu yuhibbush Shabirin.. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar"? Saat seorang amat kaya berkata, "Ambillah sesukamu, balasanmu tak terbatas", betapa senangnya. Bagaimana jika Allah yang berkata, "Wa innama tuwaffash shaabiruuna ajrahum bighairi hisaab.. Dan sungguh akan disempurnakan pahala orang-orang yang sabar tanpa batas"? Jika sahabat-sahabat mengelukan, "Selamat ya!"; betapa bangga penuh syukur. Bagaimana jika para Malaikat berseru, "Salamun 'alaikum bima shabartum.. Salam sejahtera atas kalian, sebab kalian telah bersabar"? (Salim A. Fillah).  

Jaga Pendengaran Anda

Hati-hati, banyak mendengar caci-maki dan ucapan buruk bisa membuat lisan seseorang ikut-ikutan tanpa dia sadari, berhati-hatilah!

Dr. Abdullah Al-Syurikah (Twitter : @DrAlshoreka) - Twit Ulama

Pemahaman Lebih Penting dari Sekedar Teks

  1. Yang pertama Allah turunkan adalah perintah iqra', itu artinya bahwa pemahaman adalah tugas paling pokok sebelum segala sesuatunya.
  2. Semangat amal tanpa didukung dengan pemahaman yang benar sering menimbulkan kemadharatan lebih besar.
  3. Para sahabat menjadi generasi terbaik bukan sekedar hafalannya terhadap teks tetapi karena pemahamannya. Itulah mengapa mereka membawa ummat ini menjadi berdaya hingga memimpin seperempat dunia dengan baik.
Copas dari tulisan Dr. Amir Faishol Fath, Majelis Qurani.  

Rabu, 27 April 2016

Moto Yang Keliru

Di antara perkara yang wajib dijauhi oleh semua orang yang berbicara di media adalah kalimat, “Kami bersama Anda, di manapun Anda berada.”
Karena hal itu tidaklah kecuali perbuatan Allah, walaupun niat mereka bukan untuk menyekutukan Allah.

Dr. Shalih at-Tuwaijiri (Twitter : @DrSalehTweijry) - Twit Ulama

Diantara Rahmat Allah

Di antara rahmat Allah kepada hamba-Nya adalah ketika dia jadikan orang-orang yang menggibahi dirinya atau berdusta atas nama dirinya, agar hilang kejelekan-kejelekannya dan dia pun mengambil kebaikan orang yang menggibahinya. Maka jangan Anda terlalu sedih jika mendengar Anda telah diomongkan jelek oleh orang lain.

Dr. Abdullah Al-Syurikah (Twitter : @DrAlshoreka) - Twit Ulama

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (6)

Sufyan bin Abdullah r.a. berkata : Ya Rasulullah terangkan kepada saya sesuatu yang dapat saya jadikan pegangan. Jawab Nabi : Katakanlah : Tuhanku Allah, kemudian tetap luruskan dalam kelakuan dan kepercayaan itu. Bertanya pula : Ya Rasulullah apakah yang amat kau khawatirkan daripadaku? Rasulullah sambil memegang lidah berkata : Ini. (HR. Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 400-401.

Selasa, 26 April 2016

Biar Dada Terasa Lapang

Aku tidak menemukan sesuatu yang mampu melapangkan dada selain amal keta’atan.

Dr. Faisal Hulabi (Twitter : @Dr_fisal_holibi) - Twit Ulama

Menyeru Manusia Untuk Mentaati Allah

Sebuah kedudukan yang tinggi akan didapatkan manusia jika dia menyeru orang lain untuk menaati Allah.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata : “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat : 33).
Maka gunakan segala sarana untuk menegakkan dakwah.

Dr. Sa’ad Asy-Syitsriy (Twitter : @Dr_Alshathry) - Twit Ulama

Senin, 25 April 2016

Orang Yang Cerdik Berakal

“Orang yang cerdik berakal bukanlah orang yang mengetahui kebaikan dan keburukan, namun orang yang cerdik berakal adalah orang yang tahu mana yang terbaik di antara 2 kebaikan dan mana yang terburuk di antara 2 keburukan.”Ibnu Taymiyyah

Syaikh Misyari Rasyid Al-Afasy (Twitter : @mishari_alafasy) - Twit Ulama

Mengagungkan Allah

Di antara bentuk mengagungkan Allah adalah menghilangkan perasaan terkesima dengan perbuatan ketaatan walaupun banyak, dan menghilangkan perasaan meremehkan maksiat walau sedikit, karena Nabi Ibrahim, Imam orang-orang yang baik, masih minta untuk ditutupi kejelekannya seraya berdoa “Janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat…” (QS. asy-Syu’ara : 87).

Syaikh Abdul Aziz Ath Tharifi (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama 

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (5)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Seorang hamba adakalanya berbicara tentang sesuatu yang menyebabkan keridloan Allah yang tidak diperhatikan mendadak ia telah diangkat beberapa derajat oleh sebab kalimat itu. Dan adakalanya seorang hamba mengeluarkan kalimat yang menyebabkan murka Allah dengan tidak diperhatikan, tiba-tiba ia telah terjerumus dalam neraka jahanam. (HR. Buchary).

Abu Abdurrahman (Bilal) bin Alharits Almuzany r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Adakalanya seorang melepaskan sepatah kata dari keridloan Allah, yang ia tidak menyangka akan sampai demikian rupa, tiba-tiba dicatat oleh Allah dalam keridloannya hingga ia berhadapan dengan Allah. Demikian pula adakalanya seorang berbicara sepatah kata dari kemurkaan Allah, yang ia tidak menyangka akan sedemikian rupa, tiba-tiba dicatat oleh Allah dalam kemurkaannya hingga hari bertemu pada-Nya
. (HR. Malik dan Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 399-400.

Minggu, 24 April 2016

Anda Yang Mana?

Jauh berbeda antara orang yang sibuk dengan shalatnya, dan orang yang sibuk sampai-sampai dia meninggalkan shalat

Dr. Ahmad Hammud al-Jassar (Twitter : @DrAAljassar) - Twit Ulama

Landis

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Landis (Chido Star) adalah Winger (manusia bersayap) dari Two River City yang sangat menyeramkan yang bergabung dalam Fire Bringer setelah ditemukan di Kuput Forest. Kebiasaan anehnya tahu beberapa batas: dari menakut-nakuti manusia, untuk membuat kuburan, untuk ikan dia makan, berjalan di atas tangannya, dan menebak ciri-ciri dari Flame Champion. Dia berkelahi dengan sabit, membantu dia memiliki kemiripan menyeramkan dalam banyak cara seperti Grim Reaper. (sumber : Suikosource dan Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate karya Aki Shimizu, Kadokawa Corporation, Tokyo Japan 2002).

Sabtu, 23 April 2016

Merekalah Yang Menghidupkan Negeri

“Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang menghidupkan negeri, merekalah para pengikut sunnah” (Fudhail bin Iyadh, al-Ibanah ash-Shughra Ibnu Bathah, hal 188).

Dr. Bassam asy-Syathi (Twitter : @BassamAlshattI) - Twit Ulama

Viki

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Viki (Chitatsu Star) adalah seorang penyihir yang mengkhususkan diri dalam teleportasi. Dia adalah salah satu dari sedikit yang memiliki Blinking Rune. Tidak ada yang tahu dari mana dia datang, tapi dalam tidurnya, ia telah dikenal untuk mengatakan "Waffu ..." yang tampaknya memiliki sesuatu untuk dilakukannya. Dia sedang mencoba untuk kembali ke tanah airnya, tetapi belum berhasil selama ini. Dia akhirnya berpartisipasi dalam beberapa perang besar, yang mencakup ratusan tahun, dia tidak hanya melakukan kesalahan teleporting, tapi juga bergerak melalui waktu dengan buruk yang luar biasa.
Ketika dia bertemu dengan Nash di hutan di Harmonia, dia teleport dirinya ke dimesion aneh. Di sana mereka bertemu dengan muda Viki yang bertindak jauh lebih dewasa daripada Viki sendiri. Dia mengatakan bahwa namanya adalah Viki dan mengatakan kepada lainnya Viki dan Nash bagaimana untuk keluar dari dimensi aneh. Nash bertanya apakah dia Viki dan dia mengatakan kepadanya, "lebih baik untuk tidak tahu bahwa ..."
Pola teleportasinya yang aneh menimbulkan kebingungan bagi mereka yang ia datangi - misalnya, Lorelai, setelah pertama kali bertemu Viki di Twilight Forest di Falena, terkejut ketika Viki tidak mengenalinya kemudian ketika berjuang bersama dalam Sun Rune War, gagal untuk memahami bahwa pertemuan pertamanya dengan Viki adalah hasil dari Viki teleporting dari beberapa tahun ke depan- sebagai hasilnya, pada saat itu, ia belum pernah melihat Lorelai sebelumnya dalam hidupnya. (sumber : Suikosource dan Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate karya Aki Shimizu, Kadokawa Corporation, Tokyo Japan 2002).

Rahasiakan Sedekah

Rahasiakanlah sedekah kita. Menyembunyikan sedekah lebih utama daripada terang-terangan kecuali sedekah yang wajib. Menyembunyikan ini lebih dekat pada keikhlasan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 271).

Syaikh As Sa’di ketika menafsirkan ayat di atas berkata, “Jika sedekah tersebut ditampakkan dengan tetap niatan untuk meraih wajah Allah, maka itu baik. Dan seperti itu sudah mencapai maksud bersedekah. Namun jika dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka itu lebih baik. Jadi ayat ini menunjukkan bahwa sedekah yang dilakukan sembunyi-sembunyi lebih utama daripada dilakukan secara terang-terangan. Namun jika tidak sampai bersedekah karena ia maksud sembunyikan, maka tetap menyampaikan sedekah tadi secara terang-terangan itu lebih baik. Jadi semuanya dilakukan dengan kembali melihat maslahat”.

Kata Ibnu Katsir berkata bahwa tetap bersedekah dengan sembunyi-sembunyi itu lebih afdhol karena berdasarkan hadits,

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan naungan ‘Arsy-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali hanya naungan-Nya semata, (1). Imam (pemimpin) yang adil; (2). Pemuda yang tumbuh besar dalam beribadah kepada Rabb-nya; (3). Seseorang yang hatinya senantiasa terpaut pada masjid; (4). Dua orang yang saling mencintai karena Allah, di mana keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah; (5). Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik rupawan, lalu ia mengatakan, “Sungguh aku takut kepada Allah”; (6). Seseorang yang bersedekah lalu merahasiakannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya; (7). Dan orang yang berdzikir kepada Allah di waktu sunyi, lalu berlinanglah air matanya”. (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031).

Hadits di atas menunjukkan bahwa keutamaan sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Para ulama mengatakan bahwa inilah yang berlaku pada sedekah sunnah, secara sembunyi-sembunyi itu lebih utama. Cara seperti itu lebih dekat pada ikhlas dan jauh dari riya’. Adapun zakat wajib, dilakukan secara terang-terangan itu lebih afdhol. Demikian pula shalat, shalat wajib dilakukan terang-terangan, sedangkan shalat sunnah lebih afdhol sembunyi-sembunyi karena Nabi ﷺ bersabda, “Sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.”

Para ulama katakan bahwa penyebutan tangan dan kiri di sini hanyalah ibarat yang menggambarkan sedekahnya benar-benar dilakukan secara diam-diam. Tangan kanan dan kiri, kita tahu begitu dekat dan selalu bersama. Ini ibarat bahwa sedekah tersebut dilakuan secara sembunyi-sembunyi. Demikian kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim.

Selengkapnya di Rumaysho.Com  

Akhlak Muslim Pada Saudaranya

“Dan hendaklah dia berlaku lemah lembut.” (QS. al-Kahfi : 19)

Potongan kalimat dari surat al-Kahfi ini memberikan pelajaran tentang akhlak kepada seorang muslim, agar Anda menjadi orang yang lembut dan tidak berkata kasar kepada manusia. Agar jangan sampai Anda tidak pula mengganggu orang lain, kalau Anda tidak bisa memberi manfaat dengan perkataan Anda.

Syaikh Sa'ad al-Ghamidi (Twitter : @S3dGhamdi) - Twit Ulama

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (4)

Abu Hurairah r.a. telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sungguh adakalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak diperhatikan, tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh kalimat itu lebih jauh dari jarak antara timur dengan barat. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 399.

Jumat, 22 April 2016

Untuk Mencapai Surga

Tidak ada petunjuk untuk menggapai surga selain dengan al-Kitab dan as-Sunnah (Madarijus Salikin 2/468)

Dr. Muhammad al-Hamuud an-Najdi (Twitter : @alnajdi1) - Twit Ulama

Negeri yang Kokoh

TIME TUNNEL. Perjalanan Lorong Waktu mempertemukanku dengan sang sahabat mulia, Abu Darda' r.a. Dari beliau aku dapat mengambil pelajaran tentang negara yang kokoh. Menurut Abu Darda' r.a.; bahwa keruntuhan cepat dijumpai bala tentara Islam pada negeri-negeri yang dibebaskan, sebabnya ialah karena negeri-negeri tersebut kehilangan pegangan ruhani yang benar yang melindunginya dan Agama yang betul-betul menghubungkannya dengan Allah ta'ala.
Dan karena itu pula ia mengkhawatirkan keadaan kaum Muslimin di saat ikatan iman mereka mengendor, hubungan mereka dengan Allah ta'ala menjadi lemah dengan yang haq dan dengan kebaikan, maka berpindahlah titipan itu dari tangan mereka dengan mudah sebagaimana dulu berpindah kepada mereka dengan mudah pula.
Semoga negeriku Indonesia ini terhindar dari kehilangan nikmat, semoga kaum Muslimin memiliki ikatan iman yang utuh hanya pada Allah ta'ala semata.
-----------------
Inspirasi :
Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit : CV. Penerbit Diponegoro Bandung, Cetakan keduapuluh 2006, Bab "Abu Darda'", halaman 391-404.

Harta Yang Amat Mahal

 دعاء #الوالدين ثروة غالية لا يعدله شئ ولو بذلت كل مجهوداتك المادية . فهو أسرع طريق للإنجاز بعد توفيق الله

Doa orangtua adalah harta yang amat mahal, tiada tandingannya. Itulah jalan tercepat untuk sukses setelah taufik dari Allah.

Dr. Nuh asy-Syahri (Twitter : @NoohAlshehri) - Twit Ulama 

Hukum Salam-Salaman Setelah Shalat

Sebagian kaum Muslimin setelah selesai shalat melakukan ritual salam-salaman antara sesama jama'ah shalat. Bahkan dengan tata cara khusus yang berbeda-beda di masing-masing daerah. Bagaimana hukum melakukan perbuatan ini?

Perkara Ibadah Butuh Dalil
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu dipahami bahwa dalam menetapkan suatu ibadah atau suatu tata cara dalam beribadah, butuh landasan hukum yang valid berupa dalil yang shahih. Baik ibadah yang berupa perkataan maupun perbuatan, harus dilandasi oleh nash dari Allah ataupun dari Rasulullah yang termaktub dalam Al Qur’an dan As Sunnah. Adapun sekedar perkataan seseorang “ini adalah ibadah” atau “ini baik dan bagus” ini bukan landasan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam :

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718)

Selain itu, Nabi ﷺ biasanya ketika khutbah Jum’at atau khutbah yang lain beliau bersabda :

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” (HR. Muslim no. 867).

Sehingga para ulama memahami dari dalil-dalil ini bahwa hukum asal ibadah adalah terlarang, kecuali ada dalil yang mengesahkannya.

Fatwa Para Ulama Tentang Salam-Salaman Setelah Shalat
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ketika ditanya mengenai hal ini, beliau menjawab: “salam-salaman yang demikian (rutin setelah shalat) tidak kami ketahui asalnya dari As Sunnah atau pun dari praktek para sahabat Nabi radhiallahu’anhum. Namun seseorang jika bersalaman setelah shalat bukan dalam rangka menganggap hal itu disyariatkan (setelah shalat), yaitu dalam rangka mempererat persaudaraan atau menumbuhkan rasa cinta, maka saya harap itu tidak mengapa. Karena memang orang-orang sudah biasa bersalaman untuk tujuan itu. Adapun melakukannya karena anggapan bahwa hal itu dianjurkan (setelah shalat) maka hendaknya tidak dilakukan, dan tidak boleh dilakukan sampai terdapat dalil yang mengesahkan bahwa hal itu sunnah. Dan saya tidak mengetahui bahwa hal itu disunnahkan” (Majmu’ Fatawa War Rasa-il, jilid 3, dinukil dari http://ar.islamway.net/fatwa/18117).
Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz menyatakan: “pada asalnya bersalam-salaman itu disyariatkan ketika bertemu antar sesama muslim. Dan Nabi ﷺ biasa menyalami para sahabat nya jika bertemu dan para sahabat juga jika saling bertemu mereka bersalaman. Anas bin Malik radhiallahu’anhu dan Asy Sya’bi mengatakan :

كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم إذا تلاقوا تصافحوا وإذا قدموا من سفر تعانقوا
“para sahabat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam jika saling bertemu mereka bersalaman, dan jika mereka datang dari safar mereka saling berpelukan”
 
Dan terdapat hadits shahih dalam Shahihain, bahwa Thalhah bin ‘Ubaidillah (salah satu dari 10 sahabat yang dijamin surga) datang dari pengajian bersama Nabi ﷺ menuju Ka’ab bin Malik radhiallahu’anhu yaitu ketika Ka’ab bertaubat kepada Allah (atas kesalahannya tidak ikut jihad, pent.). Thalhah pun bersalaman dengannya dan memberinya selamat atas taubatnya tersebut. Ini (budaya salaman) adalah perkara yang masyhur diantara kaum Muslimin di zaman Nabi ﷺ ataupun sepeninggal beliau.
Dan terdapat hadits shahih dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda :

ما من مسلمين يتلاقيان فيتصافحان إلا تحاتت عنهما ذنوبهما كما يتحات عن الشجرة ورقها
“Tidaklah dua orang muslim yang bertemu lalu berjabat tangan, melainkan berguguranlah dosa-dosanya sebagaimana gugurnya daun dari pohon”
 
Maka dianjurkan bersalam-salaman ketika bertemu di masjid atau di shaf. Jika belum sempat bersalaman sebelum shalat, maka hendaknya setelahnya sebagai bentuk keseriusan mengamalkan sunnah yang agung ini. Diantara hikmahnya juga ia dapat menguatkan ikatan cinta dan melunturkan kebencian. Namun, jika belum sempat bersalaman sebelum shalat, disyariatkan untuk bersalaman setelah shalat yaitu setelah membaca dzikir-dzikir setelah shalat (yang disyariatkan).
Adapun yang dilakukan sebagian orang yang segera bersalam-salaman setelah selesai shalat fardhu yaitu setelah salam yang kedua, maka saya tidak mengetahui asal dari perbuatan ini. Bahkan yang tepat, ini hukumnya makruh karena tidak ada dalilnya. Karena yang disyariatkan bagi orang yang shalat dalam kondisi ini adalah segera membaca dzikir-dzikir sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi ﷺ setiap selesai shalat fardhu.
Adapun shalat sunnah, juga disyariatkan untuk bersalaman setelah salam, jika memang belum sempat bersalam ketika sebelum shalat. Jika sudah salaman sebelum shalat maka sudah cukup (tidak perlu salaman lagi).” (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 11, dinukil dari http://www.binbaz.org.sa/mat/951).

Sebagian Ulama Membolehkan?
Memang benar sebagian ulama membolehkan ritual bersalam-salaman setelah shalat. Namun perlu kami ingatkan, bahwa perkataan ulama bukanlah dalil dan dalam menetapkan suatu tata cara ibadah itu membutuhkan dalil. Para ulama berkata :

أقوال أهل العلم فيحتج لها ولا يحتج بها
“Pendapat para ulama itu butuh dalil dan ia bukanlah dalil”

Imam Asy Syafi’i berkata :

أجمع الناس على أن من استبانت له سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم لم يكن له أن يدعها لقول أحد من الناس
“Para ulama bersepakat bahwa jika seseorang sudah dijelaskan padanya sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam tidak boleh ia meninggalkan sunnah demi membela pendapat siapapun” (Diriwayatkan oleh Ibnul Qayyim dalam Al I’lam 2/361. Dinukil dari Ashl Sifah Shalatin Nabi, 28 )
Dan dalam menyikapi pendapat-pendapat para ulama yang berbeda, kita wajib kembali pada Al Qur’an dan As Sunnah.
Allah Ta’ala berfirman :

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa : 59).

Diantara ulama yang membolehkan hal ini adalah Imam An Nawawi rahimahullah, beliau berkata, “ketahuilah bahwa bersalam-salam adalah sunnah dalam setiap kali pertemuan. Dan apa yang dibiasakan orang setelah shalat subuh dan shalat ashar itu tidak ada asalnya dari syariat, dari satu sisi. Namun perbuatan ini tidak mengapa dilakukan. Karena asalnya bersalam-salaman itu sunnah dan keadaan mereka yang merutinkan salam-salaman pada sebagian waktu dan menambahnya pada kesempatan-kesempatan tertentu, ini tidak keluar dari hukum sunnahnya bersalam-salaman yang disyariatkan secara asalnya. Ia merupakan bid’ah mubahah” (dinukil dari Mirqatul Mafatih, 7/2963).
Al Mula Ali Al Qari rahimahullah (wafat 1014H) menjawab pendapat An-Nawawi ini, “tidak ragu lagi bahwa perkataan Al Imam An Nawawi ini mengandung unsur-unsur yang saling bertentangan. Karena melakukan sunnah pada sebagian waktu tidak dinamakan bid’ah. Sedangkan kebiasaan orang-orang melakukan salam-salaman pada dua waktu yang disebutkan (setelah subuh dan ashar) bukanlah dalam bentuk yang disunnahkan oleh syariat. Oleh karena itu sebagian ulama kita telah menegaskan bahwa perbuatan ini makruh jika dilukan pada waktu tersebut. Nah, jika seseorang masuk masjid dan orang-orang sudah shalat atau sudah akan segera dimulai, maka setelah shalat selesai andaikan mau bersalaman itu dibolehkan. Namun dengan syarat, memberikan salam terlebih dahulu sebelum salaman. Maka yang seperti ini barulah termasuk bentuk salaman yang disunnahkan tanpa keraguan” (Mirqatul Mafatih, 7/2963).
Sehingga jelaslah bahwa dalam hal ini, pendapat Imam An-Nawawi rahimahullah tidak lah tepat.

Jika Ada Yang Menyodorkan Tangan Untuk Salaman Setelah Shalat
Di atas telah dijelaskan bahwa salam-salaman setelah shalat jika dilakukan dengan anggapan itu ritual yang dianjurkan ini adalah perbuatan yang tidak ada asalnya dari syariat, dan semestinya ditinggalkan. Namun, jika ada jama’ah yang menyodorkan tangan untuk bersalam-salaman setelah shalat hendaknya tidak ditolak atau didiamkan. Al Mula Ali Al Qari rahimahullah berkata, “walaupun demikian, jika seorang ada Muslim menyodorkan tangannya untuk bersalaman (setelah shalat), maka jangan ditolak dengan menarik tangan. Karena hal ini akan menimbulkan gangguan yang lebih besar dari pada maslahah menjalankan adab (sunnah). Intinya, orang yang memulai salaman dengan anggapan itu disyariatkan, baginya makruh, namun tidak makruh bagi yang terpaksa menerima salamnya. Walaupun yang demikian ini terkadang ada unsur tolong-menolong dalam perkara bid’ah, wallahu a’lam.” (Mirqatul Mafatih, 7/2963).
Dan dalam keadaan tersebut hendaknya kita juga bersemangat untuk menasehati orang yang mengajak kita salaman tersebut dengan cara yang hikmah dan santun, jika memang memungkinkan. Nasehat dengan tangan, jika tidak mungkin, maka dengan lisan, jika tidak mungkin, minimal dengan hati.
Adapun jika seseorang menyodorkan tangan untuk salaman karena memang belum sempat salaman sebelum shalat, bukan dengan anggapan perbuatan ini disyariatkan, maka sepatutnya sodoran tangan tadi disambut tanpa perlu ragu.
Semoga bermanfaat, wabillahi at taufiq was sadaad. (Penulis: Yulian Purnama, Artikel Muslim.or.id)

Kamis, 21 April 2016

Seorang Mukmin Menerima Nasihat

Tidak boleh seorang muslim berakhlak dengan akhlak orang munafik, seorang mukmin akan menerima nasihat, sedangkan orang munafik menolak nasihat.
Kalau ada seseorang yang mengetahui kesalahan saudaranya, hendaknya dinasihati secara rahasia. Ini adalah yang benar sesuai syariat dan akal.

Dr. Aziz bin Farhan al-‘Unizi (Twitter : @azizfrhaan) - Twit Ulama

Siapa yang Lebih Aniaya?

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 114, Allah ta'ala mengancam para pelakunya dalam firman-Nya :

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسٰجِدَ اللَّـهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُۥ وَسَعَىٰ فِى خَرَابِهَآ ۚ أُو۟لٰٓئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَآ إِلَّا خَآئِفِينَ ۚ لَهُمْ فِى الدُّنْيَا خِزْىٌ وَلَهُمْ فِى الْءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan siapakah yang lebih aniaya (selain) daripada orang-orang yang menghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid dan berusaha untuk merobohkannya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk kedalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan dikhirat mendapat azab yang besar. (114).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa turunnya ayat tersebut diatas (QS. 2 : 114) sehubungan dengan larangan kaum Quraisy kepada Nabi ﷺ untuk sholat dekat Ka'bah di dalam masjidil-haram (HR. Ibnu Abi Hatim).
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Zaid, turunnya ayat ini (QS. 2 : 114) tentang kaum musyrikin yang menghalangi Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya datang ke Mekah untuk mengerjakan 'umroh pada hari Hudaibiyah (628 M). Ayat ini (QS. 2 : 114) turun sebagai peringatan kepada orang yang melarang beribadat di mesjid Allah. (HR. Ibnu Jarir).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 114. "Dan siapakah yang lebih aniaya (selain) daripada orang-orang yang menghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid dan berusaha untuk merobohkannya? ...". Meskipun Nabi Muhammad ﷺ telah datang membawa agama Tauhid, membawa Islam dan mendirikan masjid, namun perlindungan kepada sekalian tempat ibadat menyembah Allah yang Maha Esa telah dinyatakan. Masjid artinya tempat sujud; di ayat ini dipakai kata jama' masaajid, artinya semua tempat sujud, semua tempat sholat. Dengan jalan pertanyaan yang bernama "Istifham-Inkari", yaitu pertanyaan berisi sanggahan keras, tempat-tempat beribadat telah dibela dengan ayat ini; Siapa yang lebih aniaya dari orang-orang yang menghalang-halangi mesjid-mesjid Allah? Artinya, tidak ada lagi orang yang lebih aniaya dari orang-orang berbuat demikian. Apalagi hendak pula meruntuhkannya. Orang-orang perusak masjid, penghancur rumah-rumah tempat ibadat itu memang jahat hatinya, jauh dari Tuhan. "... Mereka itu tidak sepatutnya masuk kedalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut. ...". Dikatakan di dalam ayat ini rahasia jiwa orang yang amat aniaya / zalim itu. Mereka memang takut masuk ke dalam masjid karena jiwa mereka sudah sangat berjauhan dengan Tuhan. Keganasan mereka menghalangi orang beribadat, atau menghancurkan masjid bukanlah karena mereka gagah berani, tetapi si pengecut. Orang yang beribadat kepada Allah, yang meramaikan tempat beribadat memang tidak merasa takut dan tidak tunduk hatinya kepada penguasa dunia yang sombong lagi aniaya. Meskipun mereka kelihatan lemah, tetapi jiwa mereka tidak bisa diperkosa. Persaksikanlah ancaman Tuhan terhadap si zalim : "... Mereka di dunia mendapat kehinaan ...". Sebab mereka menjadi timbulan sumpah dan nista orang yang dianiaya. Siang malam orang-orang zalim itu tidak akan bersenang diam, karena hati kecil mereka sendiri telah merasa amat bersalah karena telah merusakkan tempat yang dimuliakan dan disucikan orang. "... dan dikhirat mendapat azab yang besar".
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 354 - 356.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 38 - 39.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 32.

Macam Ziarah Kubur

Di dalam buku Fathul Majiid Syarkh Kitaabut Tauhiid 1 / 426 tahqiq Syaikh Dr. al-Wahid bin Abdurrahman bin Muhammad alu Furayyan, ziarah kubur terbagi menjadi 3 macam :
  • Ziarah kubur yang disyari'atkan. Sebagaimana dalam hadits Buradah r.a., bahwasannya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Sungguh aku dahulu melarang kalian berziarah kubur maka berziarahlah (sekarang) karena ia dapat mengingatkan kampung akhirat." (HR. Muslim : 977). Namun, ziarah kubur dianggap syar'i jika dilakukan adab-adab berikut ; Pertama : Niat orang berziarah adalah untuk mengingat akhirat dan mengambil nasihat darinya. Kedua : Ingin mendo'akan si mayit agar mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah ta'ala, bukan malah ia berdo'a dan meminta-minta kepada mayit tersebut. Ketiga : Tidak ada syaddur rihaal (melakukan perjalanan yang jauh) tatkala ziarah, karena telah ada larangan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sabda beliau : "Jangan kalian melakukan syaddur rihaal (perjalanan jauh) kecuali ke tiga masjid, Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan masjidil Aqsha." (HR. Bukhari : 1197, 1995 dan Muslim : 827).
  • Ziarah Bid'ah. Adalah berziarah yang dilakukan oleh sang pelaku tidak sesuai dengan petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam berziarah. Semisal berziarah untuk berdo;a kepada Allah ta'ala karena lebih khusyuk dilakukan di sana atau shalat dan i'tikaf di sisi kuburan. Atau bertawassul melalui jah (kedudukan) pada sebagian orang kepada Allah ta'ala semisal, ia mengucapkan : "Aku meminta kepada-Mu Ya Allah melalui jah (kedudukan) si fulan", padahal si fulan telah mati atau tidak ada dihadapannya dengan dugaan si fulan memiliki kedudukan disisi Allah ta'ala. Walaupun ia tidak meminta kepada selain Allah dengan cara yang tidak disyari'atkan, telah berbuat bid'ah dalam agama, melampaui batas dalam berdo'a, berdo'a pada Allah ta'ala tanpa mengindahkan ketentuan syari'at dalam berdo'a.
  • Ziarah Syirik. Adalah berziarah dengan tujuan agar memperoleh manfaat dan menolak madharat dari si mayit. Semisal minta kesembuhan, minta rejeki, minta cepat mendapatkan jodoh, anak dan lain sebagainya dari kebutuhan-kebutuhannya. Maka ini adalah syirik besar yang tidak diampunkan pelakunya kecuali dengan taubat yang sesungguhnya.
---------------------------
Fenomena Ziarah Kubur, Abu Dawud bin Jainan, Buletin Al-Furqon, Tahun ke-6 Volume 10 No. 3 Terbit Shafar 1433 H, halaman 2 - 3. 

Nikah, Syahwat Pelembut Hati

Nikah.. Sungguh di dalam pernikahan ada syahwat, itulah syahwat yang dicinta para Nabi, syahwat yang bisa melembutkan hati, berbeda dengan semua jenis syahwat lainnya (Syarh Manzhumah An-Nikah, Ibn Al ‘Imad hal. 208).

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama   

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (3)

Sahl bin Sa’ad r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Siapa yang berani menjamin padaku keselamatan apa yang di antara dagunya dan yang di antara pahanya, maka saya jamin baginya sorga. (HR. Buchary dan Muslim).

Artinya : Kalau sanggup menjaga lidah dan kemaluan melainkan dalam bagian yang halal, maka Nabi sanggup menjamin baginya sorga.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 399.

Rabu, 20 April 2016

Tujuan Para Pencela sahabat

Tujuan akhir orang yang mencela sahabat dan mengatakan mereka sesat adalah :
(1) mencela agama yang mana para sahabatlah yang membawa kepada kita,
(2) mencela Nabi yang telah mendidik mereka dengan hikmah,
(3) mencela Allah yang telah memilih mereka untuk menemani nabi-Nya.

Syaikh Dr. Muhammad al-Barrak (Twitter : @mohamdalbarrak) - Twit Ulama

Masjid As-Salam Hadi Soebeno Semarang

Masjid As-Salam
Jl. RM. Hadi Soebeno (Jl. Raya Mijen) No. 150
Semarang 50213

Lokasi masjid tak jauh dari pasar Mijen. Dalam kompleks masjid terdapat KB-TKIT (Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam Tepadu), parkirnya cukup luas dan terasa lebih nyaman dengan 3 pohon ketapang yang ditanam sejajar nan rindang. Dan jangan heran jika musim petai tiba akan tercium aroma "pesing", karena di pekarangan rumah tetangga masjid tumbuh pohon petai yang sudah jadi dan besar.

Agama Ini Adalah Agama Yang Sempurna

Agama yang dibawa oleh Muhammad ﷺ adalah agama yang sempurna, adapun perbuatan yang diada-adakan setelah beliau adalah agama yang cacat. Maka ambillah perkataan yang teguh dan tinggalkanlah perkataan yang diada-adakan

Dr. Syaikh Shalih ibn Abdillah Hammad Al-‘Ushaimi (Twitter : @Osaimi0543) - Twit Ulama   

Wanita dan Harga Dirinya

Islam datang dengan syariatnya yang indah untuk memuliakan wanita, agar wanita terjaga harga diri dan kehormatannya. Islam memerintahkan kaum muslimah untuk menjaga tubuh mereka, menutup aurat, dan membatasi diri dalam pergaulannya dengan kaum lelaki. Semua itu semata-mata untuk melindungi kita, kaum hawa.

Dalam sebuah ayat, Allah berfirman (yang artinya) :
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu…” (QS. al-Ahzaab: 59).

Di antara aturan yang khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian yang menutupi seluruh tubuh wanita. Sungguh penjagaan yang begitu hebat, Allah memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata khianat para laki-laki.

Fathimah radhiyallaahu ‘anha, putri tercinta Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam, pada saat ditanya suaminya –Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu ‘anhu– mengenai perkara apa yang paling baik untuk wanita, Fathimah menjawab, “Dia (wanita_red) tidak melihat kaum lelaki dan lelaki tidak dapat melihatnya”. Inilah martabat tertinggi dari seorang wanita. Hingga Fathimah, putri dari manusia paling mulia Nabi Muhammad shallaallaahu ‘alaihi wasallam, mengatakan demikian.

Bahkan, ketika shalat berjamaah, shaf wanita yang terbaik adalah yang paling akhir. Maka, semakin jauh seorang wanita itu dari lelaki makin afdhal wanita tersebut.
Akan tetapi, apa yang terjadi belakangan ini? Seorang wanita yang jelita semakin bangga jika makin banyak lelaki yang mencoba mendekati dan menggodanya. Wanita sekarang adalah tontonan gratis yang menyuguhkan kemolekan tubuhnya, untuk dapat dilihat dengan leluasa mata-mata lelaki yang tak beradab.
Padahal wanita diperintahkan menjaga kehormatannya, menjaga kemaluannya, menundukkan pandangannya, menjaga diri dari laki-laki, dan menutupi auratnya. Ingatlah saudariku… perintah itu bukanlah nasihat guru agama, bukan pula perkataan seorang ustadz atau ustadzah,  juga bukan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), tetapi perintah itu datangnya dari Allah Ta‘aalaa, Rabb Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk para hamba-Nya.

Penulis : Labiqotul Fatiyasani

Selengkapnya di Artikel Buletin Zuhairoh 

Kota Madinah Adalah Thaibah

Diantara keutamaan kota Madinah lainnya adalah Nabi Muhammad ﷺ menamainya dengan nama Thaibah juga Thâbah (yang baik dan mulia), bahkan disebutkan dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Allâh menamai kota Madinah dengan Thâbah. Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ اللهَ سَمَّى الْمَدِيْنَةَ طَابَةً
Sesungguhnya Allâh menyebut kota Madinah dengan (nama) Thâbah.

Dua kalimat ini (yaitu Thaibah dan Thâbah) merupakan kata turunan dari kata at-thayyib. Kedua kata tersebut menunjukkan makna yang baik. Jadi dua kata itu adalah kata yang baik dan disematkan sebagai nama bagi sebuah tempat yang baik juga.

Selengkapnya di almanhaj.or.id     

Menangislah Bila Perlu

Tadahkanlah tanganmu, dan rendahkanlah dirimu.
Menangislah bila perlu, akui segala dosamu.
Bertaubatlah ... bertaubatlah .... dengan hati sesungguhnya.
Mohonlah pengampunan-Nya, pada Tuhan Yang Kuasa. 

Sebuah penggalan syair lagu "Pintu Taubat"-nya Ida Laila tak pelak mengingatkanku pada Rasulullah ﷺ yang terekam oleh beberapa sahabat sedang menangis.

Menangislah untuk hal yang perlu seperti yang Rasulullah ﷺ syari'atkan. Dikisahkan oleh Ibn Mas’ud r.a. ketika Rasulullah ﷺ ingin mendengarkan lantunan ayat-ayat Qur’an darinya. Maka ketika sampai bacaannya di ayat 41 surat An-Nisaa' (4) yang berbunyi : "Fakaifa idza ji'na min kulli ummatin bisyahidin, wa ji'na bika ala haa'ulla'i syahida" (Bagaimanakah bila Kami telah mendatangkan kau sebagai saksi atas semua mereka itu). Nabi ﷺ meminta Ibnu Mas’ud r.a. menghentikan bacaannya dan terlihat air mata berlinang dari kedua mata beliau.

Dikisahkan pula oleh Abdullah bin Asy-Syikh-khir r.a. pernah mendatangi Rasulullah ﷺ saat sholat, terdengar olehnya nafas tangis dengan suara bagaikan air mendidih dalam bejana.

Mungkin terlalu sayangmu wahai Rasulullah pada kami, memikirkan ummatmu ini, tetapi kami yang masih suka tak peduli dengan kasih sayangmu.

Tak henti-hentinya selalu berharap agar Allah ta'ala ridhoi aku berada dalam golongan insan yang rajin dalam ibadat dengan hati yang merindui masjid dan menangis sendirian tatkala dzikrullah. Serta menjadikanku ummat-nya Rasulullah ﷺ yang menyedikitkan tertawa.

Selasa, 19 April 2016

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (2)

Abu Musa r.a. berkata : Saya bertanya : Ya Rasulullah siapakah yang terutama diantara kaum Muslimin? Jawab Nabi : Siapa yang selamat semua orang Muslim dari lidah dan tangannya. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 398.

Hati Yang Tenggelam Dalam Kegelapan

Tak akan menolak kebenaran kecuali hati yang sudah tenggelam dalam kesesatan. Dia akan lari dan menolak cahaya kebenaran sebagaimana mata yang sudah lama berada dalam kegelapan akan lari dan menolak terangnya cahaya matahari.

Dr. Muhammad Majdu’ asy-Syahri (Twitter : @mmajdo) - Twit Ulama

Hati-Hati Menghina Aib

"وقال يحيى بن جابر رحمه الله تعالى: "ما عاب رجل رجلا قط بعيب إلا ابتلاه الله بمثل ذلك العيب

Tidaklah seorang menghina aib orang lain, kecuali Allah akan mengujinya dengan aib tersebut -Yahya bin Jabir

د. سعود ملّوح العنزي  (Twitter : @Smalanazi) - Twit Ulama

Wanita yang Berkah

Karena itu, keberadaan istri terkadang menjadi sumber keberkahan bagi seorang lelaki. Karena lelaki yang menjadi suami, dia harus menanggung nafkah istri dan anaknya. Sehingga jalur rizki mereka melalui suami yang menjadi sumber nafkah bagi keluarganya.

Syaikh Muhammad Mukhtar as-Syinqithi mengatakan,
أن بعض النساء المباركة …بعض النساء المباركة إذا تزوج الانسان بورك له في ماله وبورك له في رزقه وبورك له في كسبه
“Sebagian wanita itu berkah.. wanita yang berkah, ketika dinikahi lelaki, maka hartanya diberkahi, rizkinya diberkahi, dan pekerjaannya diberkahi”. (Rekaman Liqa’ Maftuh)

Kemudian beliau membawakan atsar dari A’isyah radhiyallahu ‘anha yang mengatakan,
تزوجوا النساء يأتينكم بالأموال
“Nikahilah wanita, karena akan mendatangkan harta bagi kalian”. (HR. Hakim 2679 dan dinilai ad-Dzahabi sesuai syarat Bukhari dan Muslim).

Tentu saja ini tidak berlaku untuk semua wanita. Sebagaimana ada wanita yang mendatangkan kemudahan dan keberkahan bagi suami, ada juga wanita yang kondisinya sebaliknya, dia justru mendatangkan masalah bagi suaminya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan 3 sumber kebahagiaan manusia dan 3 sumber masalah bagi manusia.
Dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أربع من السعادة : المرأة الصالحة والمسكن الواسع والجار الصالح والمركب الهنيء وأربع من الشقاوة : الجار السوء والمرأة السوء والمسكن الضيق والمركب السوء
“Ada 4 yang mendatangkan kebahagiaan: istri shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan ada 4 yang mendatangkan kesusahan: tetangga yang jahat, istri yang jahat, rumah yang sempit, dan kendaraan yan tidak nyaman dipakai”. (HR. Ibnu Hibban 4032 dan sanad dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Berlatihlah untuk menjadi wanita shalihah, agar anda menjadi wanita yang berkah.
Allahu a’lam

Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits

Selengkapnya di Artikel muslimah.or.id 

Senin, 18 April 2016

Lari untuk Bertempur di Lain Waktu

Strategi Kalah, Strategi 36 Seni Perang Sun Tzu. Selain dari semua hal di atas, salah satu yang paling dikenal adalah strategi ke 36 : LARI (Zou Wei Shang) untuk bertempur di lain waktu. Hal ini diabadikan dalam bentuk peribahasa Cina: ”Jika seluruhnya gagal, mundur” Jika keadaannya jelas bahwa seluruh rencana aksi anda akan mengalami kegagalan, mundurlah dan konsolidasi pasukan. Ketika pihak anda mengalami kekalahan hanya ada tiga pilihan: menyerah, kompromi, atau melarikan diri. Menyerah adalah kekalahan total, kompromi adalah setengah kalah, tapi melarikan diri bukanlah sebuah kekalahan. Selama anda tidak kalah, anda masih memiliki sebuah kesempatan untuk menang! (sumber : wikipedia dan Pandangan Kafy).

Jalin Ukhuwwah Dan Hapus Kekhilafan

Hapuslah kekhilafan agar terjalin ukhuwwah, dan jangan menghapus ukhuwah karena sebuah kekhilafan.

Dr. Bassam asy-Syaththi (Twitter : @BassamAlshatti) - Twit Ulama

Jangan sampai salah ya... ukhtiy?

Rasulullah ﷺ bersabda,
 
إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ

“sesungguhnya seorang wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud 4140, dalam Al Irwa [6/203] Al Albani berkata: “hasan dengan keseluruhan jalannya”).

Berarti...
Rambut, leher, lengan, betis, seluruh bagian kaki termasuk aurat yang wajib ditutup ya ... (Muslimah)

Akhlak Nabi ﷺ Kepada Kaum Kafir

Di antara contoh akhlak Nabi kita, Thufail ad Dausi berkata kepada Nabi, “Sesungguhnya suku Daus ingkar dan enggan berislam, maka doakanlah keburukan kepada mereka Ya Rasulullah”. Kemudian ada yang mengatakan, “celakalah Daus”.
Maka Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya Allah berilah hidayah kepada suku Daus dan datangkan Islam pada mereka”.

Dr. Abdul Aziz Arab (Twitter : @Abdulaziz_arab) - Twit Ulama

Minggu, 17 April 2016

Larangan Ghibah dan Perintah Memelihara Lidah (1)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, hendaknya berkata baik atau diam. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 398.

Syaithan Adalah Musuh

Memusuhi syaitan adalah mutlak, bahkan Allah menetapkan hal ini untuk diri-Nya sendiri, sehingga tak ada seorangpun yang lepas dari kewajiban memusuhi syaitan, maka bersikaplah teguh dan bersabar.
“janganlah kalian mengambil musuh-Ku dan musuh kalian sebagai penolong.” (QS. al-Mumtahanah : 1)

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama

Sabar Dalam Berbagai Bidang

Sabar ;
  • kalau sabar dari syahwat yang diharamkan, maka ini dinamakan ‘iffah (menjaga kehormatan),
  • Kalau sabar dari hal yang memancing kemarahan, maka ini dinamakan hilm (bijaksana),
  • Kalau sabar dari hal yang memancing kebakhilan, maka ini dinamakan jawwad (dermawan),
  • Kalau sabar dari hal yang memancing kemalasan disebut kais (rajin)
Prof. Dr. Sa’ad Al-Khathlan (Twitter : @saad_alkhathlan) - Twit Ulama

Viki (muda)

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Sebuah versi yang lebih muda dari Viki (Chisoku Star) yang pertama kali muncul menemui Nash dan Viki dalam dimensi yang aneh, menunjukkan bagaimana mereka datang. Dia kemudian muncul di Jalan Gunung menghubungkan Sabana dan Harmonia. Saat tampil lebih muda, ia tampaknya menjadi lebih matang daripada saat tuanya. Dia tampaknya telah mengikuti masa tua Viki di Grasslands dengan misi beberapa macam, tapi ketika ditanya tentang hal itu ia mengatakan yang terbaik untuk tidak meminta. (sumber : Suikosource dan Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate karya Aki Shimizu, Kadokawa Corporation, Tokyo Japan 2002).

Berdo'a Penuh Keyakinan

Jika engkau berdo'a, sementara hatimu lalai, bagaimana engkau berharap do'amu akan dikabulkan-Nya? Engkau meminta, tapi hati lalai meyakini sifat pemurah-Nya. Bahkan lalai terhadap apa yang dimintakan kepada-Nya. Engkau memohon kepada-Nya atas harap inginmu yang begitu kuat, tetapi memuji-Nya pun terasa begitu berat; terkalahkan oleh hasrat untuk segera mendapat apa engkau harap kuat-kuat. Adakalanya do'a itu bahkan disertai tangis yang hebat, tetapi tak ada keyakinan kuat yang melekat saat bermunajat kepada-Nya. Hati lalai, iman berkarat. Padahal, bukankah Rasulullah ﷺ telah mengingatkan kita tentang tertolaknya do'a dari hati yang lalai?
Rasulullah ﷺ bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ
“Berdo'alah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan do'a dari hati yang lalai” (HR. Tirmidzi).

Allah tidak mengabulkan do'a dari hati yang lalai. Inilah peringatan yang sangat perlu kita perhatikan. Ada do'a yang segera dikabulkan, ada yang tertunda beberapa saat, ada yang menjadi simpanan di akhirat, ada yang dengan do'a itu Allah Ta'ala hindarkan dari keburukan semisal, tetapi ada pula do'a tidak dikabulkan. Mereka berdo'a, tetapi tidak dikabulkan. Salah satu sebabnya (hanya salah satunya saja) adalah hati yang lalai saat berdo'a. (Mohammad Fauzil Adhim)  

Sabtu, 16 April 2016

PAKAIAN dan JOMBLO

“Di antara kalimat kenabian yang mula-mula adalah”, demikian sabda Rasulullah ﷺ yang dirakam Imam Al Bukhari, “Jika kau tak lagi malu, berbuatlah sekehendakmu.” Maka malu adalah sikap terhormat yang senantiasa dimuliakan dalam semua risalah. Dan salah satu penanda paling lahiriah dari rasa malu kita adalah pakaian yang kita kenakan. “Hai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian yang indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik..” (QS Al A’raaf [7]: 26).

Allah menggunakan kata “menurunkan”, sebab -wallaahu a’lam-, sungguh ia semula adalah air yang turun dari langit ke bumi, lalu menumbuhkan kapas katun di ladang-ladangnya, menyigrakkan rumput-rumput yang diasup para domba wol di gembalaannya, memekarkan dedaun murbei yang dikunyahi para ulat sutera di peternakannya, dan berbagai lain-lainnya.

Pertama-tama, menutup ‘aurat adalah hajat pokok kita, sebab sungguh ternyata di antara kesukaan syaithan adalah melihat kepada ‘aurat ini, yang sebab itu pula dengan gigih ia menggelincirkan ayah dan ibu kita dalam dosa hingga keluar dari surga. “Wahai anak cucu Adam, janganlah kalian tertipu oleh syaithan, sebagaimana dia telah mengeluarkan ibu-bapak kalian dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya.” (QS Al A’raaf [7]: 27).

Maka berkata Al ‘Allamah ‘Abdul ‘Aziz ibn Baz, “Sesungguhnya ketika Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga, salah satu kehinaan yang terasa bagi mereka adalah dibukanya ‘aurat sehingga harus memakai dedaun surga untuk menutupinya. Maka kaum yang menyukai ketelanjangan adalah tanda dijauhkannya rahmat Allah dan surga dari mereka.” Dalam kisah terindah tentang lelaki paling tampan dalam Al-Qur'an, kita menemukan bahwa pakaianlah yang menjadi wasilah dusta serta makar saudara Yusuf dengan lumuran darah palsu. Pakaian pula yang menjadi bukti pembela kesucian Yusuf ketika digoda sang wanita muda, cantik, lagi bangsawan di rumahnya dengan koyak bagian belakangnya.

Pakaian pula yang mengembalikan penglihatan sang Ayah nan amat sabar mengadu hanya pada Allah dan menanti perjumpaan kembali dengan seluruh keluarganya. “Pakaian taqwa itulah yang terbaik”, sebab sesiapa yang menjadikan ketaqwaan pada Allah sebagai penjaga, penabir, dan perhiasan bagi dirinya, takkan ada seorangpun yang mampu melihat ‘aib celanya. Pakaian pula yang menjadi perumpamaan keberpasangan suami dengan istri. “..Mereka adalah pakaian bagi kalian dan kalian adalah pakaian bagi mereka..” (QS Al-Baqarah [2]: 187)

Jika istri adalah pakaian bagi suaminya; yang menutupi aibnya, memperindahnya, dan menjaganya dari dosa; mengherankan masih banyak pemuda yang betah tak berpakaian dengan menunda-nunda pernikahan. Demikian di antara tadabbur Dr. Nashir ibn Sulaiman Al 'Umar.  (Salim A. Fillah)

Istighfar

Istighfar adalah sebuah kenyamanan yang tak bisa ditandingi. Istighfar adalah sebab yang paling kuat untuk mendapatkan kebahagiaan dan sebuah harta yang sangat berharga di dunia.

“Mohon ampunlah kepada Rabb kalian, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, dia akan memberikan kepadamu kenikmatan yang terus-menerus” (QS. Hud : 3).

Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Muhaisini (Twitter : @almohisni) - Twit Ulama 

Wilder

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Wilder (Chitan Star) adalah anggota muda tapi sangat bijaksana dari Suku Duck. Untuk alasan ini, ia bahkan memperlakukan Rhett, yang sedikit lebih tua, sebagai adik. Namun, ia taat kepada Joe dan bersama dengan Rhett, membantunya bertarung dengan Fire Bringer. Dia sangat menikmati bermain terompet. (sumber : Suikosource dan Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate karya Aki Shimizu, Kadokawa Corporation, Tokyo Japan 2002).

3 Tingkatan Orang Yang Beramal

Manusia dalam beramal ada tiga macam :
  1. Dhalimun linafsih, menzhalimi dirinya sendiri, dengan meninggalkan kewajiban dan mengerjakan larangan
  2. Muqtashid, mengerjakan kewajiban dan meninggalkan larangan,
  3. Sabiqun bil khairaat, mengerjakan hal-hal yang mustahab (sunnah) dan wajib, dan meninggalkan yang makruh dan haram (Ibnu Taimiyah dalam pembukaan kitab Tuhfatul Iraqiyah)
Syaikh Dr. Abdul ‘Aziz bin Muhammad As Sadhan - Twit Ulama 

Jumat, 15 April 2016

Kebesaran Kehormatan Para Wali (8)

Ibn Umar r.a. berkata : Tidak pernah saya mendengar Umar mengatakan terhadap sesuatu : Saya kira itu akan terjadi begini, melainkan katanya : Telah terjadi sebagaimana yang dikirakannya. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 396.

Semakin Kuat Tauhid, Semakin Kuat Iman

Semakin kuat tauhid pada hati seorang hamba, semakin kuat keimanannya, semakin ia tenang dan semakin besar tawakkal dan keyakinannya –Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah-

Dr. Muhammad Majdu’ asy-Syahri (Twitter : @mmajdo) - Twit Ulama

Sunnah Yang Diperhatikan Rasulullah ﷺ

Rasulullah ﷺ tak pernah tinggalkan sholat witir walaupun ketika safar. Hal ini menunjukkan tingginya kedudukan sunnah tersebut.

Dr. Khalid al-Hasan (Twitter : @alhasan1730) - Twit Ulama 

Hukum Ziarah Kubur

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah ke kubur (karena itu akan mengingatkan kalian akan akhirat) (dan ziarah tersebut akan menambah kebaikan pada kalian) (maka barangsiapa hendak berziarah maka berziarahlah, dan jangan berkata dengan perkataan yang batil)." (HR. Muslim, Abu Dawud, Baihaqi, Nasa'i dan Ahmad).

Hadits di atas menjelaskan bahwa di awal Islam, ziarah kubur dilarang, kemudian disyari'atkan dengan hikmah yang besar, yaitu untuk mengingat kematian, sehingga dapat melunakkan hati yang keras.
Maka apabila ziarah kubur diniatkan selain diatas seperti berdo'a kepada si mayit dan beristiqhatsah padanya, thawaf, mencari keberkahan, menambah rezeki dan lain-lain demikian juga menyatakan (mengklaim) bahwa si penghuni kubur adalah calon penghuni surga. Hukumnya adalah haram, bahkan ia telah berbuat kesyirikan (Lihat kitab Ahkaamul Janaaiz, No 227).

Standar Kebenaran Ada Pada al-Qur'an dan Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Bukan Pada Kenyataan
Sebagian orang beralasan akan bolehnya berdo'a di kuburan dan amalan ibadah lainnya, karena dapat merasakan ketenangan hati, terkabulnya do'a, terpenuhinya hajat-hajat, terhindar dari malapetaka, menemui kejadian yang menakjubkan atau karomah dan lain-lainnya.
Maka ketahuilah wahai saudaraku bahwasannya standar kebenaran ada pada Allah ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam bukan pada perasaan dan hal-hal yang aneh. Semuanya harus ditimbang dengan al-Qur'an dan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang shahih, apabila sesuai kita terima, namun apabila bertentangan maka kita tolak dari mana pun datangnya.
Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah berkata : "Dikimpai pada ahli syirik dan ahli bid'ah dari kalangan kaum Muslimin yang mereka telah menyerupai para penyembah berhala dan orang Nasrani yang tersesat, dimana mereka menjumpai karomah pada kuburan lalu mengira itu dari Allah ta'ala padahal itu adalah dari setan. Semisal mereka meletakkan celana-celana disisi kuburan tiba-tiba celana tersebut terpintal, atau meletakkan orang yang pingsan dan kerasukan jin lalu mereka melihat setan kabur darinya. Sesungguhnya setan melakukan ini semua untuk menyesatkan mereka. Padahal cukup dibacakan ayat kursi niscaya setan tersebut akan pergi. Atau setan membawa mereka terbang di udara yang jika di bacakan laa ilaaha illallah maka ia akan terjatuh. Atau sebagian mereka melihat kuburan terbuka dan keluar sosok manusia yang dikira itu adalah si mayit, padahal itu setan." (al-Furqan Baina Auliya' ar-Rahman wa Auliya' asy-Syaithan, 319).
---------------------------
Fenomena Ziarah Kubur, Abu Dawud bin Jainan, Buletin Al-Furqon, Tahun ke-6 Volume 10 No. 3 Terbit Shafar 1433 H, halaman 1 - 2. 

Kamis, 14 April 2016

Ber-Islam-lah dengan Ilmu

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 113, Allah ta'ala bercerita dalam firman-Nya :

وَقَالَتِ الْيَهُودُ لَيْسَتِ النَّصٰرَىٰ عَلَىٰ شَىْءٍ وَقَالَتِ النَّصٰرَىٰ لَيْسَتِ الْيَهُودُ عَلَىٰ شَىْءٍ وَهُمْ يَتْلُونَ الْكِتٰبَ ۗ كَذٰلِكَ قَالَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ مِثْلَ قَوْلِهِمْ ۚ فَاللَّـهُ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ فِيمَا كَانُوا۟ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
Dan berkata orang yahudi, "Tidaklah orang nasrani diatas sesuatu (kebenaran)", dan orang nasrani berkata (pula), "Tidaklah orang yahudi itu diatas sesuatu (kebenaran)', padahal mereka (sama-sama) membaca al-kitab (Taurat dan Injil). Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat tentang apa-apa yang mereka perselisihkan padanya. (113).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan, ketika orang nashara najran menghadap kepada Rasulullah ﷺ, datang pulalah padri-padri yahudi. Mereka bertengkar di hadapan Rasulullah ﷺ Berkatalah Rafi' bin Khuzaimah (yahudi) : "Kamu tidak berada pada jalan yang benar, karena menyatakan kekufuran  kepada nabi Isa dan kitab injilnya". Seorang dari kaum nashara najran membantahnya dengan mengatakan : "Kamu pun tidak berada diatas jalan yang benar, karena menentang kenabian Musa dan kufur kepada Taurat". Maka Allah menurunkan ayat tersebut diatas (QS. 2 : 113) sebagai jawaban atas pertengkaran mereka. (HR. Ibnu Abi Hatim).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 113. "Dan berkata orang yahudi, "Tidaklah orang nasrani diatas sesuatu (kebenaran)", ...". Pendeknya orang nasrani itu tidak sebuah juga; Kamilah yang benar! "..., dan orang nasrani berkata (pula), "Tidaklah orang yahudi itu diatas sesuatu (kebenaran)," ...". Kamilah yang benar ! "..., padahal mereka (sama-sama) membaca al-kitab (Taurat dan Injil). ...". Orang yahudi  membaca Taurat, didalamnya dinyatakan bahwa akan ada nabi yang akan menyambung usaha nabi-nabi terdahulu. Orang nasrani pun membaca kitab, yaitu kitab injil. Di dalamnya pun tersebut bahwa kedatangan Isa Almasih adalah menggenapkan Taurat dan tidak akan merubah isi Taurat. Diantara kitab dengan kitab tidak ada selisih, tetapi pengikutnya berselisih. Yang satu mengatakan yang lain tidak berdasar, tidak sebuah juga yang lain berkata begitu pula. "... . Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui mengatakan seperti ucapan mereka. ...". Mengatakan diri awaklah yang lebih, orang lain tidak ada yang benar, menjadi kebiasaan yang merata dan umum diantara sekalian orang yang memeluk agama tidak dengan pengetahuan. "... . Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat tentang apa-apa yang mereka perselisihkan padanya". Telah dapat dikira-kirakan apa keputusan yang akan diambil Tuhan terhadap mereka semuanya. Sudah terlihat garis yang ditentukan Tuhan. Yaitu siapa diantara mereka yang benar-benar berserah diri kepada Allah dan beramal baik. Beramal dengan pengetahuan dan keinsafan. Merekalah yang akan dibenarkan Tuhan.

Bagaimana dengan kaum Muslimin? Apakah surga hanya tertentu buat orang Islam saja? Dan yang benar hanyalah orang Islam saja? Kalau engkau wahai Muslimin, mengatakan bahwa yang cukup segala sesuatunya hanyalah orang Islam. Cobalah bertanya pada nurani kamu, sudahkah engkau ketahui hakikat agamamu yang engkau peluk? Apakah sah beragama dengan kebodohan.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 361 - 362.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 38.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 31.

Tinggi Sesuai Kadar Keimanannya

“Janganlah kamu merasa hina, Jangan pula merasa sedih, padahal kamulah yang tertinggi.”  (QS. Ali Imran : 139)

Pada penggalan kata “Padahal kamulah yang tertinggi”, Ibnul Qoyyim mengatakan: Seorang hamba akan tinggi, sesuai dengan kadar keimanan dalam dirinya.

Dr. Bassam asy-Syaththi (Twitter : @BassamAlshatti) - Twit Ulama

Shalatlah Seperti Shalat Orang yang Akan Berpisah!

Yang terbaik, hendaknya seorang muslim memang melaksanakan shalat seperti shalat orang yang hendak berpisah. Ada beberapa hadits dari Nabi ﷺ meskipun dilihat dari sanad-sanadnya tidak lepas dari kelemahan, namun kesemuanya itu menunjukkan hadits tersebut ada asalnya, di antaranya adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (no. 22987) dan Imam Ibnu Majah (no. 4171) dari hadits Abu Ayyub Al-anshari Radhiyallahu ‘Anhu dia berkata, “Seorang pria datang menemui Nabi ﷺ seraya berkata: Wahai Rasulullah, ajarkanlah aku dengan ringkas. Nabi ﷺ bersabda, “Apabila engkau mendirikan shalat maka shalatlah seolah-olah engkau akan berpisah, dan janganlah engkau mengucapkan perkataan yang suatu saat nanti justru engkau akan meminta maaf atas ucapanmu itu,serta yakinkan hatimu untuk tidak mengharapkan terhadap apa yang dimiliki manusia.”

Hadits yang seperti itu juga diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath (no. 4427), serta hadits lainnya dari para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum. Hanya saja di dalam hadits-hadits ini tidak terdapat keterangan bahwa Nabi ﷺ mengucapkan demikian saat merapikan barisan. Namun, seandainya imam mengucapkan demikian maka yang tepat dalam masalah ini adalah tidak mengapa. Terlebih jika adanya kebutuhan untuk mengatakan hal itu, disebabkan adanya kegundahan atau kesibukan yang terkadang menghalangi hadirnya hati. Wallahu A’lam.

Prof. Dr. Khalid Al-Mushlih - Twit Ulama

Jangan Buang Nasi

Kita bisa membuang nasi ke tong sampah dalam beberapa detik saja..namun tahukah anda Nasi butuh waktu panjang hingga bisa berada di Meja makan anda..

#BERFIKIRLAH sebelum berbuat Mubazir..

Itu tindakan Syaitan...bukan prilaku orang-orang beriman.

Tidak main main... Allah berfirman dari atas langit ke tujuh mengenai sifat BOROS manusia dalam firman-Nya :

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوٰنَ الشَّيٰطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (Qs. Al Israa' (17) : 27).

Jadi jauhi sifat boros dan ajarkan kepada anak dan keluarga kita. (Suara Madinah).

Rabu, 13 April 2016

Kebesaran Kehormatan Para Wali (7)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. mengirim sepuluh orang sebagai mata-mata yang dikepalai oleh Ashim bin Tsabit Al-Anshory, maka tatkala mereka telah sampai di Hudaat antara Usfan dan Makkah, mendadak terdengar berita mereka oleh seorang suku Bani Hudzail yaitu Bani Lahyan, maka segera mereka mengeluarkan seratus orang ahli panah untuk menawan mereka itu, maka segera keluar mengejar rombongan Ashim. Dan ketika Ashim merasa bahwa kedudukannya berbahaya, ia bertahan diri di sebuah tempat, maka dikepung oleh kaum Bani Lahyan itu, kemudian diminta supaya menyerah saja dengan janji jika suka menyerah tidak akan dibunuh. Tetapi Ashim bin Tsabit mengambil putusan tidak akan menyerah kepada orang kafir. Lalu ia berdo’a : Ya Allah kabarkanlah keadaan kami ini kepada Nabi Muhammad s.a.w., maka segera diserang dengan panah, hingga gugurlah Ashim dan beberapa orang temannya, kemudian tinggal tiga orang. Maka menyerahlah ketiga orang itu, yaitu : Khubaib dan Zaid bin Addatsinah dan seorang lagi,Abdullah bin Thariq), dan ketika mereka ini telah menyerah, maka dilepas tali busur mereka untuk diikatkan kepada ketiga orang ini, sehingga orang yang ketiga itu ketika melihat perbuatan yang sewenang-wenang itu segera ia berkata : Ini cidra yang pertama, demi Allah saya tidak akan mengikuti kamu lebih baik saya mengikuti teman-teman yang telah terbunuh itu, hingga ia dipaksa, tetapi tetap menolak, hingga mereka membunUhnya, kemudian mereka bawa ke Mekkah dua orang tawanan yang masih hidup (Khubail dan Zaid). Setelah sampai di Mekkah Khubaib dibeli Oleh putra-putra Alharits bin ‘Amir untuk dibunuhnya sebagai balas dendam karena dalam perang Badr Khubaib telah membunuh Alharits bin Amir. Maka Khuhaib tinggal sebagai tawanan mereka hingga saat pembunuhannya. Pada suatu hari Khubaib meminjam pisau cukur dari putri Alharits, maka ketika telah dipinjami mendadak ada anak kecil merangkak ketempat Khubaib dan duduk dipangkuan Khubaih, hingga menimbulkan rasa takut mereka kalau-kalau anak itu dibunuh oleh Khubaib, maka berkata : Takutkah kau tentang anak ini, demi Allah saya tidak akan berbuat demikian. Kata perempuan itu : Sebenarnya saya tidak pernah melihat tawanan yang lebih baik dari Khubaib, demi Allah saya telah mendapatkan ia makan setangkai anggur di tangannya, yang sedang terbelenggu besi, padahal ketika itu di kota Mekkah tidak ada buah anggur. Sungguh itu rezeqi yang diberi langsung oleh Allah. Kemudian setelah dikeluarkan dari daerah haram untuk dibunuh Khubaib minta izin kepada mereka untuk sholat dua raka’at, setelah itu ia berkata : Demi Allah andaikan saya tidak khawatir kamu sangka saya takut mati terbunuh, niscaya akan saya tambah sholatku itu. Ya Allah hitunglah bilangan mereka dan bunuhlah mereka bercerai-berai dan jangan ditinggalkan dari mereka seorangpun, kemudian ia bersajak yang artinya : Saya tidak hirau ketika saya terbunuh sebagai seorang muslim, walau bagaimana saja gugur saya asalkan karena Allah, dan yang demikian itu dalam membela agama Allah, maka Allah kuasa akan memberkahi potongan-potongan anggauta yang terserak-serak. Khubaib pertama orang yang melakukan sholat ketika akan dibunuh. Dan Nabi telah memberitahu kepada sahabat-sahabatnya tentang keadaan sahabat-sahabat yang diutus sebagai mata-mata itu. Kemudian orang-orang Quraisy mengirim beberapa orang untuk mengambil jenazah Ashim untuk dibinasakan karena Ashim telah membunuh tokoh mereka. Tetapi Allah melindungi Ashim dengan lebah yang bagaikan payung di atas jenazah Ashim, hingga orang-orang itu tidak berani mendekatinya atau mengambil sedikitpun dari anggauta tubuhnya. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 393-396.

Setengah

 من روائع الشيخ علي الطنطاوي رحمه الله: " نصف الثقة بالنفس: عدم المقارنة مع الآخرين، ونصف الراحة: عدم التدخل في شؤونهم، ونصف الحكمة: الصمت

Setengah percaya diri: tak membandingkan diri dengan orang lain,
Setengah ketenangan: tak ikut campur urusan orang lain,
Setengah hikmah: diam
(Ali Thanthawi)


د.طارق الحواس (Twitter : @tariqhawas) - Twit Ulama