"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 31 Mei 2014

SUNNAT MENGULANGI SALAM JIKA BERULANG BERTEMU (2)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Jika bertemu salah satu kamu kepada saudaranya hendaknya memberi salam, kemudian jika terpisah antara keduanya oleh pohon atau dinding atau batu, kemudian bertemu kembali hendaknya memberi salam. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 41.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (10)

Dari Abu Dzarr r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Janganlah menganggap hina akan kebaikan seseorang (sedikitpun), walau dengan menjumpai saudaramu dengan wajah yang berseri-seri”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari padanya r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila engkau masak sayur, perbanyaklah airnya dan kirimlah tetanggamu”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 538.

Jumat, 30 Mei 2014

SUNNAT MENGULANGI SALAM JIKA BERULANG BERTEMU (1)

Abu Hurairah r.a. ketika menceriterakan riwayat orang yang salah dalam sholat, berkata : Maka ia sholat kemudian datang kepada Nabi memberi salam, dan dijawab oleh Nabi s.a.w. Kemudian Nabi berkata : Kembalilah kau sholat, karena kau belum sholat, maka ia pergi sholat kemudian datang kembali kepada Nabi dan memberi salam, hingga tiga kali ia berulang yang demikian itu. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 41.

ALAM AKHIRAT (8)

Jasmaniyah dan Rohaniyah
Kehidupan jasmani saja tidak mungkin karena tanpa ruh, jasmani tidak dapat hidup. Tetapi kehidupan rohani saja adalah mungkin sebab ruh sendiri itulah yang menyebabkan dan merupakan kehidupan. Sedang kehidupan jasmani dan rohani adalah mungkin karena dengan adanya ruh maka jasmani dapat hidup. Kehidupan di dunia ini adalah kehidupan jasmaniyah dan rohaniyah. Setelah manusia mati dia berada di alam barzakh dan di sana mengalami kehidupan rohaniyah saja. Kelak pada hari Kiyamat jasmani manusia dibentuk kembali lalu ruhnya dimasukkan ke dalamnya, maka manusia kembali hidup, dan itulah yang dinamakan kiyamat atau kebangunan. Jika andaikata kehidupan di akhirat hanya kehidupan rohani, maka tidak perlu adanya Kiyamat itu karena manusia masih dalam keadaan hidup rohani dalam alam barzakh. Dan jika siksa Neraka dan pahala Syurga juga hanya berbentuk rohani, maka tidak perlu pulalah adanya Neraka dan Syurga itu karena di alam barzakh ruh manusia telah menerima siksa atau pahala rohani, yaitu ‘adzab atau nikmat kubur.
Sebagian mereka yang berpendapat bahwa kehidupan di Akhirat adalah kehidupan rohani, disebabkan karena meraka malu dicela orang bahwa i’tiqad agama demikian itu mustahil dan menggelikan. Tetapi Sebagian lagi justru karena pemikirannya sendiri dengan beberapa macam alasan. Perlu rasanya beberapa alasan mereka dikemukakan di sini dengan disertai tanggapan-tanggapan seperlunya.
  • Buah-buahan dalam Syurga yang diterangkan Allah dalam firman-Nya adalah bukan buah pohon-pohonan tetapi mempunyai arti kiasan; yaitu buah dan amal kebaikan yang telah mereka lakukan di dunia, berupa keridlaan Allah. Dalam Syurga tidak mungkin ada makan dan minum. Kalau ada maka ada pula buang air kecil atau besar yang merupakan kotoran, sedang dalam Syurga tidak mungkin ada kotoran.
Tanggapan :
Padahal kalau kita memahami firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 25 tersebut di atas, kita mengetahui bahwa penduduk Syurga yang menerima rezeki buah-buahan itu berkata : “Inilah yang pernah direzekikan kepada kami dahulu.” Kemudian Allah menjelaskan bahwa memang mereka diberi buah menyerupai yang dahulu. Ini membuktikan bahwa kata-kata “tsamarat” tidak tepat diartikan secara kiasan tetapi harus secara arti-haqiqi yaitu : buah. Kata-kata “rezeki atau rizqan” menguatkan keharusan pengertian-haqiqi itu. Apa yang keluar dari perut manusia adalah ampas dan makanan. Karena berbau busuk dan kotor maka dinamakan kotoran. Sampai seberapa jauh bau busuk dan kotornya ampas itu tergantung kepada apa yang telah dimakan dan kepada keadaan tubuh manusia. Jika orang memakan jengkol, petai, daging dan sebagainya, maka ampasnya akan lebih kotor dan lebih berbau busuk daripada orang yang hanya memakan sayur dan buah serta hanya minum air tawar. Orang sakit kotorannya lebih berbau busuk lagi. Orang yang sehat walafiat memakan sayur dan buah yang terpilih bersih serta halus, mencernanya dengan sempurna dan minumannya air jernih; niscaya kotorannya tidak berapa baunya. Buah-buahan dan minuman dalam Syurga adalah demikian bersih dan halusnya; demikian pula jasmani manusia di sana yang sehat walafiat, pasti tidak mustahil ampasnya tidak kelihatan kotor dan tidak pula berbau. Sungai-sungai yang mengalir akan menghanyutkan itu. Atau juga tidak mustahil bahwa buah-buahan Syurga begitu bersih, jernih dan lembut hingga tidak berampas sama sekali. Seluruhnya tercerna dan meresap ke dalam darah, sedang pembuangan semata-mata berupa keringat yang tidak bau pula. Atau juga bagaimanapun, Allah takdirkan ampas yang keluar dari manusia di Syurga berbau harum. Kita ingat saja kepada binatang sebangsa musang yang bernama rase, yang mampu mengeluarkan air atau keringat yang berbau sangat harum yang bernama “kesturi”.
  • Dalam Syurga tidak ada nikah, kawin dan berumahtangga; karena jika ada tentu terjadi pula kehamilan, kelahiran anak dan cucu. Demikian pula akan terjadi berpacaran, bercumbuan, berebut isteri atau suami, dan mungkin perzinaan. Sebagaimana halnya tidak ada makan dan minum, dalam Syurga tidak ada pula hubungan kelamin; sebab setiap penghuni berada dalam kehidupan rohani. Dalam firman Allah tersebut di atas, kata-kata “jawwajna hum bi hurin ‘inin”, tidak berarti bahwa mereka dijodohkan dengan bidadari tetapi diberi teman bidadari. Sebab di belakang kata-kata “zawwajna:hum” ada kata depan “bi” yang artinya “dengan”.
Tanggapan :
Kalaupun dalam Syurga ada nikah, kawin dan ber-rumahtangga lalu ada kehamilan dan kelahiran anak; apakah keberatan kita terhadapnya? Dan apakah itu bukan sesuatu yang wajar? Maka anak yang lahir dalam Syurga adalah anak yang elok serta saleh. Akan tetapi karena bidadari itu suci tidak berdatang bulan maka tidak akan ada kehamilan. Kesucian wanita dalam pengertian tidak berdatang bulan berlaku pula di dunia, yakni apabila mereka telah mencapai usia tertentu, dan ada pula wanita yang memang sejak semula tidak berdatang bulan. Allah serba kuasa untuk menciptakan organisme dalam tubuh wanita Syurga sedemikian rupa sehingga terhindar samasekali daripada haid. Adapun kata-kata “zawwaja” memang berarti “menjodohkan” walaupun di belakangnya ada kata depan “bi”. Kata depan itu tidak merubah arti sebab memang hubungannya dengan kata-kata “hurin”. Dengan demikian menurut tatabahasa Arab kata “hurin” dikatakan berada dalam posisi majrur dengan harf-jah. Memang “bi” dapat dihilangkan tanpa merobah arti : “Zawwajna:hum hu:ran”. Di sini “hu ran” menjabat posisi objek atau maf’ul-bih dan dibaca mans-shub; artinya tetap : “Kami jodohkan mereka dengan bidadari”. Adapun kaum wanita yang masuk ke dalam Syurga, mereka menjadi bidadari atau semacam bidadari dan ikut diperjodohkan.
  • Apabila kehidupan dalam Neraka dan Syurga itu berbentuk jasmani, tentu memerlukan adanya semacam bumi untuk tempat penghuninya. Di manakah letaknya bumi itu?
Tanggapan :
Pendapat di atas itu benar belaka. Setiap kehidupan jasmani memerlukan tempat. Karena dalam Syurga terdapat air, pohon dan buah, tentu memerlukan tanah atau bumi. Bagaimana keadaan dan di mana letaknya bumi itu hanya Allah yang tahu. Apakah di suatu planit tertentu? Tidak mustahil! Kalau di planit tentu akhirnya akan musnah pula? Allah pindahkan ke planit lain dan demikian seterusnya; atau memang ada planit yang ditakdirkan Allah menjadi abadi, atas kebijaksanaan dan kekuasaan-Nya yang tidak terbatas!
Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa :
  1. Kehidupan di Syurga dan Neraka sesuai dengan firman Allah adalah kehidupan rohani dan jasmani semacam kehidupan di dunia ini. Bagaimana bentuk dan susunan jasmani manusia adalah terserah kepada kehendak dan kekuasaan Allah.
  2. Kehidupan jasmani memang memerlukan adanya tempat dan ruang. Maka Syurga dan Neraka memang merupakan tempat dan ruang yang letaknya hanya Allah yang tahu. Adapun manusia baru akan tahu setelah berada di sana.
  3. Orang yang masuk Syurga adalah kekal abadi. Orang kafir dan musyrik kekal dan abadi dalam neraka. Orang beriman yang berdosa akan disiksa dalam neraka sampai dosanya selesai, kemudian dimasukkan ke dalam Syurga.
  4. Keyakinan bahwa kehidupan di akhirat adalah kehidupan jasmani dan rohani, adalah berdasarkan firman Allah Yang Maha Kuasa Pencipta segala alam dunia dan akhirat serta berdasarkan logika yang sehat. Jika andaikata kehidupan di akhirat hanya rohani, maka tidak perlu adanya Qiyamat dan Akhirat; sebab sesudah manusia mati sesungguhnya ruhnya masih hidup terus dalam alam rohani.

Dengan kesimpulan tersebut di atas sebagai bentuk iman kepada Akhirat secara yakin, manusia akan lebih mantap jiwanya untuk mengabdi kepada Yang Maha Khaliq, dan untuk dengan sukses membebaskan diri daripada cengkaman pengaruh duniawi yang menyesatkan, dan akhirnya untuk mengharap ni’mat dan rahmat serta Ridla Allah yang kekal abadi.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 34-38.

Abu Hurairah sang Mujahid yang ahli ibadah

TIME TUNNEL. Setelah pertemuan pertamaku dengan Abu Hurairah dan mengenal Ka'ab al-Ahbaar sang pemfitnah dan penyebar hadits palsu yang mencatut nama Abu Hurairah. Perjalananku pun terus berlanjut.
Suatu saat Marwan bin Hakam hendak menguji Abu Hurairah dengan memintanya mengabarkan hadits-hadits dari Rasulullah  ﷺ Sementara itu ia menyuruh sekretarisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah dari balik dinding. Setahun kemudian dipanggillah lagi Abu Hurairah untuk mengabarkan hadits-hadits dari Rasulullah  ﷺ, dan Marwan bin Hakam pun menyimak hadits-hadits yang dituliskan sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlewat walau sepatah kata pun.
Abu Hurairah adalah ahli ibadah yang senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah bersama istri dan anak-anaknya. Ia adalah seorang mujahid yang hampir tak pernah absen dalam setiap perjuangan fisik baik di masa Rasulullah ﷺ hingga di masa pemerintahan Islam.
--------------------
Inspirasi : Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit : CV. Penerbit Diponegoro Cetakan keduapuluh 2006.

Umar dan Abu Ubaidilah Melantik Abu Bakr

Tetapi Umar tidak akan membiarkan perselisihan itu menjadi perkelahian yang berkepanjangan. Dengan suaranya yang lantang menggelegar ia berkata : “Abu Bakr, bentangkan tanganmu.”
Abu Bakr membentangkan tangan dan oleh Umar ia diikrarkan seraya katanya :
“Abu Bakr, bukanlah Nabi menyuruhmu memimpin Muslimin Shalat? Engkaulah penggantinya (khalifahnya). Kami akan mengikrarkan orang yang paling disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini.”
Menyusul Abu Ubaidah memberikan ikrar.
“Engkaulah di kalangan Muhajirin yang paling mulia,” katanya. “dan yang kedua dari dua orang dalam gua, menggantikan Rasulullah dalam shalat, sesuatu yang paling mulia dan utama dalam agama kita. Siapa lagi yang lebih pantas dari engkau untuk ditampilkan dan memegang pimpinan ini!”
Sementara Umar dan Abu Ubaidah membaiat, cepat-cepat datang pula Basyir bin Sa’d memberikan ikrarnya. Ketika itu juga Hubah bin al-Munzir berseru :
“Basyir bin Sa’d! Engkau tidak patuh. Apa gunanya kau berbuat  begitu. Engkau telah menyaingi kepemimpinan itu dengan sepupumu sendiri (maksudnya Sa’d bin Ubadah).”
“Tidak,” kata Basyir, “saya tidak mau menentang hak suatu golongan yang sudah ditentukan Allah.”

Baiat Saqifah oleh Aus dan Khazraj
Usaid bin Hudair, pemimpin Aus, sambil menoleh kepada kaumnya yang juga sedang memperhatikan apa yang dilakukan oleh Basyir bin Sa’d, berkata :
“Kalau sekali Khazraj memerintah kita, maka akan tetap mereka mempunyai kelebihan atas kita dan dengan mereka samasekali kita tidak akan mendapat hak apa-apa. Maka rnarilah sekarang kita baiat Abu Bakr.”
Ketika itu Aus segera bertindak memberikan ikrar kepada Abu Bakr, kemudian disusul oleh Khazraj yang sudah merasa puas dengan kata-kata Basyir itu; mereka juga cepat-cepat membaiat, sehingga tempat di Saqifah itu penuh sesak. Karena makin banyak orang yang datang memberi ikrar hampir-hampir saja Sa’d bin Ubadah terinjak-injak. “Hati- hati, Sa’d jangan diinjak,” suara orang-orang yang pro Sa’d.
“Bunuh saja dia,” kata Umar. “Dia berbahaya!” dilanjutkan dengan kata-kata keras yang ditujukan kepada Sa’d.
“Hati-hatilah, Umar,” kata Abu Bakr mengingatkan Umar. “Dalam suasana begini perlu lebih bijaksana.”
Sekarang oleh kawan-kawannya Sa’ d dibawa masuk ke rumahnya.
Selama beberapa hari ia tinggal di rumah. Kemudian ia diminta agar juga membaiat :
“Datanglah dan baiat dia. Orang semua sudah membaiat, juga golonganmu.”

Sa’d Menolak
Tetapi Sa’d tetap tidak mau. “Tidak. Daripada aku membaiat, biarlah kulepaskan anak-anak panah dalam tabungku ini kepada kalian, biar kepala tombakku berlumuran darah dan pedang yang ada di tanganku kupukulkan kepadamu. Aku akan memerangi kalian bersama keluargaku, bersama pengikut-pengikutku yang masih setia.”
Setelah ucapan demikian itu sampai kepada Abu Bakr, Umar berkata kepadanya : “Jangan biarkan dia sebelum ikut memberi ikrar”
Tetapi Basyir menolak pendapat Umar itu dengan mengatakan :
“Dia keras kepala dan sudah menolak. Dia tidak akan memberi ikrar sebelum dia sendiri, anaknya, keluarganya dan kerabatnya semua terbunuh. Biarkan sajalah. Kalaupun dibiarkan dia tidak akan membahayakan kita. Dia hanya seorang diri.”
Abu Bakr yang mendengar pendapat Basyir itu membenarkan. Oleh mereka Sa’d ditinggalkan. Ia tidak ikut shalat berjamaah dengan yang lain. tidak ikut berhaji dan bertolak dari Arafah bersama yang lain. Ia tatap bertahan dengan caranya itu sampai Abu Bakr wafat.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 44 - 45.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (9)

Dari Jabir r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tiap-tiap kebajikan itu adalah sidkah”. Dikeluarkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 537.

Kamis, 29 Mei 2014

ATURAN SALAM (2)

Abu Umamah Albahily r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Seutama-utama manusia bagi Allah yalah yang mendahului memberi salam. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy)
Abu Umamah r.a. berkata : Seorang bertanya : Ya Rasulullah kalau dua orang bertemu muka yang manakah diantara kedua yang harus mendahului memberi salam? Jawab Nabi : Yang lebih dekat kepada Allah. (HR. Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 40.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (8)

Dari Abu Ayyub r.a., dikatakan ; Bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Tidaklah dibenarkan bagi seseorang Muslim meninggalkan hubungan saudara sesamanya lewat dari tiga hari, sehingga bilamana mereka saling bertemu, masing-masing sama membuang muka. Yang utama, ialah seorang di antaranya yang suka mulai menyapa lebih dahulu (memberi salam). (Hadits, telah disetujui oléh golongan terbanyak, Muttafaq ‘alaih).
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 537.

Rabu, 28 Mei 2014

ATURAN SALAM (1)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan memberi salam kepada yang duduk. Dan rombongan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak. (HR. Buchary dan Muslim).
Dalam riwayat Buchary : Dan yang kecil memberi salam kepada yang besar.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 40.

ALAM AKHIRAT (7)

Syurga
Syurga adalah suatu tempat di alam Akhirat yang penuh berisi kesenangan dan kebahagiaan abadi; yang disediakan oleh Allah bagi hambaNya yang beriman. Dalam Al-Qur’an sering disebut dengan kata-kata “jannah” yang berarti “taman”, atau “jannatun naim” yang artinya “taman kenikmatan”, atau juga “firdaus” yang dapat diterjemahkan dengan “syurga”.
Banyak sekali firman Allah menggambarkan keadaan dalam Syurga itu, dengan bahasa dan pemilihan kata-kata yang mudah dipaham serta menarik gairah manusia, di antaranya ialah :
  • Bahwa Syurga itu dialiri oleh sungai-sungai seperti yang antara lain difirmankan Allah dalam Surat Al-Bayyinah ayat terakhir : “Pahala mereka di sisi Tuhan mereka ialah Syurga yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai, mereka tinggal di sana dengan kekal selamanya”.
  • Bahwa Syurga juga ditumbuhi pepohonan yang berbuah untuk menjadi makanan penghuninya, dan berisi pula bidadari-bidadari yang suci. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah : 125 : “Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal kebaikan, bahwa bagi mereka disediakan Syurga yang di bawahnya mengalir anak-anak sungai; di mana setiap kepada mereka diberikan rezeki buah-buahan, mereka berkata : Inilah buah-buahan yang dahulu (di dunia) selalu diberikan kepada kami. Memang dalam Syurga mereka diberi buah-buahan yang serupa. Di samping itu kepada mereka dianugerahkan isteri yang suci, dan mereka berada kekal dalam Syurga itu”.
  • Bahwa kehidupan manusia dalam Syurga adalah dalam taman yang menyenangkan. Mereka tinggal dalam gedung yang teramat indah, berbaring atau duduk di atas hamparan beledu empuk, makan buah yang amat lezat cita-rasanya serta meminum dari piala yang terukir; dan sebagainya. Inilah firman Allah Surat Al-Ghasyiyah ayat 10 – 16 : “Mereka tinggal dalam taman yang tinggi, dimana tiada terdengar perkataan yang tak berfaedah, di sana ada mata air yang mengalir, ada pula kursi panjang yang ditinggikan, serta piala minuman yang terhidang, demikian pula bantal yang tersusun, di atas permadani yang terkembang”.
Demikianlah Allah menggambarkan kehidupan dalam Syurga sebagai kehidupan manusia yang teramat indah serta menyenangkan; perbedaannya ialah bahwa kesenangan dalam Syurga itu suci, aman dan tenang serta abadi, lagi pula jauh melebihi kesenangan duniawi sehingga tak dapat dinilai dan dibayangkan.
Adalah jelas bahwa kehidupan dl Akhirat itu adalah kehidupan manusia dengan jasmaninya, baik di Syurga maupun di Neraka. Akan tetapi banyak orang yang lebih suka berpendapat bahwa kehidupan di Akhirat adalah kehidupan rohani. Dengan demikian siksa Neraka adalah siksa rohani yang berupa rasa menyesal, gelisah, takut dan susah yang teramat sangat; dan pahala Syurga adalah pahala rohani yakni rasa aman, puas, bahagia yang tak ada bandingnya. Alasan daripada pendapat itu antara lain ialah anggapan tidak mungkin di dalam Syurga ada makan, minum, kawin dan sebagainya; sebab akan mengakibatkan adanya kotoran dan lahirnya anak. Hal itu mustahil! Dengan pendapat semacam itu mereka berpendirian bahwa apa yang difirmankan Allah tentang keadaan dalam Syurga dan Neraka hanyalah semata-mata perumpamaan sahaja, untuk menggambarkan bagaimana sakitnya orang dalam Neraka dan betapa senangnya dalam Syurga.
Tetapi umumnya orang tidak setuju atau tidak berani berpegang kepada pendapat tersebut di atas, kuatir terjerumus kepada ingkar terhadap firman Allah.. Mereka ini percaya sepenuhnya kepada apa saja keterangan Allah karena Dia Maha Kuasa, karena kepercayaan semacam itu merupakan jalan yang paling aman, dan karena akal manusia berada terlalu jauh sekali di bawah ilmu Allah, serta karena Allah Yang Maha Kuasa dan manusia hanya makhluq yang terlalu lemah! Apa salahnya kalau di Syurga pun ada makanan, minuman, suami-isteri, kotoran dan kelahiran anak. Atau apakah Allah pencipta alam ini tidak kuasa meniadakan kotoran dan mencegah kelahiran anak? Mengapakah sampai manusia berani membatasi kekuasaan Allah dengan ilmunya yang terbatas pada pengalaman duniawi ini? Bagi mereka, agama adalah iman, dan iman berada di atas ilmu pengetahuan. Artinya, ilmu pengetahuan harus dicari serta dijunjung tinggi, tetapi tidak boleh mengatasi firman Allah pencipta dari segala ilmu dan pengetahuan itu.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 32-34.

Memasuki Situasi yang Serba Sulit

Oleh Abu Bakr kata-kata terakhir itu diulang-ulang, yang sekaligus ketika pertama kali disampaikan telah memberi kesan dalam hati orang-orang Ansar yang keras, yang merasa khawatir sekali dengan situasi demikian. Maka ketika itu al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh berdiri :
“Saudara-saudara Ansar!” katanya. “Hendaklah kita pertahankan hak kita. Orang-orang akan berada di belakang kita. Tak akan ada yang berani menentang kita dan orang tak akan menjalankan suatu keputusan tanpa meminta pendapat kita. Kekayaan dan kehormatan ada pada kita, begitu juga jumlah orang. Kita punya pertahanan dan pengalaman, kekuatan dan kesiagaan. Orang hanya akan melihat apa yang kamu perbuat. Janganlah kamu berselisih, agar pendapat kita tidak terpecah belah, kekuasaan kita tidak pula goyah. Kemauan mereka hanya seperti yang sudah kalian dengar. Sekarang Saudara-saudara, dari kami seorang amir dan dari Tuan-tuan seorang amir.”
Begitu Hubab berhenti bicara Umar bin Khattab segera berdiri yang sejak tadi hanya menahan diri tidak bicara, sebab mematuhi perintah Abu Bakr seraya katanya :
“Bah! Jangan ada dua kemudi dalam satu perahu. Orang-orang Arab tidak akan mau mengangkat kamu sedang nabinya bukan dari kalangan kamu. Tetapi mereka tidak akan keberatan mengangkat seorang pemimpin selama kenabian itu dari kalangan mereka. Alasan dan kewenangan kami sudah jelas buat mereka yang masih menolak semua itu. Siapakah yang mau membantah kewenangan dan kepemimpinan Muhammad sedang kami adalah kawan dan kerabat dekatnya kecuali buat orang yang memang cenderung hendak berbuat batil, berbuat dosa dan gemar mencari-cari malapetaka!”
Ucapan Umar itu dibalas oleh Hubab :
“Saudara-saudara Ansar! Tetaplah kalian bertuhan dan jangan mendengar kata-kata orang ini dan kawan-kawannya, kalian akan kehilangan hak kalian. Kalau mereka menolak tuntutan kita, kita keluarkan mereka dari negeri ini, dan kekuasaan kita ambil dari mereka. Dalam hal ini kalian lebih berhak daripada mereka. Dengan pedang kalianlah orang yang tadinya tak beragama itu telah menerima agama ini. Saya tongkat lagi senjata.*)  Demi Allah, kalau perlu biar kita yang memulai peperangan.”
Mendengar ancaman itu Umar membalas : “Mudah-mudahan Allah memerangi kamu.”
“Bahkan kaulah yang harus diperangi.” kata Hubab lagi.
Kata-kata terakhir ini sudah merupakan ancaman yang sangat berbahaya. Jika di pihak Hubab kaum Ansar cukup banyak jumlahnya tentu akan mudah sekali timbul huru-hara dan mereka cepat-cepat membantunya dan mendukung pengangkatan Sa’d bin Ubadah. Sesudah itu terserah apa yang akan dilakukan oleh pihak Muhajirin. Atau bisa jadi masing-masing pihak ada yang sudah bermain mata atau yang serupa itu sebagai reaksi atas dialog yang begitu keras antara Umar dengan Hubab.

Abu Ubaidah Turun Tangan
At-Tabari malah menyebutkan bahwa sambil berbicara itu Hubab menghunus pedang, tapi tangannya ditepis oleh Umar dan pedang itu jatuh. Diambilnya pedang itu oleh Umar dan ia melompat ke arah Sa’d bin Ubadah. Tetapi dalam menghadapi persoalan ini Abu Ubaidah bin Jarrah segera turun tangan. Selama ini a memang berdiam diri. Sambil ditujukan kepada penduduk Medinah itu ia berkata :
“Saudara-saudara Ansar! Kalian adalah orang yang pertama memberikan bantuan dan dukungan. janganlah sekarang jadi orang yang pertama pula mengadakan perubahan dan perombakan.”

Suara Basyir bin Sa’d
Dalam kesempatan ini Basyir bin Sa’d Abu an-Nu’man bin Basyir, salah seorang pemimpin Khazraj, berdiri menyambut ucapan Abu Ubaidah yang bijaksana itu :
“Kalau kita sudah mendapat tempat pertama dalam perang melawan kaum musyrik dan juga yang mula-mula menyambut agama ini, yang kita tuju hanya ridla Allah serta kepatuhan kita kepada Nabi kita yang sudah bekerja keras untuk kita. Maka tidaklah pada tempatnya kita akan menyombongkan diri kepada orang lain, juga bukan tujuan kita ganjaran duniawi ini sebagai balasan buat kita. Tuhanlah yang akan memberikan ganjaran kepada kita untuk itu semua. Ya. Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam dari Kuraisy, maka kabilah inilah yang lebih berhak atas semua itu. Derni Allah aku bersumpah. janganlah sekali-kali kita disaksikan Allah dalam keadaan bersengketa mengenai hal ini. Takutlah kalian kepada Allah, dan janganlah menentang dan bertengkar dengan mereka.”
Abu Bakr mengitarkan pandangannya kepada Ansar, ingin melihat kesan apa yang timbul dari kata-kata Basyir itu. Dilihatnya Aus seolah mereka saling berbisik dan banyak pula dan pihak Khazraj yang tampaknya merasa puas dengan kata-kata Basyir itu. Ia yakin, bahwa keadaannya sekarang sudah reda dan sudah tiba pula sa’atnya mengambil keputusan. Kesempatan ini tak boleh dibiarkan. Oleh karena waktu itu ia sedang duduk di tengah-tengah. antara Umar dan Abu Ubaidah, maka dipegangnya tangan mereka itu masing-masing dan katanya seraya mengajak Ansar menjaga persatuan dan menghindari perpecahan : “Ini Umar dan ini Abu Ubaidah, berikanlah ikrar Tuan-tuan kepada yang mana saja yang Tuan-tuan sukai.”
Ketika itu timbul pula kegaduhan dan perselisihan pun mulai merebak lagi. Umarkah yang akan dibaiat dengan sikapnya yang begitu keras, tetapi dalam pada itu ia pendamping (wazir) Nabi dan ayah Hafsah Ummulmukminin? Atan Abu Ubaidah yang akan dilantik, yang sampai sa’at itu wibawa dan kedudukannya belum sepert Umar dalam hati kaum Muslimin?!.

Catatan :
*) Harfiah, Saya kayu pasak tempat ternak bergerak dan setandan kurma yang bertopang, yakni saya tempat orang yang mencari pengobatan dengan pendapatnya, seperti unta mengobati sakit gatalnya dengan menggaruk-garukkan badannya ke kayu pasak. Perumpamaan Melayu di atas berarti saya yang memberi dua pertolongan dalam perjalanan.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 41 - 43.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (7)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Di antara dosa-dosa besar itu ialah : Orang mencaci ibu-bapaknya”. Ditanyakan pula : “Bagaimanakah orang mencaci ibu-bapaknya?” Beliau bersabda : “Ya, ia mencaci ayah seorang, maka orang itu mencaci ayahnya (membalas), ia mencaci ibu seseorang, dan orang itu mencaci ibunya”. Muttafaq ‘alaih.

Janganlah mencaci orang tua yang lain, supaya orang tua kita tidak dicaci orang.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 537.

Selasa, 27 Mei 2014

CARA MEMBERI SALAM (6)

Abu Juray Alhujaimy r.a. berkata : Saya datang ke pada Rasulullah s.a.w. maka saya mengucapkan : “’ALAIKASSALAM YA RASULULLAH”. Maka Nabi s.a.w. berkata : Jangan berkata : “’ALAIKASSALAM” karena “’ALAIKASSALAM” itu untuk salam kepada orang mati. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 39.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (6)

Dari Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata ; Saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : “Dosa manakah yang terbesar?” Beliau bersabda : “Engkau membuat sekutu bagi Allah, padahal Allah yang menjadikan engkau”. Kataku lagi: “Kemudian apa lagi?” Sabdanya : “Engkau membunuh anakmu sebab takut akan makan bersama denganmu (takut menanggung makannya)”. Lalu kataku lagi : “Kemudian mana lagi?” Sabdanya pula : “Engkau berzina dengan isteri tetanggamu”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 536.

Senin, 26 Mei 2014

CARA MEMBERI SALAM (5)

Asma binti Yazid r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. berjalan di masjid, mendadak melihat rombongan wanita duduk, maka ia melambaikan tangan dengan salam. (HR. Attirmidzy).
Dalam riwayat Abu Dawud : Maka memberi salam kepada kami.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 39.

ALAM AKHIRAT (6)

Neraka
Dalam Al-Qur’an untuk menunjuk kepada pengertian neraka, Allah firmankan pada umumnya dengan kata-kata “an-nar” yang berarti “api” dan “naru-jahannam” yang artinya “lobang berisi api”. Adapun yang dimaksud ialah suatu tempat yang berisi api menyala-nyala, untuk menyiksa manusia yang berdosa atau ingkar kepada Tuhan. Di mana letaknya neraka itu, sudah tentu pada suatu tempat di atas “bumi baru” dalam alam akhirat kelak. Kita tidak mengetahui tepatnya di mana, namun Allah yang Maha Mengetahui; dan nanti penghuni neraka itu akan mengetahui serta mengalaminya pada saatnya.
Yang akan menjadi umpan api neraka ialah pertama onang kafir, yaitu mereka yang menolak adanya Tuhan Allah. Mereka anggap bahwa Tuhan tidak ada, dan hanya merupakan khayalan manusia belaka, Dalam istilah masa kini mereka dinamakan atheist, artinya orang yang tidak bertuhan. Menurut mereka alam ini terjadi secara “kebetulan”, dan terjadi dengan sendirinya sebagai hasil daripada perputaran dan pengaruh enersi dalam alam itu sendiri; tidak ada yang menciptakan. Itulah pemikiran orang kafir yang terpelajar. Karena tidak mempercayai akan adanya Tuhan maka mereka pun tidak percaya adanya akhirat, syurga, neraka, ruh dan sebagainya. Maka sudah layak apabila hukuman mereka adalah masuk neraka dan kekal di dalamnya. Kedua ialah orang musyrik, yaitu mereka yang menganggap dan menyembah Tuhan selain Allah atau mempercayai sesuatu seolah-olah memiliki sifat atau kekuasaan seperti Allah. Mereka orang musyrik ini juga akan kekal dalam neraka. Ketiga ialah mereka orang beriman kepada Allah tetapi mengerjakan perbuatan dosa. Jika dosanya itu tidak diampuni oleh Allah maka mereka disiksa lebih dihulu dalam neraka sehingga dosanya habis terhukum; kemudian barulah dikeluarkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam syurga.
Di bawah ini sebagian firman Allah yang memaparkan bermacam-macam penghuni neraka sebagai yang diuraikan di atas :
“Bahwasanya orang-orang kafir dan orang yang berbuat aniaya, tidak mungkin Allah akan mengampuni mereka, dan tidak mungkin pula menunjukkan mereka sesuatu jalan kecuali jalan yang menuju neraka jahannam di mana mereka akan dimasukkan ke dalamnya dengan kekal selama-lamanya”. (Surat An-Nisa : 168)
“Sungguh Allah mengutuk orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka neraka yang menyala, di dalamnya mereka akan tinggal selama-lamanya”. (Surat Al-Ahzab : 64)
“Dan barangsiapa memusyrikkan Allah maka Dia pasti mengharamkan baginya Syurga dan tempatnya pasti dalam neraka”. (Surat Al-Maidah : 75).

Adapun orang Mukmin yang berbuat dosa, jika dosanya itu telah diampuni oleh Allah maka dia tidak disiksa melainkan langsung dimasukkan ke dalam Syurga. Itulah sebabnya kita diperintahkan oleh Allah untuk bertaubat dan mohon ampun atas dosa kita. Yang dinamakan bertaubat ialah berikrar dengan sepenuh hati untuk tidak lagi melakukan dosa. Apabila ikrar itu kita tepati serta kita memohon ampun atau istighfar, niscaya Allah akan mengampuni dosa kita karena Dia memang Maha Pengampun dan Maha Pengasih akan hamba-Nya, bersedia mengampuni segala dosa kecuali dosa musyrik yaitu mensekutukan Tuhan atau menyembah selain Tuhan. Ini dijelaskan dengan firman-Nya dalam Surat An-Nisa ayat 47 dan 115 :
“Sungguh Allah tidak memberi ampun jika Dia dipersekutukan, tetapi berkenan memberi ampun atas dosa selain itu kepada orang yang dikehendaki-Nya”.
Akan tetapi apabila Allah tidak berkenan memberi ampunan atas dosa seseorang Mukmin, maka dia disiksa terlebih dahulu di dalam Neraka. Setelah habis dosanya atau setelah Allah menganggap cukup siksa itu, barulah dia dikeluarkan dari Neraka lalu dimasukkan ke dalam Syurga, terutama sebab dia mempunyai iman. Berapa lama dia harus lebih dahulu berada di Neraka adalah tergantung kepada banyak atau sedikitnya dosa, serta berat atau ringannya. Rasulullah telah menegaskan hal ini dengan sabdanya dalam suatu hadits yang diriwayatkan dari Abi Sa’id Al-Khudri : “Ahli Syurga masuk ke Syurga dan Ahli Neraka masuk ke Neraka. Kemudian Allah berkata kepada Malaikat : Keluarkanlah dari Neraka mereka yang dalam kalbunya ada iman, walaupun hanya sebesar biji sawi. Maka mereka pun keluar dari Neraka itu.”
Adapun orang kafir dan musyrik, memang mereka tidak mungkin diampuni. Maka mereka kekal disiksa dalam Neraka. Siksa Neraka adalah siksa jasmani karena apinya yang menyala-nyala membakar kulit dan daging penghuninya dan menimbulkan rasa yang teramat pedih serta menyengat huluhati. Tetapi juga merupakan siksa rohani sebab menimbulkan ketakutan dan kengerian, keputus-asaan serta penyesalan yang mencekam. Keabadian jasmani manusia yang dibakar oleh api neraka itu bukan disebabkan oleh daging yang tidak mempan api, tetapi disebabkan terjadinya pergantian sel-sel dalam jasmani yang terus-menerus. Jadi keabadian jasmani dalam Neraka adalah keabadian proses pergantian sel-selnya. Hal ini difirmankan Allah dengan gamblang dalam Surat An-Nisa ayat 56 : “Sungguh mereka yang kafir terhadap keterangan Kami pasti kelak akan Kami jerumuskan ke dalam api Neraka. Setiap kulitnya masak segera Kami ganti dengan kulit baru, agar mereka benar-benar merasakan kepedihan siksa. Sungguh Allah adalah Tuban Yang Maha Tinggi dan Bijaksana.”
Pergantian sel-sel secara sistimatis cepat dan tepat, didasari oleh kekuasaan dan kebijaksanaan Allah; akan menciptakan keabadian jasmani. Manusianya tidak mati, terus hidup dengan menderita siksaan mengerikan dan teramat pedih. Dengan proses pergantian sel itulah pula tercipta keabadian jasmani dalam Syurga yang akan diterangkan di dalam bab tersendiri.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 29-32.

Abu Bakr Mulai Dengan Serangan Damainya

Dalam kehidupan kita dewasa ini kita sudah biasa mengenal istilah-istilah yang dilakukan oleh kaum politisi untuk menggambarkan situasi dan tindakan-tindakan yang mereka anggap baru dan belum pernah dilakukan orang sebelumnya. Yang mudah biasa kita dengar masa kita sekarang ini ialah istilah “serangan damai”. Pada masa-masa dahulu serangan damai demikian ini sudah tidak asing lagi. Malah cara inilah yang telah dilakukan oleh Abu Bakr dan juga dilaksanakan oleh kedua sahabatnya dalam pertemuan bersejarah yang sangat penting itu.
Setelah ketiga Muhajirin itu merasa puas dengan pertemuan tersebut, pihak Ansar tidak lagi berani meneruskan dan mereka sadar. Tetapi pihak-pihak yang masih keras ingin memegang pimpinan setelah Rasulullah tak dapat menahan diri.
“Aku sudah menyusun kata-kata yang akan kusampaikan kepada mereka,” kata Umar, “tetapi waktu akan mulai berbicara. Abu Bakr berkata kepadaku : “Sabarlah, aku yang akan bicara. Sesudah itu boleh kamu bicara sesukamu.”

Pidato Abu Bakr yang Pertama Kepada Ansar

Yang dikhawatirkan Abu Bakr sikap Umar yang terlalu keras bila berbicara, sedang situasinya tidak mengizinkan cara-cara kekerasan. Yang diperlukan ialah taktik yang bijak dan pengantar yang baik. Waktu itu Abu Bakr berdiri. Setelah mengucapkan syukur kepada Allah dan mengingatkan mereka kepada Rasulullah serta risalah tauhid yang dibawanya, ia berkata :
“...Orang-orang Arab itu berat sekali untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka. Kaum Muhajirin yang mula-mula dari masyarakat Nabi sendiri telah mendapat karunia Allah, mereka percaya kepadanya, beriman kepadanya, senasib seperjuangan dengan menanggung segala macam penderitaan, yang datangnya justru dari masyarakat mereka sendiri. Mereka didustakan, ditolak dan dimusuhi. Mereka tak merasa gentar, meskipun jumlah mereka kecil, menghadapi kebencian dan permusuhan lawan yang begitu besar. Mereka itulah yang telah lebih dulu menyembah Allah di muka bumi, beriman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya. Mereka itu termasuk sahabat-sahabatnya dan keluarganya. Sepeninggal Nabi, merekalah orang-orang sang paling berhak memegang pimpinan ini. Tak ada orang yang akan menentang kecuali orang yang zalim.
“Dan kalian, Saudara-saudara Ansar! Siapa yang akan membantah jasa kalian dalam agama serta sambutanmu yang mula-mula, yang begitu besar artinya dalam Islam. Allah telah memilih kamu sebagai pembela (ansar) agama dan Rasul-Nya. Ke tempat kalian inilah ia hijrah dan dari kalangan kalian ini pula sebagian besar istri-istri dari sahabat- sahabatnya. Posisi itu hanya ada pada kamu sekalian setelah kami. Karena itu, maka kamilah para amir dan Tuan-tuan wazir. Kami tak akan meninggalkan Tuan-tuan dalam musyawarah dan tak akan memutuskan sesuatu tanpa Tuan-tuan.”
Kami para amir dan Tuan-tuan para wazir. Kami tidak akan meninggalkan Tuan-tuan dalam musyawarah, dan kami takkan memutuskan sesuatu tanpa Tuan-tuan. Kata-kata ini mirip sekali dengan pendapat Ansar yang mengatakan : dari kami seorang amir dan dari Muhajirin seorang amir. Kata-kata yang lebih teratur ini dan akan membawa segala persoalan ke arah yang lebih baik dan membangn. Barangkali ini pula tujuan Abu Bakr —tujuan yang sangat bijaksana dengan pandangan yang jauh. Barangkali pihak Aus pun yang tadinya masih bersaing dengan Khazraj, sekarang sudah puas menerima Abu Bakr. Dari kalangan Khazraj sendiri barangkali banyak yang tidak keberatan terhadapnya.
Abu Bakr tidak menginginkan pihak pihak Muhajirin akan memegang kekuasaan tanpa mengajak orang lain seperti yang dilakukan oleh Sa’d bin Ubadah. Malah dimintanya Ansar sebagai para wazir, bekerja sama tanpa menyertakan yang lain, meskipun yang lain itu di beberapa bagian Semenanjung ada yang lebih kuat dan lebih banyak jumlahnya. Ia mengajak Ansar atas dasar pimpinan berada di tangan Muhajirin karena kedudukan mereka yang sudah lebih dulu dalam membela dan mendukung Rasulullah.
Sudah tentu, dengan kata-kata itu mereka semua akan merasa puas, karena ini memang sudah sangat adil, dengan dasar demi kebenaran semata.

Jawaban Ansar kepada Abu Bakr
Orang-orang yang masih diliputi semangat mempertahankan Ansar merasakan pengaruh kata-kata Abu Bakr itu dalam hati kalangan Saqifah. Mereka khawatir kesepakatan yang semula sudah ada akan buyar. Keadaan itu dipaksakan oleh pihak Muhajirin dan kekuasaan akan dipegang mereka sendiri. Maka salah seorang dari Ansar berdiri dan berkata :
“Kemudian daripada itu. Kami adalah Ansarullah dan pasukan Islam, dan kalian dari kalangan Muhajirin sekelompok kecil dari kami, datang ke mari mewakili golongan Tuan-tuan. Tetapi ternyata sekarang Tuan-tuan mau mengambil hak kami secara paksa.”
Dalam kedudukannya itu, apa yang didengarnya tentu tidak menyenangkan Abu Bakr. Sekali lagi ia menunjukkan kata-katanya kepada Ansar, seraya katanya :
“Saudara-saudara Kami dari Muhajirin orang yang pertama menerima Islam. Keturunan kami orang baik-baik, keluarga kami terpandang. kedudukan kami baik pula. Di kalangan Arab kamilah yang banyak memberikan keturunan, dan kami sangat sayang kepada Rasulullah. Kami sudah memeluk Islam sebelum Tuan-tuan, di dalam Qur’an juga kami didahulukan dari Tuan-tuan, seperti dalam firman Allah : “Pelopor-pelopor pertama dari Muhajirin dan Ansar, dan yang mengikuti mereka dalam segala perbuatan yang baik.” (Qur‘an, 9 : 100).
Jadi kami Muhajirin dan Tuan-tuan adalah Ansar, Saudara-saudara kami seagama, bersama-sama menghadapi rampasan perang dan penolong-penolong kami dalam menghadapi musuh. Apa yang telah Tuan-tuan katakan, bahwa segala kebaikan ada pada Tuan-tuan itu sudah pada tempatnya. Dan segenap penghuni bumi ini Tuan-tuanlah yang patut dipuji. Tetapi dalam hal ini orang-orang Arab itu hanya mengenal lingkungan Kuraisy. Jadi dari pihak kami para amir dan dari pihak Tuan-tuan para wazir!”

Catatan :
Amir jamak umara’, harfiah pangeran, pemimpin, yang memerintah, pemerintah dapat diartikan juga kepala negara. Wazir jamak wuzara’ yang memberi dukungan, pendamping, pembantu, menteri.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 38 - 41.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (5)

Dari Anas r.a. dari Nabi s.a.w., bahwasanya beliau bersabda : “Demi yang jiwaku pada tangan-Nya (demi Allah), tidak beriman seorang hamba sehingga ia mencintai tetangganya atau saudaranya (sesama Muslim) seperti mencintai dirinya sendiri”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 536.

Minggu, 25 Mei 2014

Daftar Karakter dan Job

Final Fantasy Tactics memiliki setidaknya 12 karakter, diantaranya :

Ramza Beoulve (Squire)
Tokoh utama game ini, juga salah satu karakter terbaik. Dengan menggunakan skill yell dan accumulate berulang-ulang(atau menggunakan ability scream), dipadu dengan ability 2 swords, Ramza bisa menjadi karakter super kuat. Equipkan Excalibur dan Save the Queen, Ramza akan mendapat status haste dan protect sekaligus.

Agrias Oaks (Holy Knight)
Pelindung Princess Ovelia, dengan skill holy sword ia bisa menimbulkan damage besar pada lawan sekaligus menimbulkan berbagai status, mulai silence, confuse hingga instant death.
Mustadio Bonanza (Engineer)
Engineer dari Goug yang ditolong Ramza. Dengan ability snipe ia bisa mengunci musuh, menimbulkan status don't act dan don't move. Juga bisa menimbulkan status petrify pada musuh undead dengan seal evil.
Beowulf Kadmus (Temple Knight)
Ksatria yang mencoba menolong kekasihnya Reis dari kutukan. Dengan magic sword skillnya, ia bisa menimbulkan berbagai status pada musuh, seperti sleep, don't act, pertify dan sebagainya.

Reis Dular (Dragoner)
Kekasih Beowulf yang dikutuk jadi naga. Meski kembali jadi manusia ia akan tetap memiliki kemampuan holy dragon. Dengan ability dragon, ia bisa menyerang musuh dengan nafasnya, juga menjadikan naga lain sebagai kawan.

Worker 8 (Steel Giant)
Robot yang ditemukan ayah Mustadio. Diaktifkan dengan holy stone. Setelah diperbaiki ia akan bergabung. Punya serangan yang sangat kuat, sayangnya tak bisa berganti job. Untuk menghealingnya, gunakan cakra.

Meliadoul Tingel (Divine Knight)
Adik Izlude yang akan bergabung untuk membongkar kedok ayahnya. Skill mighty swordnya cuma efektif pada musuh manusia. Ia bisa menghancurkan berbagai equipment musuh, dari senjata hingga aksesorinya. Ia memiliki pedang Save The Queen, pedang yang menimbulkan status protect.

Cidolfas Orlandu (Holy Swordsman)
Ksatria tua yang sangat tangguh, juga ayah Olan. Dengan all swordskill, ia sekaligus menguasai dark sword Gafgarion, holy sword Agrias dan mighty sword Meliadoul. Ditambah Excalibur yang merupakan salah satu senjata terkuat, membuatnya menjadi salah satu karakter terbaik.

Ramza Beoulve
Boko (Chocobo)
Chocobo yang diselamatkan Ramza, bukan karakter yang terlalu kuat dan tak bisa berganti job. Tapi ia memiliki jangkauan yang sangat jauh, dan bisa menyembuhkan karakter tanpa MP.

Rafa Galthana (Heaven Knight)
Adik Malak yang menguasai ability truth. Sebenarnya serangannya cukup kuat, sayangnya bersifat random. Jadi gunakan skill itu pada musuh yang bergerombol.

Malak Galthana (Hell Knight)
Kakak lelaki Rafa, nyawanya diselamatkan oleh holy stone. Sama dengan Rafa, ability un-truthnya juga bersifat random.

Cloud Strife (Soldier)
Tokoh utama FFVII ini terpanggil ke dunia FF Tactics akibat mesin yang ditemukan oleh ayah Mustadio. Setelah mengequip materia blade, ia bisa menggunakan limit breaknya.

Phoenix Kawung

Salah satu koleksi baju batik printing ku yang aku suka adalah yang bertema “Phoenix- Kawung”. Karena masing-masing mereka memiliki arti tersendiri. 

Batik Printing Phoenix Kawung
Phoenix
Dalam mitologi Mesir Phoenix memiliki arti keabadian. Burung api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah keemasan. Sedangkan dalam mitologi Cina burung Phoenix (Fenghuang) adalah pemimimpin burung yang menjadi symbol hubungan mesra antara suami dan istri.
Phoenix (dalam masyarakat jawa disebut burung Hong) dikatakan dapat hidup 500 atau 1461 tahun, setelah hidup selama itu ia akan membakar dirinya. Lalu abunya akan muncul burung Phoenix muda begitu seterusnya. (Satu Lingkar dan Aliefqu)
Kalau ngomongin Phoenix jadi keinget game seri Final Fantasy :D

Kawung
Motif kawung mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat asal usulnya. Jaman dahulu, motif kawung sering digunakan dikalangan kerajaan dengan harapan mencerminkan pribadi pemimpin yang mampu mengendalikan hawa nafsu serta menjaga hati nurani agar dapat keseimbangan dalam berperilaku hidup sebagai manusia. (Parasantique Pekalongan)

Phoenix Kawung
Kalau dilihat dari motifnya, batik Phoenix Kawung koleksiku ini mirip dengan gaya batik Laseman yang senantiasa memadukan unsur motif Cina (Phoenix) dan unsur motif Jawa (Kawung), tetapi dari pewarnaan mengikuti motif batik Solo atau Yogyakarta, coklat. Harapan yang aku inginkan dengan memaknai motif baju batik printingku “Phoenix-Kawung” adalah diberi keistiqomahan yang abadi untuk senantiasa jadi manusia yang wara’ dan zuhud.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (4)

Dari Abdullah bin ‘Ash r.a. dari Nabi saw., beliau bersabda : “Keridla-an Allah itu (tergantung) pada keridla-an ibu-bapak, dan murka Allah itu (tergantung) pada murka ibu-bapak”. Dikeluarkan oleh Tirmidzy dan disahkan oleh Hakim Ibnu Hibban.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 536.

CARA MEMBERI SALAM (4)

Almiqdad r.a. berkata : Kami biasa menyediakan bagian Nabi s.a.w. dari susu, maka ia datang pada waktu malam dan memberi salam dengan perlahan sekira tidak membangunkan orang tidur, dan cukup mendengarkan kepada yang jaga. Maka datang Nabi sebagaimana biasa memberi salam. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 39.

Sabtu, 24 Mei 2014

ALAM AKHIRAT (5)

Keadilan
Umumnya manusia mempunyai keinginan untuk memperoleh kelebihan dari sesamanya. Kelebihan rezeki, kesenangan, kehormatan dan sebagainya. Dalam berusaha memiliki kelebihan itu sering orang bertindak melampaui batas keadilan hingga merugikan atau menganiaya orang lain. Itu karena didorong oleh hawa nafsunya, sedang dia sendiri pun mengetahui bahwa tindakannya atau keinginannya itu tidak adil. Namun demikian dia juga tidak mau diperlakukan tidak adil. Jadi sesungguhnya setiap orang mengerti tentang keadilan dan ingin agar keadilan itu berlaku, hanya hawa nafsu itulah yang selalu menutup kesadaran dan pengertiannya. Setiap manusia yang berpikir sehat pasti rnenghendaki berlakunya keadilan, dan setiap ketidak-adilan yang telah berlaku harus dibongkar dan diluruskan.
Untuk menegakkan keadilan itulah maka di setiap negara, sejak dahulu hingga sekarang, orang mengadakan dan menyelenggarakan sidang pengadilan di mana setiap orang berhak menuntut keadilan dan dapat dituntut. Sepanjang sejarah memang adanya pengadilan sangat diperlukan dan terbukti seberapa dapat telah menegakkan keadilan itu, walaupun sering pula tidak mampu. Karena kepintaran manusia jahat, atau karena kelemahan orang yang tertuduh atau karena sebab lain; banyaklah peristiwa terjadi di mana keadilan tidak berlaku dalam keputusan pengadilan. Berapa banyaknya pencuni yang lepas dan hukuman disebabkan kekurangan bukti atau pandainya membela diri. Alangkah pula banyaknya orang-orang jahat tidak terhukum bahkan sampai mati berada dalam kemewahan dan dihormati orang. Sebaliknya banyak pula orang yang tidak bersalah tetapi menerima hukuman akibat fitnah,dan juga tidak kurang jumlahnya mereka yang dihukum terlalu berat melebihi kadar kesalahannya. Dan sebaliknya alangkah banyaknya orang yang menerima hukuman amat terlalu ringan dibandingkan dengan besarnya kejahatan serta banyaknya ke untungan tidak halal yang diperolehnya.
Apakah ketidak-adilan semacam itu akan tinggal dibiarkan demikian saja sesudah yang bersangkutan meninggal dunia? Manusia manapun yang berakal sehat dan berperikemanusiaan pasti tidak akan tinggal diam, pasti akan menuntut berlakunya keadilan, terselenggaranya pengadilan baru meskipun yang bersangkutan sudah mati. Kapan dan di mana pengadilan itu? Itulah sebabnya maka setiap orang yang berakal sehat, rasionil dan berperikemanusiaan, tentu percaya akan datangnya pengadilan pada hari Qiyamah di mana Allah sendiri menjadi Hakim, untuk memenuhi keadilan yang berlaku di dunia.
Bahkan dalam pengadilan pada hari Qiyamah itu, yang diadili tidak hanya perkara yang menyangkut antara sesama manusia, tetapi juga oleh Allah dituntut pertanggunganjawab tentang penggunaan rezeki dan kekayaan karunia Allah, dan tentang sikap manusia terhadap Khaliqnya.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 28-29.

Umar dan Abu Ubaidah Tentang Kekhalifahan

Sementara Ansar masih di Saqifah Banu Sa’idah bertukar pikiran antara sesama mereka yang ingin memegang kekuasaan di kawasan Arab itu, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan beberapa kalangan terkemuka Muslimin lainnya dan yang awam, sedang sibuk membicarakan kematian Rasulullah. Ketika itu Abu Bakr, Ali bin Abi Talib dan keluarga Nabi yang lain sedang berada di sekeliling jenazah, menyiapkan segala sesuatunya untuk pemakaman. Umar, setelah yakin benar bahwa Nabi memang sudah wafat, mulai berpikir apa yang akan terjadi sesudah itu. Tak terlintas dalam pikirannya bahwa pihak Ansar sudah lebih dulu berpikir ke arah itu, atau mereka ingin menguasai keadaan di luar yang lain. Dalam at-Tabaqat Ibn Sa’d mengatakan : “Umar mendatangi Abu Ubaidah bin Jarrah dengan mengatakan : ‘Bentangkan tanganmu akan kubaiat engkau. Engkaulah orang kepercaaan umat ini atas dasar ucapan Rasulullah. Abu Ubaidah segera menjawab : “Sejak engkau masuk Islam tak pernah kau tergelincir. Engkau akan memberikan sumpah setia kepadaku padahal masih ada Abu Bakr?’”
Sementara mereka sedang berdialog demikian itu, berita tentang Ansar serta pertemuan mereka di Saqifah Banu Sa’idah sampai kepada Umar dan kawan-kawan. Umar mengutus orang menyusul Abu Bakr di rumah ‘Aisyah dan memintanya segera datang. Abu Bakr mengatakan kepada utusan itu : Saya sedang sibuk. Tetapi Umar menyuruh kembali lagi utusan itu dengan pesan kepada Abu Bakr : “Ada suatu kejadian penting memerlukan kedatanganmu.”
Dengan penuh keheranan Abu Bakr datang menemui Umar. Ada persoalan apa meminta ia datang sampai harus meninggalkan persiapan jenazah Rasulullah.
“Engkau tidak tahu,” kata Umar kemudian, “bahwa Ansar sudah berkumpul di Saqifah Banu Sa’idah. Mereka ingin menyerahkan pimpinan ini ke tangan Sa’d bin Ubadah. Ucapan yang paling baik ketika ada yang mengatakan : Dan kami seorang amir dan dari Kuraisy seorang amir.”
Mendengar itu, tanpa ragu lagi Abu Bakr bersama Umar berangkat cepat-cepat ke Saqifah disertai juga oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Bagaimana ia akan ragu sedang masalah yang dihadapinya kini masalah Muslimin dan hari depannya, bahkan masalah agama yang telah diwahyukan kepada Muhammad serta masa depannya juga. Dalam mengurus jenazah Rasulullah sudah ada keluarganya, mereka yang akan mempersiapkan pemakaman. Maka sebaliknya ia dan kedua sahabatnya itu pergi ke Saqi,fah. Ini sudah menjadi kewajiban; suatu hal yang tak dapat dipikulkan kepada orang lain. Tak boleh sehari pun dibiarkan tanpa suatu tanggung jawab serta memikul beban yang betapapun beratnya, meskipun harus dengan pengorbanan harta dan nyawa.
Dalam perjalanan ketiga orang itu bertemu dengan Asim bin Adi dan Uwaim bin Sa’idah yang lalu berkata kepada mereka : “Kembalilah, tak akan tercapai apa yang kamu inginkan.” Dan setelah mereka berkata : “Jangan mendatangi mereka, selesaikan saja urusanmu.”
“Tidak! Akan kami datangi mereka!” jawab Umar.

Pertemuan Saqifah dan Bahaya yang Mengancam
Talkala ketiga orang itu tiba, pihak Ansar masih berdiskusi, belum mengangkat Sa’d, juga belum mengambil suatu keputusan mengenai kekuasaan itu. Seperti menyesali keadaan, orang-orang Ansar itu terkejut melihat kedatangan mereka bertiga. Orang-orang Ansar berhenti bicara. Di tengah-tengah mereka ada seorang laki-laki berselimut, yang oleh Umar bin Khattab ditanya siapa orang itu.
“Ini Sa’d bin Ubadah, sedang sakit,” jawab mereka.
Abu Bakr dan kedua kawannya itu juga duduk di tengah-tengah mereka dengan pikiran masing-masing sudah ditimbuni oleh pelbagai pertanyaan, apa yang akan dihasilkan oleh pertemuan itu.
Sebenarnya pertemuan ini sangat penting dalam sejarah Islam yang baru tumbuh itu. Dalam pertemuan serupa ini, kalau Abu Bakr tidak memperlihatkan sikap tegas dan kemauan yang keras —seperti juga di kawasan Arab yang lain— justru di kandang sendiri hampir saja agama baru ini menimbulkan perselisihan, sementara jenazah pembawa risalah itu masih berada di dalam rumah, belum lagi dikebumikan.
Andaikata pihak Ansar tetap bersikeras akan memegang tampuk pimpinan sesuai dengan seruan Sa’d bin Ubadah, sedang pihak Kuraisy sebaliknya tidak mau menyerahkannya kepada pihak lain, maka dapat kita bayangkan, betapa jadinya Medinah Rusulullah ini akibat tragedi pemberontakan itu kelak! Betapa hebatnya ledakan pemberontakan bersenjata itu sementara pasukan Usamah masih berada di tengah-tengah mereka, terdiri dari kaum Muhajirin dan Ansar, masing-masing sudah bersenjata lengkap, sudah dengan baju besi dan sudah sama-sama siap tempur!
Andaikata kaum Muhajirin yang hadir di Saqifah itu bukan Abu Bakr, bukan Umar dan bukan Abu Ubaidah, melainkan orang-orang yang belum punya tempat dalam hati segenap kaum Muslimin seperti pada kedua wazir (pendamping) Rasulullah dan orang-orang kepercayaan umat ini, niscaya timbul perselisihan hebat antara mereka dengan Ansar, niscaya berkecamuk pertentangan antara kaum Muslimin dengan segala akibatnya —yang sampai sekarang belum terpikirkan oleh para sejarawan— dan niscaya sebagian besar yang hadir dalam pertemuan Saqifah itu tak akan berhenti hanya pada peristiwa dan pertukar pikiran yang berakhir dengan dilantiknya Abu Bakr itu saja. Tetapi mereka yang dapat menilai peristiwa itu sebagaimana mestinya akan melihat pengaruh pertemuan bersejarah itu dalam sejarah Islam, seperti pada waktu Ikrar Aqabah dan pada hijrah Rasulullah dari Mekah ke Medinah.
Orang akan melihat bahwa sikap Abu Bakr menghadapi situasi itu adalah sikap seorang politikus, bahkan seorang negarawan yang punya pandangan jauh, yang dapat memperhitungkan hasil-hasil dan segala kemungkinannya, dengan terus mengarahkan segala usahanya dengan tujuan hendak mencapai yang baik dan mencegah bahaya dan segala yang buruk.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 35 - 38.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (3)

Dari Mughirah bin Syu’bah r.a., bahwasanya Rasulullah sa.w. bersabda : “Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kalian mendurhaka ibu-ibu, mengubur anak perempuan hidup-hidup, tarik tahan (maksudnya, menahan apa-apa yang tidak boleh ditahan, dan mencari harta-benda yang bukan haknya.), dan benci atas kalian “dikatakan dan mengatakan” (maksudnya, mendengar dari sana kemudian diceriterakan lagi ke sini. Dalam hal ini termasuk pula mengumpat dan mengadu-dombakan orang, banyak bohong, omong-kosong dan lain-lainnya), dan banyak tanya (cerewet) dan menyia-nyiakan harta-benda”. Muttafaq ‘alaih.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 535.

CARA MEMBERI SALAM (3)

Anas r.a. berkata : Adanya Nabi s.a.w. jika mengatakan suatu kalimat diulanginya tiga kali hingga dimengerti oleh pendengarnya. Demikian pula jika mendatangi suatu kaum mengulangi salam kepada mereka sampai tiga kali. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 38.

Jumat, 23 Mei 2014

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (2)

Dari Jubair bin Muth’im r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak akan masuk sorga orang yang memutuskan, yakni memutuskan tali persaudaraan”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 535.

CARA MEMBERI SALAM (2)

‘Aisyah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. memberitahu kepada saya inilah Jibril menyampaikan salam kepadamu. Maka saya jawab : WA ALAIHIS SALAM WARAH MATULLAHI WABAROKATUH. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 38.

Makna Simbolik Motif Batik Tradisional

Setelah mengunjungi sanggar batik Mutiara Hasta yang dikelola oleh bapak Rajimin Slamet di jalan Rogojembangan Timur No. 4, Kelurahan Tandang Kecamatan Tembalang Semarang beberapa waktu yang lalu, menumbuhkan keingin-tahuanku makna yang terkandung dalam motif-motif batik yang dituangkan.
Keingin-tahuanku sedikit terbayar setelah mencoba buka-buka situs milik Kiani Batik dan Kinanthi. Setidaknya ini akan menambah sedikit kedalaman pemahaman terhadap beberapa makna filosofis motif batik

1. Motif Sawat
Sawat Berarti Melempar. dahulu kala orang jawa percaya dengan para dewa sebagai kekuatan yang mengendalikan alam semesta. Salah satu dewa tersebut adalah Batara Indra. Dewa ini mempunyai senjata yang disebut wajra atau bajra, yang berarti kilat.senjata pusaka tersebut digunakan untuk melempar. Senjata pusaka Wjra ini diwujudkan ke dalam motif batik berupa sebelah sayap dengan harapan agar si pemakai akan selalu mendapatkan pelindungan dalam kehidupannya.

2. Motif Gurda
Gurda berasal dari kata Garuda. Dalam pandangan masyarakat jawa, Burung Garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. bentuk motif Gurda ini terdiri dari 2 buah sayap dan di tengah-tengahnya terdapat ekor dan badan. Motif gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan masalalu. garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu. oleh masyarakat jawa, garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol kejantanan.

3. Motif Meru
Kata Meru berasal dari gunung Mahameru. gunung ini dianggap sebagai tempat tinggal bagi Tri Murti, yaitu Sang Hyang Wisnu, Sang Hyang Brahma dan Sang Hyang Siwa. Tri murti dilambangkan sebagai sumber dari segala kehidupan, sumber kemakmuran dan segala kebahagiaan hidup di dunia. meru digunakan sebagai kain motif batik agar si pemakai selalu mendapatkan kemakmuran dan kebahagiaan.

4. Motif Semen
Kata semen berarti semi atau tunas. Terdapat beberapa jenis ornamen pokok pada motif-motif semen. Yang pertama adalah ornamen yang berhubungan dengan daratan, seperti tumbuh-tumbuhan atau binatang berkaki empat. Kedua adalah ornament yang berhubungan dengan udara, seperti garuda, burung dan mega mendung. Sedangkan yang ketiga adalah ornament yang berhubungan dengan laut atau air, seperti ular, ikan dan katak. Jenis ornament tersebut kemungkinan besar ada hubungannya dengan paham Triloka atau Tribawana. Paham tersebut adalah ajaran tentang adanya tiga dunia; dunia tengah tempat manusia hidup, dunia atas tempat para dewa dan para suci, serta dunia bawah tempat orang yang jalan hidupnya tidak benar/dipenuhi angkara murka. Ketika dijadikan motif batik diharapkan agar si pemakai selalu dapat berhubungan dengan sang maha Pencipta.

5. Motif Bango-Tulak
Motif ini terdiri dari dua warna hitam dan putih, dalam sejarah batik motif ini dianggap sebagai motif tertua. nama bango-tulak berasal dari nama burung, yaitu burung tulak. Burung ini berwarna hitam dan putih, burung ini dianggap sebagai lambang umur panjang. Warna hitam artinya lambang kekal, sedang warna putih artinya lambang hidup. Jadi hitam putih melambangkan hidup kekal.

6. Motif Sindur
Sindur
merupakan motif batik dengan dominasi warna merah dan putih. Warna merah terdapat pada bagian tengah, dan putih pada bagian pinggir, membentuk gelombang. Kedua warna tersebut melambangkan asal mula kehidupan. Warna putih mengandung arti hidup sedang merah artinya suci. Oleh karena itu motif ini sering dipakai dalam upacara pernikahan. Pemakaian sindur dimaksudkan mempertemukan laki-laki dan perempuan sebagai cikal bakal kelahiran hidup di dunia.

7. Motif Gadhung Mlathi
Motif Gadhung Mlathi merupakan kombinasi dari warna hijau dan putih. Warna putih terletak di tengah dan hijau di bagian pinggir. Motif ini sering pula dipergunakan oleh pengantin pria maupun wanita. Namun sekarang motif batik ini jarang dipakai lagi pada kain jarik, melainkan hanya sebagai kemben bagi perempuan dan ikat kepala bagi pria.

8. Motif Kawung
Motif Kawung berpola bulatan mirip buah Kawung (sejenis kelapa atau kadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris yang melambangkan kebijaksanaan dan keseimbangan hidup . Kadang, motif ini juga diinterpretasikan sebagai gambar bunga lotus (teratai) dengan empat lembar daun bunga yang merekah. Lotus adalah bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian.
Biasanya motif-motif Kawung diberi nama berdasarkan besar-kecilnya bentuk bulat-lonjong yang terdapat dalam suatu motif tertentu. Misalnya : Kawung Picis adalah motif kawung yang tersusun oleh bentuk bulatan yang kecil. Picis adalah mata uang senilai sepuluh senyang bentuknya kecil. Sedangkan Kawung Bribil adalah motif-motif kawung yang tersusun oleh bentuk yang lebih besar daripada kawung Picis. Hal ini sesuai dengan nama bribil, mata uang yang bentuknya lebih besar daripada picis dan bernilai setengah sen. Sedangkan kawung yang bentuknya bulat-lonjong lebih besar daripada Kawung Bribil disebut Kawung Sen.

Kamis, 22 Mei 2014

ALAM AKHIRAT (4)

Hisab dan Mizan
Hisab artinya “perhitungan” yang dilakukan dengan meneliti dan menghitung segala perbuatan manusia selama hidupnya di dunia. Perbuatan dan bahkan perkataan manusia senantiasa dicatat oleh Malaikat dengan pemisahan antara perbuatan baik dan perbuatan jahat.
Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Qaf ayat 17 dan 18 : “Ingat ketika tiap manusia disambut oleh dua orang Malaikat, dari kanan dan dari kiri dan duduk mengawasi. Tiada satu perkataanpun yang diucapkan manusia melainkan ada pengawas yang siap mencatat.”
Menurut pendapat kebanyakan ulama, dua orang Malaikat tersebut bernama Raqib dan ‘Atid. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Allah tidak menjelaskan namanya, hanya mensifati pekerjaan mereka yaitu raqib (mengawasi) dan ‘atid (siap untuk mencatat). Sebaiknya kita imankan bahwa setiap perkataan apalagi perbuatan kita tentu dicatat oleh Malaikat, dan siapa nama malaikat itu tidak usah menjadi persoalan. Demikian pula sebaiknya tidak usah dipersoalkan apakah catatan Malaikat tersebut harus dengan buku (kitab) atau tidak. Oleh karena yang dikatakan “mencatat” dapat dilakukan dalam kitab, atau dalam hati atau dalam ingatan.
Catatan itu merupakan laporan atau saksi, dan gunanya adalah untuk diajukan kepada pengadilan Tuhan yang akan menghukumi segala perbuatan manusia. Perbuatan itu dihisab, artinya diteliti serta dihitung, yang baik dan yang buruk, untuk diperlihatkan jumlahnya masing-masing. Kemudian ditimbang atau dipertimbangkan nilai atau bobotnya masing-masing. Pertimbangan ini disebut mizan atau “neraca”. Dosa yang diampun oleh Allah tidak perlu dihisab dan dimizan lagi. Hasil daripada hisab dan mizan ini akan menentukan apakah seseorang akan masuk neraka terus atau langsung masuk Syurga, ataukah dijebloskan ke dalam neraka terlebih dahulu dan setelah habis dosanya baru masuk ke dalam Syurga. Itulah pengadilan Tuhan kelak pada hari Qiyamah. Firman Allah dalam Surat Shad ayat 26 : “Sungguh mereka yang sesat daripada jalan Allah, pasti bagi mereka disediakan siksa yang berat karena mereka telah melupakan akan datangnya hari hisab”.
Demikianlah, setelah terjadi kehancuran alam semesta yang disebut as-sa’ah itu, semua manusia dihidupkan lagi dari matinya dan dikumpulkan dalam satu bumi baru yang udara dan hawanya teramat panas. Mereka tak lagi mengenali satu sama lain karena bentuk dan rupa mereka telah bertukar baru seperti yang difirmankan Allah sebagai tersebut di atas. Semua berada dalam ketakutan. Ini dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya surat Az-Zumar ayat 68 dan 69 : “Dan kelak ketika sangkakala telah ditiup di situlah semua makhluq yang berada di langit dan bumi mati kesemuanya, selain yang dikehendaki Allah. Lalu sangkakala ditiup lagi maka tiba-tiba mereka yang telah mati bangkit hidup melihat dengan ketakutan. Ketika itu bumi telah terang benderang oleh cahaya Tuhannya. Segala catatan perbuatan manusia telah tersedia. Para Nabi serta saksi-saksi lainnya telah didatangkan. Di situlah segala perkara yang menyangkut diri sesama manusia diberi putusan hukum dengan benar, dan mereka tidak teraniaya sedikitpun juga. Dan setiap orang dicukupi balasan bagi setiap perbuatannya. Dan Allah adalah lebih mengetahui tentang apa yang mereka perbuat”.
Kalimat terakhir dalam firman Allah tersebut menegaskan bahwa Allah terlebih mengetahui tentang semua perbuatan manusia. Itu artinya bahwa walaupun tanpa catatan, tanpa hisab, tanpa mizan, dan tanpa saksi; Allah telah mengetahui kesemuanya dan berkuasa sepenuhnya untuk menjatuhkan keputusan hukum. Akan tetapi Allah mengambil kebijaksanaan yang sesuai dan dapat dipahami oleh manusia yang akan dihadapkan kepada pengadilan-Nya. Allah menjalankan proses pengadilan dengan segala. persaratannya yang mudah dipahami, sehingga kelihatan jelas keadilan serta kebenaran jalannya pengadilan itu. Demikianlah Allah jelaskan dengan gamblang hingga mudah dimengerti oleh manusia manapun. Maka tidak perlulah orang membantah seolah-olah tatacara pengadilan di hari Kiyamat itu dongengan yang dibuat-buat. Itu adalah kebijaksanaan Tuhan untuk meyakinkan manusia yang beriman tentang keadilan-Nya.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 26-28.

Ansar di Saqifah Banu Sa‘idah

Wajar sekali dengan perasaan yang demikian itu kaum Ansar akan cepat-cepat berpikir mengenai kota mereka begitu mereka mengetahui Rasulullah sudah wafat. Adakah orang-orang Medinah dan orang-orang Arab itu akan diurus oleh kaum Muhajirin, yang ketika tinggal di Mekah dulu mereka masih lemah, tak ada tempat berlindung, tak ada pembelaan sebelum mereka diangkat oleh Medinah, ataukah akan diurus oleh penduduk Medinah sendiri, yang seperti kata Rasulullah ia datang kepada mereka didustakan orang, lalu mereka yang mempercayainya, ia ditinggalkan orang, mereka yang menolongnya, ia diusir mereka yang memberi tempat dan ia sengsara mereka yang menghiburnya.
Beberapa orang dari kalangan Ansar membicarakan masalah ini. Mereka lalu berkumpul di Saqifah Banu Sa’idah. Ketika itu Sa’d sedang sakit di rumahnya. Oleh mereka diminta keluar sebagai orang yang akan menentukan pendapat di kalangan Ansar. Setelah mendengar laporan itu ia berkata kepada anaknya atau kepada salah seorang sepupunya : “Karena sakitku ini kata-kataku tak akan terdengar oleh khalayak itu semua. Tetapi teruskanlah kata-kataku biar terdengar oleh mereka.”

Pidato Sa’d di Hadapan Kaum Ansar
Kemudian ia mulai berbicara. Salah seorang meneruskan kata-katanya itu kepada hadirin. Sesudah mengucapkan syukur dan puji kepada Allah ia berkata : “Saudara-saudara Ansar, kamu adalah orang-orang terkemuka dalam Islam dan yang mulia dalam Islam, yang tak ada pada kabilah-kabilah Arab yang lain. Muhammad ‘alaihis-salam selama sekitar sepuluh tahun di tengah-tengah masyarakatnya itu mengajak mereka beribadah kepada Allah, dan menjauhi penyembahan berhala, tetapi hanya sedikit saja dari mereka yang beriman. Mereka tidak mampu melindungi Rasulullah atau mengangkat kedudukan agama, juga mereka tak dapat membela diri mereka sendiri dari kezaliman lawan yang sudah begitu merajalela, karena Allah menghendaki kamu menjadi orang yang bermartabat, maka kamu telah diberi kehormatan dan kenikmatan. Karunia Allah kepada kamu ialah kamu telah beriman kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, dapat memberikan perlindungan kepadanya dan kepada sahabat-sahabatnya, sama-sama mendukungnya dalam mengangkat martabat serta memperkuat agamanya, berjuang menghadapi musuh-musuhnya. Kamu adalah orang-orang yang paling keras menghadapi musuhnya itu, baik yang datang dari dalam kalangan kamu ataupun dari luar. Sampai akhirnya kawasan Arab itu mau tak mau tunduk kepada perintah Allah, sampai ke tempat yang jauh semua tunduk menyerah, sehingga Allah memberikan kemenangan kepada Rasulullah. Dengan pedang kamu orang-orang Arab itu tunduk kepadanya. Dengan kehendak Allah Rasulullah sekarang telah berpulang ke sisi-Nya, dengan senang hati terhadap kamu sekalian, Oleh karena itu Saudara-saudara, pertahankanlah kekuasaan ini di luar orang lain, karena itu memang hak kamu, bukan hak orang lain.”
Mendengar kata-kata Sa’d itu, serentak mereka menjawab : “Tepat sekali pendapatmu, dan kami tak akan beranjak dari pendapat itu. Kami serahkan persoalan ini ke tanganmu. Demi kepentingan kaum Muslimin engkaulah pemimpin kami.”
Adakah kebulatan suara ini suatu keputusan yang sudah mantap, keluar dari kehendak hati yang benar-benar sudah tak tergoyahkan lagi? Kalau memang demikian halnya tentu cepat mereka akan memberi ikrar dan dengan ikrar atau baiat itu orang-orang akan ramai-ramai pula mendukungnya. Tetapi ternyata mereka masih berdiskusi sebelum ada yang tampil membaiat Sa’d. Di antara mereka masih ada yang berkata : “Kalau kaum Muhajirin Kuraisy itu menolak lalu mereka berkata “Kami adalah kaum Muhajirin, sahabat-sahabat Rasulullah yang mula-mula, kami masih sesuku dan keluarga dekatnya, lalu dengan apa harus kita hadapi mereka dalam hal ini?”
Kata-kata ini mendapat perhatian hadirin. Mereka berpendapat ini benar juga. Tadinya menurut anggapan sebagian mereka sudah tak dapat dibantah. Ketika itulah ada sekelompok orang berkata : “Kalau begitu. kita bisa mengatakan, dan kita seorang amir dan dari kamu seorang amir. Di luar ini kami samasekali tidak setuju.”

Kelemahan Pertama
Sa’d bin Ubadah bukan tidak tahu adanya sikap ragu-ragu yang akhirnya akan membuat orang menyimpang dari tujuan semula, seperti yang tersirat dalam kata-kata itu. Karenanya, ketika mendengar hal itu ia berkata : “Ini adalah kelemahan pertama.”
Barangkali ia melihat adanya kelemahan pertama itu ketika mereka yang berpendapat demikian datang dari kalangan Aus. Sebaliknya pihak Khazraj tidak mungkin akan mengatakan demikian mengingat Sa’d bin Ubadah adalah pemimpin mereka yang memang sudah mereka calonkan untuk memegang pimpinan Muslimin sesudah Rasulullah. Antara Banu Aus dengan Banu Khazraj ini sejak dahulu selalu dalam sengketa selalu, yaitu sejak kedatangan nenek moyang mereka ke Medinah dari Yaman — tatkala kabilah Azd berimigrasi ke utara. Nenek moyang mereka di Medinah bertemu dengan orang-orang Yahudi dan sampai sekian lama mereka berada di bawah kekuasaannya. Kemudian mereka berontak dan berhasil melepaskan diri dari kekuasaan itu. Sejak itu, antara kedua kabilah ini terjadi permusuhan sengit. Dalam pada itu kekuasaan itu kembali lagi ke tangan orang Yahudi. Kedua kabilah ini kemudian melihat bahwa apa yang terjadi itu akan membawa kelemahan kepada mereka sendiri. Maka mereka bermaksud hendak mengangkat Abdullah bin Muhammad sebagai pemimpin mereka, sesudah tidak sedikit menelan korban di pihak mereka akibat perang Bu’as. Di sinilah pihak Israil memang lebih unggul dari mereka.
Sementara itu ada beberapa orang yang datang ke Mekah hendak berziarah. Ketika itulah mereka bertemu dengan Nabi yang kemudian mengajak mereka kepada agama Tauhid. Mereka saling berkata satu sama lain : “Sungguh inilah Nabi yang pernah dijanjikan orang-orang Yahudi kepada kita. Jangan sampailah mereka mendahului kita.”
Kemudian setelah menerima ajakan itu mereka pun masuk Islam.
“Kami telah meninggalkan golongan kami.” kata mereka —yakni Aus dan Khazraj— dan tidak ada lagi golongan yang akan saling bermusuhan dan saling mengancam. Mudah-mudahan Allah mempertemukan Tuan dengan mereka. Kalau Allah mempertemukan mereka dengan Tuan, tak ada orang yang lebih mulia dari Tuan.”
Sesudah itu mereka kembali ke Medinah. Pengalaman mereka itu mereka sampaikan kepada kabilah mereka. Inilah pendahuluan Ikrar Akabah (Bai’tul ‘Aqabah al—Kubra) dan pendahuluan hijrah Rasulullah ke Medinah serta permulaan tersebarnya Islam di sana.
Agama baru ini telah mempersatukan orang-orang beriman dan mempererat rasa persaudaraan dan kasih sayang mereka yang ada di sekeliling Nabi. Dengan demikian kedudukan Yahudi makin lemah, dan ini yang membuka jalan keluarnya mereka dari Medinah dan dari seluruh kawasan Arab.
Tetapi bekas permusuhan lama dalam hati Aus dan Khazraj itu masih belum hilang. Hal itu timbul bila orang-orang Yahudi dan orang-orang munafik yang pura-pura masuk Islam menghasut mereka. Inilah yang menimbulkan dugaan, bahwa ketika melihat orang yang berkumpul di Saqifah Banu Sa’idah mengatakan “Dari kami seorang amir dan dari Kuraisy seorang amir.” Sa’d bin Ubadah tidak akan mengatakan “Ini adalah kelemahan pertama,” kalau bukan golongan Aus yang mengatakan itu.

Catatan :
Saqifah, adalah serambi beratap atau ruangan besar beratap, semacam balairung.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 32 - 35.

KEBAIKAN DAN SILATURRAHMI (1)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dilambatkan ajalnya (panjang umur), hendaklah ia menyambungkan tali persaudaraannya”. Dikeluarkan oleh Bukhary.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami',  halaman 535.

CARA MEMBERI SALAM (1)

Imron bin Hushoin r.a. berkata : Seorang datang kepada Nabi. s.a.w. dan mengucapkan : “ASSALAMU ‘ALAIKUM”. Maka dijawab oleh Nabi s.a.w. kemudian ia duduk. Nabi bersabda : Sepuluh. Kemudian datang pula lain orang memberi salam : “ASSALAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAH”. Dan setelah dijawab oleh Nabi s.a.w. ia duduk. Nabi pun berkata : Dua puluh. Kemudian orang ketiga datang dan mengucapkan : “ASSALAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAH WABAROKATUH. Maka dijawab oleh Nabi s.a.w. dan Nabi berkata : Tiga puluh. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 37-38.

Rabu, 21 Mei 2014

ADAB (16)

Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Makanlah, minumlah. berpakaianlah, dan bersidkahlah dengan tidak melampaui batas dan tidak sombong”. Dikeluarkan oleh Abu Daud dan Ahmad, dan ditakliq oleh Bukhary.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jami', halaman 534.

KEUTAMAAN MENGUCAPKAN SALAM (6)

Aththufail bin Ubay bin Ka’ab biasa datang ke tempat Abdullah bin Umar, maka pergi bersama-sama ke pasar. Maka jika kami telah berada di pasar tiada Abdullah melalui orang rombeng, atau penjual di toko, atau orang miskin, bahkan ketemu dengan siapa saja kecuali ia memberi salam. Aththufail berkata : Maka pada suatu hari saya datang ke rumah Abdullah bin Umar, lalu Ia mengajak saya ke pasar Saya bertanya : Untuk apakah kau ke pasar, sedang kau tidak akan membeli apa-apa, juga tidak perlu menanyakan harga barang, atau menawar, bahkan tidak duduk di pasar, maka lebih baik kita duduk-duduk di sini bercakap-cakap. Jawab Abdullah : Ya Aba Bathen, kami akan ke pasar hanya untuk memberi salam kepada orang yang bertemu. (HR. Malik dalam kitab Almuwatho’).

ke pasar untuk menyebarkan salam
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 36.

Selasa, 20 Mei 2014

ALAM AKHIRAT (3)

Qiyamah atau Kebangkitan
Hari Kebangkitan atau “hari Qiyamah” ialah : dibangkitkannya kembali jasad manusia yang telah mati lalu ditiupkannya ruh ke dalamnya sehingga hidup lagi sebagai manusia sediakala. Dengan lain perkataan : manusia yang telah mati hidup kembali!
Dapatkah jasad yang telah hancur dalam tanah pulih kembali? Lalu hidup sebagai sediakala? Demikian pertanyaan orang kafir kepada Rasulullah s.a.w, seperti firman Allah Surat As-Sajdah ayat 10 – 11 : “Dan mereka orang kafir itu berkata : apakah mungkin setelah jasad kami hancur dalam tanah, apakah mungkin kami dihidupkan kembali dalam bentuk baru? Ketahuilah Muhammad, mereka orang kafir itu bahkan tidak percaya bahwa mereka akan dihadapkan kepada Tuhan mereka. Maka jawablah : Kamu sekalian akan dimatikan oleh malaikat-maut yang ditugaskan mencabut nyawa kamu, kemudian kamu dihadapkan kepada Tuhan kamu!”
Manusia yang mati, mayatnya dikubur kemudian busuk dan hancur menjadi tanah. Tetapi bekas mayat yang berupa tanah itu tetap ada, walaupun sedikit. Jika mayat itu dibakar atau terbakar maka sisanya masih ada yaitu abu. Jika mayat itu dimakan habis oleh binatang buas atau ikan di lautan, maka tetap ada sisanya yaitu kotoran binatang atau ikan yang memakannya. jika kotoran itu diisap tanah, maka tanah itulah sisanya. Pendeknya : tiada benda yang hilang karena yang dikatakan hilang hanyalah berobah sifat atau berpindah tempat. Air yang mengering dan hilang, sebenarnya hanya menguap dan uap naik ke angkasa untuk kemudian turun kembali sebagai air hujan atau embun.
Mayat yang berobah menjadi tanah atau abu, air yang menjadi uap, rokok yang terbakar habis menjadi abu, dan lain-lain sebagainya; kejadian itu disebabkan terjadinya proses kimiawi sehingga unsur-unsurnya terpisah-pisah. Jika unsur-unsur itu dipersatukan kembali dengan lengkap, niscaya akan terlahir kembali bentuk semula, utuh! Contoh yang lebih mudah adalah sebagai berikut : Kalau kita tuangkan segoni pasir dari kapal terbang, butiran-butiran pasir itu akan berserak lalu hilang lenyap dari pemandangan. Jika kita berhasil mengumpulkan kembali semua butir itu pasti akan terkumpul satu goni penuh seperti semula.
Kelak pada hari Kiyamat, atas kodrat dan iradat Allah, terjadilah proses pengumpulan unsur-unsur dan mayat manusia maka tubuhnya terbentuk kembali lalu Allah kembalikan ruhnya, dan seketika hidup lagi, Allahu Akbar! Inilah yang dinamakan Qiyamah, atau ba’ats atau “kebangkitan”.
Allah berfirman : “Apakah manusia menyangka bahwa ia akan dibiarkan hidup sia-sia (tidak diadili pada hari akhir)? Bukankah, dia dahulunya benih-hidup dan airmani yang tertumpah? Kemudian menjadi darah kental yang lalu Allah ciptakan dan tentukan bentuknya? Kemudian bukankah Allah jua yang menjadikan dia lelaki dan perempuan berpasangan? Tidakkah yang demikian itu menandakan bahwa Allah kuasa menghidupkan manusia sesudah matinya?”
Alangkah jitunya ungkapan-ungkapan dalam firman Allah tersebut di atas! Mungkinkah manusia masih ragu lagi tentang kebangkitannya pada hari Qiyamat? Tentu tidak, kecuali manusia yang memang kafir!
Allah berfirman lagi : “Kami yang telah menciptakan kamu sekalian, hendaknya kamu percayai itu. Apakah kamu sekalian tidak perhatikan bagaimana airmani yang kamu tumpahkan itu? Kamu sendirikah yang telah membuatnya ataukah Kami yang menciptakannya? Kami telah tentukan saat kematian masing-masing kamu sekalian, dan tiada yang kuasa menghalangi Kami untuk merobah rupa kamu serta menjadikan kamu sekalian dalam bentuk baru yang tidak kamu ketahui.” (Al-Waqi’ah 57 – 61)
Firman tersebut di atas lebih menegaskan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Manusia disuruh merenungkan proses kejadian dirinya agar supaya menjadi yakin terhadap kekuasaan-Nya itu. Dan ditegaskan pula bahwa kebangkitan manusia dari kubur pada hari Qiyamat kelak, adalah kebangkitan jasmani dengan rupa dan bentuk baru. Kebangkitan itu adalah jasmani dengan arti bahwa tubuhnya tersusun kembali dan juga kebangkitan rohani karena Allah kembalikan ruhnya sehingga jasmani itu hidup sebagai sediakala.
-------------------------
Menyingkap Tabir Rahasia Maut, Cetakan ke-2, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 24-26.

Final Fantasy Tactics

WIKIPEDIA. Final Fantasy Tactics (sering disingkat FFT) adalah sebuah permainan video RPG taktik yang dikembangkan oleh Squaresoft untuk Sony PlayStation. Permainan ini didistribusikan di Jepang oleh Square, dan di Amerika Utara oleh Sony Computer Entertainment America. Permainan ini tidak dirilis di Eropa.
Dengan menggabungkan elemen-elemen tematik dalam seri Final Fantasy dengan sebuah game engine dan sistem pertarungan yang sama sekali baru, Final Fantasy Tactics menjawab seri Ogre Battle / Tactics Ogre Quest yang terkenal, dengan sejumlah konsep pokok dan elemen sejenis. Hal ini sebagian sebabkan oleh bergabungnya beberapa mantan staf Quest dalam tim pengembang, termasuk pimpinan Yasumi Matsuno, desainer karakter Akihiko Yoshida, sutradara artistik Hiroshi Minagawa dan komposer Hitoshi Sakimoto, yang semuanya meninggalkan Quest untuk bekerja di Square. Berbeda dengan judul-judul Final Fantasy era 32-bit lainnya, Final Fantasy Tactics menggunakan layar isometrik 3D yang dapat berputar, beserta karakter-karakter dengan sprite bitmap.

Kali ini aku dengan PSP-ku pengen banget bikin walkthrough-nya Final Fantasy Tactics.

Masjid Jami' Purwosari Sayung Demak

Masjid Jami' Purwosari
Kecamatan Sayung - Demak