"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 31 Juli 2013

SHOLAT SUNNAT (3)

Dari ‘Aisyah r.a.; “Bahwasanya Nabi s.a.w. adalah tidak meninggalkan empat raka’at sebelum sholat Dhuhur dan dua raka’at sebelum sholat Shubuh”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dan dari padanya, ia berkata ; Tidaklah Nabi s.a.w. lebih memperhatikan sholat-sholat sunnat melebihi daripada Sholat sunnat Shubuh”. Muttafaq ‘alaih. Dan bagi Muslim : “Dua raka’at Sholat (sunnat) Shubuh itu adalah lebih baik daripada dunia dan apa-apa yang ada di dalamnya”.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 134-135.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (30)

Jabir r.a. berkata : Pada waktu kami sedang menggali parit Khondaq, tiba-tiba ada tanah yang keras tidak dapat dipecahkan dengan kapak, sehingga kami datang memberitahukan kepada Nabi s.a.w. : Ada tanah keras tidak dapat kami pecahkan dengan kapak kami. Rasulullah s.a.w. bersabda : Saya sendiri akan turun, kemudian ia bangun dan mengganjal perutnya dengan batu, karena tiga hari tidak makan, kemudian Nabi s.a.w. memegang linggis dan memukul tanah itu, mendadak seketika itu juga hancur bagaikan debu yang dihamburkan. Kemudian saya minta izin : Ya Rasulullah, izinkan saya pulang ke rumah. Dan sesampainya di rumah saya berkata kepada isteriku : Saya melihat Rasulullah s.a.w. sangat lapar dan tidak dapat ditahan, apakah kau mempunyai sesuatu? Jawabnya : Ada tepung gandum sedikit dan seekor kambing. Maka segera saya sembelih kambing dan sya’ir itu pun segera dimasak sesudah ditumbuk, kemudian saya letakkan daging dalam kuali besar, kemudian saya datang kepada Nabi s.a.w. memberitahu : Ya Rasulullah, di rumah kami ada sedikit makanan, silahkan datang dengan satu dua orang saja. Nabi bertanya : Berapa banyak? Maka saya beritahukan adanya makanan itu. Bersabda Nabi : Baik, itu cukup banyak. Katakan kepada isterimu : Jangan dibuka panci daging itu, dan jangan diturunkan adonan roti dari panpanan apinya, hingga saya datang. Maka Nabi bersabda : Marilah sekalian. Nabi memanggil para sahabat : Mari kamu sekalian. Maka bangunlah Muhajirin dan Anshor. Dan ketika saya telah kembali kepada isteriku, saya beritahu : Cilaka kau, Nabi telah membawa semua sahabat Muhajirin dan Anshor. Isteriku bertanya : Apakah ia sudah bertanya kepadamu tentang banyaknya makanan kami? Jawabku : Ya. Maka Nabi mulai mempersilahkan orang-orang. Masuklah kamu dan jangan berdesakan, maka Nabi mulai memotong roti dan menyendok daging dari kuali, kemudian menutupnya kembali dan menghidangkannya kepada para sahabatnya. Kemudian kembali memotong dan menyendok dari kuali itu hingga kenyang semua yang hadir, dan masih ada sisa. Kemudian Nabi bersabda : Makanlah itu, dan bagi-bagikan kepada orang-orang karena kini musim pacekilk dan banyak orang kelaparan. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat : Jabir r.a. berkata : Pada waktu kami menggali parit Khondaq, saya melihat Nabi s.a.w. sedang kelaparan. Maka segera saya pulang kepada isteriku dan berkata : Saya lihat Rasulullah s.a.w. dalam keadaan lapar. Maka segera isteriku mengeluarkan segantang gandum, dan saya sembelih kambing kami. Kemudian saya tumbuk gandum itu, dan sesudah saya potong-potong kambing itu saya masukkan ke dalam kuali besar, dan segera saya akan kembali kepada Rasulullah s.a.w. maka berkatalah istriku : Janganlah kamu menjelaskan halku kepada Rasulullah bersama pengiring-pengiringnya. Maka saya segera datang pada Rasulullah, dan berbisik : Ya Rasulullah saya telah menyembelih kambing kecil dan memasak satu sho’ sya’ir, silahkan datang dengan berapa orang saja. Tiba-tiba Rasulullah berseru : Hai ahli Khondaq, Jabir membuat selamatan, maka marilah kamu sekalian. Dan Nabi berpesan kepada saya : Jangan kamu turunkan kualimu, dan jangan dipotong roti hingga saya datang. Maka saya kembali lebih dahulu memberitahu kepada isteriku. Berkata isteriku : Salahmu sendiri tidak menurut pada saya. Jawabku : Saya sudah membisikkan kepada Nabi s.a.w. Kemudian Nabi datang, diikuti oleh para sahabatnya, dan oleh isteriku dihidangkan masakan rotinya, maka Rasulullah meniup roti itu untuk memberkahinya, kemudian pergi ke tempat kuali juga meludahinya sedikit dan berdo’a supaya barakah. Kemudian Nabi bersabda : Panggillah seorang membuat roti bersama kau dan menyendok dari kuali, tetapi jangan diturunkan dari dapur. Dan ketika itu mereka ada seribu orang. Jabir berkata : Saya berani bersumpah : Demi Allah mereka semua kenyang makan, hingga meninggalkan tempat kami. Dan kuali kami masih terdengar suara masakan di dalamnya sebagaimana semula sebelum disendok, demikian pula adonan kami masih banyak dapat dibuat roti.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 434-438.

QURAISY MENYINGKIR DARI MEKAH

Bilamana Ouraisy sudah mengetahui kedatangan Muhammad dan sahabat-sahabatnya, mereka segera keluar dari Mekah, sesuai dengan bunyi persetujuan Hudaibiya. Mereka pergi ke bukit-bukit berdekatan dan di tempat itu mereka memasang kemah dan yang lain ada pula yang berteduh di bawah-bawah pohon. Dari atas bukit Abu Qubais dan dari atas Hira’ atau dari semua tempat ketinggian yang dapat melihat Mekah, orang-orang Mekah itu menjenguk, dengan mata ingin tahu, ingin melihat orang yang dengan kawan-kawannya itu dulu terusir, ketika mereka kini datang memasuki Rumah Suci, tanpa ada lagi pihak yang mengalangi

MUSLIMIN DI DEPAN KA’BAH
Sekarang kaum Muslimin sudah mulai menyusur dari arah utara Mekah. Abdullah bin Rawaha ketika itu memegang tali keluan Al-Qashwa sedang sahabat-sahabat besar lainnya berada di sekeliling Nabi ‘alaihis salam. Barisan yang berjalan di belakang mereka itu terdiri dari orang-orang yang berjalan kaki dan yang duduk di atas unta. Begitu Rumah Suci itu terlihat di hadapan mereka serentak kaum Muslimin itu semua bergema dalam satu suara berseru : Labbaika, labbaika! dengan hati dan jiwa tertuju semata kepada Allah Yang Maha Agung, berkeliling dalam satu lingkaran dengan penuh harap dan hormat kepada Rasul yang telah diutus Allah dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, yang akan mengatasi semua agama. Sebenarnya ini adalah suatu pemandangan yang sungguh unik dalam sejarah, yang dapat menggetarkan segenap penjuru tempat itu, dan yang telah dapat menawan hati orang musyrik ke dalam Islam, betapa pun kerasnya mereka bertahan pada paganisma.
Pada pemandangan yang unik itulah mata penduduk Mekah tertaut. Sementara suara yang keluar dari kalbu menggema : Labbaika, labbaika! tetap menembus telinga dan menggetarkan jantung mereka.

BERTAWAF DI KA’BAH
Sesampainya Rasul di mesjid ia menyelubungkan dan menyandangkan kain jubahnya di badan dengan membiarkan lengan kanan terbuka sambil mengucapkan :
“Ya Allah, berikanlah rahmat kepada orang, yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya.”
Kemudian ia menyentuh sudut hajar aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil, yang diikuti oleh sahabat-sahabat, juga dengan berlari-lari. Setelah menyentuh ar-rukn‘l-yamani (sudut selatan) ia berjalan biasa sampai menyentuh hajar aswad, lalu berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya dengan berjalan biasa. Setiap ia berlari kedua ribu kaum Muslimin itu juga ikut berlari-lari, dan setiap ia berjalan mereka pun ikut pula berjalan. Dalam pada itu pihak Quraisy menyaksikan semua itu dari atas bukit Abu Qubais. Pemandangan ini sangat mempesonakan mereka. Tadinva orang bicara tentang Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu, bahwa mereka sedang berada dalam kesulitan, dalam keadaan susah payah. Tetapi apa yang mereka lihat sekarang ternyata menghapus segala anggapan tentang kelemahan Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu.
Karena bersemangatnya dalam saat seperti itu, Abdullah bin Rawaha bermaksud hendak melontarkan kata-kata yang berisi teriakan perang ke muka Quraisy. Tetapi segera dilarang oleh Umar, dan Rasul juga berkata kepadanya :
“Sabarlah Ibn Rawaha; atau ucapkan sajalah : La ilaha illa Allah wahdah wanashara abdah wa’a’azza jundah, wakhadhala’l-ah-zabawahdah.”
(“Tiada tuhan selain Allah Yang Tunggal. yang telah menolong hamba-Nya, memperkuat tentara-Nya dan menghancurkan sendiri musuh yang bersekutu.”)

Abdullah ibn Rawaha kemudian mengucapkan pula dengan suara keras yang kemudian disambut oleh kaum Muslimin. Suara itu bersahut-sahutan dan berkumandang ke tepi-tepi wadi dengan dahsyat sekali kedahsyatannya membuhung dan menyusup ke dalam jantung orang-orang yang sedang berada di atas gunung-gunung sekitar tempat itu.
Selesai kaum Muslimin bertawaf di Ka’bah, Muhammad berpindah memimpin mereka ke bukit Shafa dan Marwa yang dilalui dari atas kendaraannya sebanyak tujuh kali, seperti halnya orang Arah dahulu. Kemudian ternak kurban itu disembelih dan dia bercukur. Dengan demikian selesailah sudah ibadah umrah itu dikerjakan.
Keesokan harinya Muhammad memasuki Ka’bah dan tinggal di sana sampai waktu sholat lohor. Pada waktu itu berhala-berhala masih banyak memenuhi tempat itu. Tetapi meskipun begitu Bilal naik juga ke atap Ka’bah lalu menyerukan azan untuk sholat lohor di tempat tersebut. Kemudian Nabi sholat dengan bertindak sebagai imam, atas dua ribu kaum Muslimin di Rumah Suci itu. Selama tujuh tahun sebelumnya mereka terhalang melakukan sholat menurut pimpinan Islam di tempat itu.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 434-436.

Selasa, 30 Juli 2013

SHOLAT SUNNAT (2)

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata; “Saya hafalkan (pelajaran) dari Nabi s.a.w. sepuluh raka’at : “Dua raka’at sebelum sholat Dhuhur, dan dua raka’at sesudahnya, dua raka’at setelah sholat Maghrib di rumahnya, dua raka’at setelah sholat ‘Isya di rumah, dan dua raka’at sebelum sholat Shubuh”. Muttafaq’alaih. Dan dalam sebuah riwayat: “Dan dua raka’at setelah sholat Jum’at di rumahnya”. Dan dalam riwayat Muslim : “Adalah Nabi s.a.w. apabila terbit fajar, tidak sholat melainkan dua raka’at yang ringan”.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 134.

Asma' Binti Umais

Beliau adalah Asma’ binti Umais bin Ma’d bin Tamim bin Al-Haris bin Ka’ab bin Malik bin Quhafah, dipanggil dengan nama Ummu Abdillah. Beliau adalah termasuk salah satu di antara empat akhwat mukminah yang telah mendapat pengesahan dari Rasulullah s.a.w. dengan sabdanya : “Ada empat akhwat mukminat yaitu Maimunah, Ummu Fadhl, Salma, dan Asma”
Beliau masuk Islam sebelum kaum muslimin memasuki rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam. Beliau adalah istri pahlawan di antara sahabat yaitu Ja’far bin Abi Thalib r.a. sahabat yang memiliki dua sayap sebagaimana gelar yang Rasulullah s.a.w. berikan terhadap beliau. Rasulullah s.a.w. manakala ingin mengucapkan salam kepada Abdullah bin Ja’far beliau bersabda : “Selamat atas kamu wahai putra dari seorang yang memiliki dua sayap (Dzul Janahain).”
Asma’ termasuk wanita muhajirah pertama, beliau turut berhijrah bersama suaminya yaitu Ja’far bin Abi Thalib menuju Habsyah, beliau merasakan pahit getirnya hidup di pengasingan. Adapun suaminya adalah juru bicara kaum muslimin dalam menghadapi raja Habsyah An-Najasi.
Di bumi pengasingan tersebut beliau melahirkan tiga putra yakni Abdullah, Muhammad dan ‘Aunan. Adapun putra beliau yaitu Abdullah sangat mirip dengan ayahnya, sedangkan ayahnya sangat mirip dengan Rasulullah s.a.w., sehingga hal itu menggembirakan hati beliau dan menumbuhkan perasaan rindu untuk melihat Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Ja’far : “Engkau menyerupai bentukku dan juga akhlakku.”
Ketika Rasulullah s.a.w. memerintahkan bagi para muhajirin untuk bertolak menuju Madinah maka hampir-hampir Asma’ terbang karena girangnya, inilah mimpi yang menjadi kenyataan dan jadilah kaum muslimin mendapatkan negeri mereka dan kelak mereka akan menjadi tentara-tentara Islam yang akan menyebarkan Islam dan meninggikan kalimat Allah.
Begitulah, Asma’ keluar dengan berkendaraan tatkala hijrah untuk kali yang kedua dari negeri Habsyah menuju negeri Madinah. kala rombongan Muhajirin tiba di Madinah ketika itu pula mereka mendengar berita bahwa kaum muslimin baru menyelesaikan peperangan dan membawa kemenangan, takbirpun menggema di segala penjuru karena bergembira dengan kemenangan pasukan kaum muslimin dan kedatangan Muhajirin dari Habsyah.
Ja’far bin Abi Thalib datang disambut oleh Rasulullah s.a.w. dengan gembira kemudian beliau cium dahinya seraya bersabda : “Demi Allah aku tidak tahu mana yang lebih menggembirakanku, kemenangan khaibar ataukah kedatangan Ja’far.”
Asma’ masuk ke dalam rumah Hafshah binti Umar tatkala Nabi menikahinya, tatkala itu Umar masuk ke rumah Hafshah sedangkan Asma’ berada di sisinya, lalu beliau bertanya kepada Hafshah, “Siapakah wanita ini?” Hafshah menjawab, “Dia adalah Asma’ binti Umais?” Umar bertanya, “Inikah wanita yang datang dari negeri Habsyah di seberang lautan?” Asma’ menjawab, “Benar”. Umar berkata : “Kami telah mendahului kalian untuk berhijrah bersama Rasul, maka kami lebih berhak terhadap diri Rasulullah s.a.w. dari pada kalian.”Mendengar hal itu Asma’ marah dan tidak kuasa membendung gejolak jiwanya sehingga beliau berkata : “Tidak demi Allah kalian bersama Rasulullah s.a.w. sedangkan beliau memberi makan bagi yang kelaparan di antara kalian dan mengajarkan bagi yang masih bodoh di antara kalian, adapun kami di suatu negeri atau di bumi yang jauh dan tidak disukai yakni Habsyah, dan semua itu adalah demi keta’atan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian Asma’ diam sejenak selanjutnya berkata : “Demi Allah aku tidak makan dan tidak minum sehingga aku laporkan hal ini kepada Rasulullah s.a.w. kami diganggu dan ditakut-takuti, hal itu juga akan aku sampaikan kepada Rasulullah s.a.w., akan aku tanyakan kepada beliau, demi Allah aku tidak berdusta, tidak akan menyimpang dan tidak akan menambah-nambah.”
Tatkala Rasulullah s.a.w. datang, maka berkatalah Asma’ kepada Nabi s.a.w., : “Wahai Nabi Allah sesungguhnya Umar berkata begini dan begini.” Rasulullah bertanya kepada Umar, “Apa yang telah engkau katakan kepadanya?” Umar menjawab, “Aku katakan begini dan begini.” Rasulullah s.a.w. bersabda kepada Asma’: “Tiada seorangpun yang lebih berhak atas diriku melebihi kalian, adapun dia (Umar) dan para sahabatnya berhijrah satu kali akan tetapi kalian ahlus safiinah (yang menumpang kapal) telah berhijrah dua kali.
Maka menjadi berbunga-bungalah hati Asma’ karena pernyataan Rasulullah s.a.w. tersebut lalu beliau sebarkan berita tersebut di tengah-tengah manusia, hingga orang-orang mengerumuni beliau untuk meminta penjelasan tentang kabar tersebut. Asma’ berkata : “Sungguh aku melihat Abu Musa dan orang-orang yang telah berlayar (berhijrah bersama Asma’ dan suaminya) mendatangiku dan menanyakan kepadaku tentang hadits tersebut, maka tiada sesuatu dari dunia yang lebih menggembirakan dan lebih besar artinya bagi mereka dari apa yang disabdakan Nabi s.a.w. kepada mereka.”
Manakala pasukan kaum muslimin menuju Syam, di antara ketiga panglimanya terdapat suami dari Asma’ yakni Ja’far bin Abi Thalib . Di sana di medan perang Allah memilih beliau di antara sekian pasukan untuk mendapatkan gelar syahid di jalan Allah.
Rasulullah s.a.w. mendatangi rumah Asma’ dan menanyakan tiga anaknya, merekapun berkeliling di sekitar Rasulullah s.a.w., kemudian Rasulullah s.a.w. mencium mereka dan mengusap kepala mereka hingga kedua matanya melelehkan air mata. Berkatalah Asma’ dengan hati yang berdebar-debar menyiratkan kesedihan, “Demi ayah dan ibuku, apa yang membuat anda menangis? Apakah telah sampai suatu kabar kepada anda tentang Ja’far dan sahabat-sahabatnya?” Beliau menjawab, “Benar dia gugur hari ini.”
Tidak kuasa Asma’ menahan tangisnya kemudian Rasulullah s.a.w. menghiburnya dan berkata kepadanya :
“Berkabunglah selama tiga hari, kemudian berbuatlah sesukamu setelah itu.”
Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda kepada anggota keluarga beliau : “Buatkanlah makanan bagi keluarga Ja’far, karena telah datang peristiwa yang menyibukkan mereka.”
Tiada yang dilakukan oleh wanita mukminah ini melainkan mengeringkan air mata, bersabar dan berteguh hati dengan mengharap pahala yang agung dari Allah. Bahkan suatu malam beliau bercita-cita agar syahid sebagaimana suaminya. Terlebih-lebih tatkala beliau mendengar dari salah seorang laki-laki dari Bani Murrah bin Auf berkata : “Tatkala perang tersebut, demi Allah seolah-olah aku melihat Ja’far ketika melompat dari kudanya yang berwarna kekuningan kemudian beliau berperang hingga terbunuh. Beliau sebelum bunuh berkata : 
Wahai jannah yang aku dambakan mendiaminya
Harum semerbak baunya, sejuk segar air minumnya
Tentara Romawi menghampiri liang kuburnya
Terhahang jauh dari sanak keluarganya
Kewajibankulah menghantamnya kala menjumpainya


Kemudian Ja’far memegang bendera dengan tangan kanannya tapi dipotonglah tangan kanan beliau, kemudian beliau bawa dengan tangan kirinya, akan tetapi dipotonglah tangan kirinya, selanjutnya beliau kempit di dadanya dengan kedua lengannya hingga terbunuh.
Asma’ mendapatkan makna dari sabda Rasulullah s.a.w. yang pernah berkata kepada anaknya :
“Assalamu’alaikum wahai putra dari seorang yang memiliki dua sayap.”
Rupanya Allah menggantikan kedua tangan Ja’far yang terputus dengan dua sayap yang dengannya beliau terbang di jannah sekehendaknya. Seorang ibu yang shalihah tersebut tekun mentarbiyah ketiga anaknya dan membimbing mereka agar mengikuti jejak yang telah ditempuh oleh ayahnya yang telah syahid, serta membiasakan mereka dengan tabi’at iman.
Belum lama berselang dari waktu tersebut Abu Bakar Ash-Shidiq r.a. datang untuk meminang Asma’ binti Umais setelah wafatnya istri beliau Ummu Rumaan r.a. Tiada alasan bagi Asma’ untuk menolak pinangan orang seutama Abu Bakar Ash Shidiq r.a., begitulah akhirnya Asma’ berpindah ke rumah Abu Bakar Ash Shidiq r.a. untuk menambah cahaya kebenaran dan cahaya iman dan untuk mencurahkan cinta dan kesetiaan di rumah tangganya.
Setelah sekian lama beliau melangsungkan pernikahan yang penuh barakah, Allah mengaruniakan kepada mereka berdua Seorang anak laki-laki. Mereka ingin melaksanakan haji wada’, maka Abu Bakar menyuruh istrinya untuk mandi dan menyertai haji setelah Rasulullah s.a.w. memintanya. Kemudian Asma’ r.a. menyaksikan peristiwa demi peristiwa yang besar, namun peristiwa yang paling besar adalah wafatnya pemimpin anak Adam dan terputusnya wahyu dari langit. Kemudian beliau juga menyaksikan suaminya yakni Abu Bakar memegang tampuk kekhalifahan bagi kaum muslimin sehingga suaminya merampungkan problematika yang sangat rumit seperti memerangi orang-orang yang murtad, memerangi orang-orang yang tidak mau berzakat serta pengiriman pasukan Usamah dan sikapnya yang teguh laksana gunung tidak ragu-ragu dan tidak pula bimbang, demikian pula beliau menyaksikan bagaimana pertolongan Allah diberikan kepada kaum muslimin dengan sikap iman yang teguh tersebut.
Asma’ senantiasa menjaga agar suaminya senantiasa merasa senang dan beliau hidup bersama suaminya dengan perasaan yang tulus turut memikul beban bersama suaminya dalam urusan umat yang besar.
Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama sebab khalifah Ash-Shidiq sakit dan semakin bertambah parah hingga keringat membasahi pada bagian atas kedua pipi beliau. Ash-Shidiq dengan ketajaman perasaan seorang mukmin yang shadiq merasakan dekatnya ajal beliau sehingga beliau bersegera untuk berwasiat. Adapun di antara wasiat beliau adalah agar beliau dimandikan oleh istrinya Asma’ binti Umais di samping itu beliau berpesan kepada istrinya agar berbuka puasa yang mana beliau berkata : “Berbukalah karena hal itu membuat dirimu lebih kuat.”
Asma’ merasa telah dekatnya wafat beliau sehingga beliau membaca istirja’ dan memohon ampun sedangkan kedua mata beliau tidak berpaling sedikitpun dari memandang suaminya yang ruhnya kembali dengan selamat kepada Allah. Hal itu membuat Asma’ meneteskan air mata dan bersedih hati, akan tetapi sedikitpun beliau tidak mengatakan sesuatu melainkan yang diridhai Allah Tabaraka Wa Ta’ala, beliau tetap bersabar dan berteguh hati.
Selanjutnya beliau menunaikan perkara penting yang diminta oleh suaminya yang telah tiada, karena beliau adalah orang paling bisa dipercaya oleh suaminya. Mulailah beliau memandikan jenazah suaminya dan hal itu menambah kesedihan dan kesusahan beliau sehingga beliau lupa terhadap wasiat yang kedua. Beliau bertanya kepada para Muhajirin yang hadir, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa, namun hari ini adalah hari yang sangat dingin apakah boleh bagiku untuk mandi?” Mereka menjawab, “Tidak.”
Di akhir siang seusai dimakamkannya Ash-Shidiq tiba-tiba Asma’ binti Umais ingat wasiat suaminya yang kedua yakni beliau berbuka (tidak melanjutkan shaum). Lantas apa yang hendak dilakukannya sekarang? Sedangkan waktu hanya tinggal sebentar lagi, menunggu matahari tenggelam dan orang yang shaum diperbolehkan untuk berbuka? Apakah dia akan setia dengan Wasiat suaminya ataukah dia akan menunggu sejenak saja untuk melanjutkan shaumnya?
Kesetiaan terhadap suaminya telah menghalangi beliau untuk mengkhianati wasiat suaminya yang telah pergi, maka beliau mengambil air dan minum kemudian berkata : “Demi Allah aku tidak melanggar janjinya hari ini.”
Setelah kepergian suaminya, Asma’ melazimi rumahnya dengan mendidik putra-putranya baik dari Ja’far maupun dari Abu Bakar, beliau menyerahkan urusan anak-anaknya kepada Allah dengan memohon kepada-Nya untuk memperbaiki anak-anaknya dan Allahpun memperbaiki mereka hingga mereka menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa. Inilah puncak dan harapan beliau di dunia dan beliau tidak mengetahui takdir yang akan menimpa beliau yang tersembunyi di balik ilmu Allah.
Dialah Ali bin Abi Thalib r.a. saudara dari Ja’far yang memiliki dua sayap mendatangi Asma’ untuk meminangnya sebagai wujud kesetiaan Ali kepada saudaranya yang dia cintai yaitu Ja’far begitu pula Abu Bakar Ash Shidiq .
Setelah berulang-ulang berfikir dan mempertimbangkannya dengan matang maka beliau memutuskan untuk menerima lamaran dari Ali bin Abi Thalib sehingga kesempatan tersebut dapat beliau gunakan untuk membantu membina putra-putra saudaranya Ja’far. Maka berpindahlah Asma’ ke dalam rumah tangga Ali setelah wafatnya Fathimah Az-Zahra dan ternyata beliau adalah sebaik-baik wanita shalihah, dan beliau juga memiliki suami yang paling baik dalam bergaul. Senantiasa Asma’ memiliki kedudukan yang tinggi di mata Ali sehingga beliau sering mengulang-ulang di setiap tempat, “Di antara wanita yang memiliki syahwat telah menipu kalian, maka aku tidak menaruh kepercayaan di antara wanita melebihi Asma’ binti Umais”
Allah memberikan kemurahan kepada Ali dengan mengaruniai anak dari Asma’ yang bernama Yahya dan Aunan, berlalulah hari demi hari dan Ali menyaksikan pemandangan yang asing yakni putra saudaranya Ja’far sedang berbantahan dengan Muhammad bin Abu Bakar dan masing-masing membanggakan diri dari yang lain dengan mengatakan, “Aku lebih baik daripada kamu dan ayahku lebih baik daripada ayahmu.” Ali tidak mengetahui apa yang mereka berdua katakan? Dan bagaimana pula memutuskan antara keduanya karena beliau merasa simpati dengan keduanya? Maka tiada yang dapat beliau lakukan selain memanggil ibu mereka yakni Asma’ r.a. kemudian berkata : “Putuskanlah antara keduanya!” Dengan pikirannya yang tajam dan hikmah yang mendalam beliau berkata : “Aku tidak melihat seorang pemuda di Arab yang lebih baik daripada Ja’far dan aku tidak pernah melihat orang tua yang lebih baik daripada Abu Bakar.” Inilah yang menyelesaikan urusan mereka berdua dan kembalilah kedua bocah tersebut saling merangkul dan bermain bersama, namun Ali masih merasa takjub dengan bagusnya keputusan yang diambil oleh Asma’ terhadap anak-anaknya, dengan menatap wajah istrinya beliau berkata : “Engkau tidak menyisakan bagi kami sedikitpun wahai Asma’?” Dengan kecerdasan yang tinggi dan keberanian yang luar biasa ditambah lagi adab yang mulia beliau berkata : “Di antara ketiga orang pilihan, kebaikan anda masih di bawah kebaikan mereka.”
Ali r.a. tidak merasa asing dengan jawaban istrinya yang cerdas, maka beliau berkata dengan ksatria dan akhlaq yang utama berkata : “Seandainya engkau tidak menjawab dengan jawaban tersebut niscaya aku cela dirimu.”
Akhirnya kaum muslimin memilih Ali sebagai Khalifah setelah Utsman bin Affan r.a., maka untuk kedua kalinya Asma’ menjadi istri bagi seorang khalifah yang kali ini adalah Khalifah Rasulullah yang ke empat, semoga Allah meridhai mereka semuanya.
Asma’ turut serta memikul tanggung jawab sebagai istri khalifah bagi kaum muslimin dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar begitu pula dengan Abdullah bin Ja’far dan Muhammad bin Abu Bakar berdiri di samping ayahnya dalam rangka membela kebenaran. Kemudian setelah berselang beberapa lama wafatlah putra beliau Muhammad bin Abu Bakar dan musibah tersebut membawa pengaruh yang besar pada diri beliau, akan tetapi Asma’ seorang wanita mukminah tidak mungkin menyelisihi ajaran Islam dengan berteriak-teriak dan meratap dari hal-hal lain yang dilarang dalam Islam. Tiada yang beliau lakukan selain berusaha bersabar dan memohon pertolongan dengan sabar dan shalat terhadap penderitaan yang beliau alami. Asma’ selalu memendam kesedihannya hingga payudaranya mengeluarkan darah.
Belum lagi tahun berganti hingga bertambah parah sakit beliau dan menjadi lemah jasmaninya dengan cepat kemudian beliau meninggal dunia. Yang tinggal hanyalah lambang kehormatan yang tercatat dalam sejarah setelah beliau mengukir sebaik-baik contoh dalam hal kebijaksanaan kesabaran dan kekuatan.
-----------------------------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL
, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 194 – 203

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (29)

Asma’ binti Jazid r.a. berkata : Adalah lengan baju Rasulullah s.a.w. hanya sampai ke pergelangan tangan panjangnya. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy)
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I,
Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 434.

Senin, 29 Juli 2013

SHOLAT SUNNAT (1)

Dari Rabi’ah bin Malik r.a., ia berkata; “Nabi s.a.w. bersabda kepada saya : “Bermohonlah!” Maka kata saya : “Saya bermohon pada engkau supaya saya dapat menyertai engkau di Syurga”. Maka beliau bersabda: “Ada yang lain daripada itu?” Maka kata saya : “(Haya) itu saja!”. Maka beliau bersabda : “bantulah aku untuk (terkabulnya) permohonanmu dengan membanyakkan sujud (sholat sunnat). Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 133.

AL-MUJIIBU

AL-MUJIIBU (الْمُجِيْبُ) artinya Yang Maha mengabulkan permintaan hamba-Nya yang bermohon kepada-Nya, asal ia beriman dan beramal saleh.
Kebanyakan manusia ada yang salah meminta, ia tidak meminta kepada Allah dalam urusan gaib, seperti meminta ingin selamat, kaya, bahagia dan sebagainya, tapi ia meminta perantaraan jin-jin, dewa-dewa, kuburan, keris, ke gunung-gunung dan sebagainya, padahal perbuatan semacam itu syirik hukumnya dan orang yang mengerjakannya disebut “Musyrik”.
Dosa musyrik ini, adalah dosa besar dan barangsiapa yang berkekalan mengerjakannya, padahal dia sudah mengetahui bahwa itu dosa, maka akan kekallah orang itu dalam neraka. Demikian janji Allah dalam Al-Qur’an bagi orang yang mempersekutukan Tuhan.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 186 yang artinya :
“Apabila hamba-Ku bertanya kepada engkau (hai Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku perkenankan permohonan orang yang mendo’a, apabila mereka mendo‘a kepada-Ku. Maka hendaklah mereka mengikuti perintah-Ku serta beriman kepada-Ku mudah-mudahan mereka menjadi cerdik”.

Oleh karena itu bermohonlah kepada Allah dengan sungguh-sungguh atas apa yang kamu inginkan, semoga Allah mengabulkan permintaan anda itu.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 56.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 33.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (28)

Jabir bin Abdullah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. mengutus kami dalam suatu pasukan di bawah pimpinan Abu Ubaidah r.a. untuk menghadang kafilah Quraisy, sedang kami diberi bekal satu jirob (kantongan bungkus dari kulit) kurma, karena memang tidak ada kelebihan dari itu, maka Abu Ubaidah memberi kepada kami satu-satu kurma. Ketika Jabir ditanya : Bagaimana kamu mempergunakan sebiji kurma itu? Jawbnya : Kami mengisapnya bagaimana anak kecil, kemudian kami minum air, maka yang demikian itu dapatlah mencukupi hingga malam. Juga kami memukulkan tongkat kepohon khobeth (makanan unta), kemudian kami basahi dengan air dan kami makan. Maka kami meneruskan perjalanan hingga tepi laut, tiba-tiba di sana terlihat bagaikan sebuah bukit kecil atau tumpukan tanah, tetapi ketika kami sampai di sana, ternyata ikan ambar. Abu Ubaidah berkata : Itu bangkai, sedang kami pesuruh Rasulullah s.a.w. dan sebagai pejuang fisabilillah, dan kini dalam keadaan terpaksa, maka makanlah olehmu. Maka kami makan dari ikan itu selama satu bulan, sedang kami tiga ratus orang, hingga gemuklah kami sekalian. Kami masih ingat ketika kami mengambil minyak dari lobang mata ikan itu dengan timba untuk mempergunakan lemaknya, lalu kami potong-potong beberapa potong sebesar lembu. Abu Ubaidah menyuruh tiga belas orang duduk dalam lobang mata itu, juga ia mengambil satu dari tulang rusuk kemudian ditegakkan. Kemudian menyuruh menjalankan unta yang terbesar di bawahnya. Kemudian ketika kami akan kembali dapat pula kami berbekal dan dagingnya yang telah kami keringkan, hingga sampai di Madinah. Dan kami ceriterakan hal itu kepada Rasulullah s.a.w. Maka sabdanya : Itulah rizqi yang sengaja Allah mengeluarkannya untuk kamu, apakah masih ada sisa dagingnya untuk kami makan (merasainya). Maka kami kirimkan kepada Rasulullah s.a.w. dan daging yang kami bawa itu, dan dimakannya. (HR. Muslim)
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 432-434.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (10)

Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata; Pada suatu hari Nabi s.a.w. masuk pada saya dengan gembira wajahnya berseri-seri, beliau bersabda : “Tidak tahukah engkau akan pemotongan kuncung bangsa Mudlijy baru-baru ini, ia melihat pada Zaid bin Haritsah dan Usamah bin Zaid, ia berkata : “Telapak kaki ini sebahagiannya dan sebahagian”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 522.

Khosy-Syah

Khosy-syah, takutnya hanya kepada Allah semata.
Jiwa mukmin yang sudah dapat maghfirah – keampunan Tuhan, sesudah memiliki Sakinah – ketentraman jiwa dan ketenangan jiwa, sudah memiliki Istiqomah, tidak ada ketakutan baginya selain dari kepada Allah.
Takut kepada Syadidul ‘Iqob dan Sari’ul Hisab-Nya Allah, takut kepada azab, siksaan dan perhitungan Allah. Takut hendak melanggar larangan dan hudud yang sudah ditetapkan oleh Allah, takut akan murka dan bencana yang dijanjikan Allah kepada manusia yang melanggar batas. Dia mendahulukan Khosy-syah daripada Hikmah !!!. Dia mematangkan dirinya untuk takut kepada alam yang syahadah ini. tidak takut kepada manusia atau dewa, walaupun bagaimana kuat dan kuasanya, karena semua itu maha kecil dan maha lemah dihadapan Maha Kebesaran dan Maha Kekuasaan Allah.
“…….. Tidak takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya, melainkan Ulama……..”.  (QS. Faathir : 28)
Ciri dari ke-Ulama-an seseorang ialah takutnya kepada Allah, takutnya ia akan melanggar hukum dan undang-undang Allah.
“Ketahuilah ! Sesungguhnya (pejuang-pejuang) dalam agama Allah itu tiada ketakutan atas mereka dan tidak berduka-cita. Yaitu orang-orang yang ber-Iman dan adalah mereka orang-orang yang berbakti”. (QS. Yunus : 62 – 63)
“………. Oleh sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi hendaklah takut kepada-Ku, dan karena Aku hendaklah menyempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan supaya kamu terpimpin”. (QS. Al-Baqarah : 150)
Karena takutnya hanya kepada Allah, lapang dan lega dadanya menghendaki tugas menyampaikan janjian hiburan dan ancaman wahyu kepada manusia.
“Inilah sebab kitab yang diturunkan kepada kamu, oleh sebab itu janganlah sesak dalam dadamu karenanya, untuk engkau ancam manusia dengan dia dan sebagai perintah bagi orang yang ber-Iman”. (QS. Al-A’raaf : 2)
#570

‘UMRAT’L-QADZA’

SETELAH berjalan setahun sejak berlakunya isi perjanjian Hudaibiya Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah bebas dapat melaksanakan isi peranjian dengan pihak Quraisy itu guna memasuki Mekah dan berziarah ke Ka’bah. Atas dasar itu Muhammad lalu memanggil orang agar bersiap-siap untuk berangkat melakukan umrat’l-qadza’ (umrah pengganti) yang sebelum itu telah terhalang.

MUSLIMIN BERANGKAT KE MEKAH
Dengan mudah orang sudah dapat memperkirakan betapa kaum Muslimin menyambut panggilan itu. Ada di antara mereka kaum Muhajirin yang sudah tujuh tahun meninggalkan Mekah, kaum Anshar yang sudah memang punya hubungan dagang dengan Mekah dan sudah rindu sekali hendak berziarah ke Ka’bah. Oleh karenanya anggota rombongan itu telah bertambah sampai dua ribu orang dari 1400 orang pada tahun yang lalu. Sesuai dengan isi penjanjian Hudaibiya tidak seorang pun dari mereka dibolehkan membawa senjata selain pedang tersarung, Tetapi Muhammad masih selalu kuatir akan adanya pengkhianatan. Seratus orang pasukan berkuda di bawah komando Muhammad bin Maslama disiapkan berangkat lebih dulu dengan ketentuan jangan melampaui Mekah, dan bila sampai di Marr’z-Zahran supaya mereka menyusur ke sebuah wadi tidak jauh dari sana.
Ternak kurban itu digiring oleh kaum Muslimin di depan mereka, terdiri dari enam puluh ekor unta, di dahului oleh Muhammad dengan hati yang damba hendak memasuki Umm’l-Qura (Mekah) dan bertawaf di Baitullah. Setiap Muhajirin menunggu ingin melihat daerah tempat ia dilahirkan, ingin melihat rumah tempat ia dibesarkan, teman teman yang ditinggalkan. Ia ingin menghirup udara harum tanah airnya yang suci itu, dengan penuh rasa hormat dan syahdu, ingin menyentuh bumi daerah suci dan kudus yang penuh berkah itu, yang telah melahirkan Rasul tempat wahyu pertama kali diturunkan.
Orang akan dapat membayangkan suasana kemeriahan yang baru satu-satunya terjadi itu, yang bergerak karena didorong oleh Rrasa iman, terbawa oleh Rumah yang oleh Allah dijadikan tempat manusia berkumpul dan tempat yang aman. Dengan mata hatinya orang akan melihat betapa besarnya rasa kegembiraan mereka itu. Orang-orang yang pernah dirintangi hendak menunaikan kewajiban suci itu berangkat dengan penuh kegembiraan, akan memasuki Mekah dalam keadaan aman, dengan bercukur kepala atau bergunting tanpa merasa takut lagi.

Catatan :
‘Umra berarti ziarah ke Mesjid Suci dengan syarat-syarat tertentu, dalam melakukan ibadah “haji kecil” yang berbeda dengan ibadah haji yang biasa, tidak mesti dilakukan dalam waktu khusus selama dalam setahun. ‘Umrat’l-Qadziya, kata qadza dapat diartikan pengganti yakni pengganti umrah yang tidak jadi dilaksanakan karena dirintangi oleh pihak Quraisy di Hudaibiya, atau dengan arti penunaian yaitu menunaikan isi perjanjian Hudaibiya, bahwa ibadah itu dapat dilakukan pada tahun berikutnya setelah berlakunya perjanjian. Lepas dari pengertian fikih dalam terjemahan ini dipakai arti yang pertama.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 433-434.

Minggu, 28 Juli 2013

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (27)

Abu Umainah (Ijas) bin Tsa’labah Al-Anshary r.a. berkata : Pada suatu hari para sahabat menceriterakan kemewahan dunia dalam majlis Rasulullah s.a.w. Maka bersabda Nabi s.a.w. : Tidakkah kamu mendengar, tidakkah kamu dengar sesungguhnya kesederhanaan itu daripada iman, sesungguhnya kesederhanaan itu daripada tanda iman. (HR. Abu Dawud).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 432.

SEMAKIN SEMANGAT IBADAH DI AKHIR RAMADHAN

Sebagian kaum muslimin di akhir Ramadhan malah tersibukkan dengan hal-hal dunia. Dirinya lebih memikirkan pulang mudik, baju baru dan silaturahmi kepada kerabat. Contoh dari suri tauladan kita tidaklah demikian. Di akhir Ramadhan, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih tersibukkan dengan ibadah, apalagi shalat malam.

RAIH LAILATUL QADAR
Selayaknya bagi setiap mukmin untuk terus semangat dalam beribadah di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan lebih dari lainnya. Di sepuluh hari terakhir tersebut terdapat lailatul qadar. Allah Ta’ala berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan” (QS. Al Qadar : 3). Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemuliaan. Telah terdapat keutamaan yang besar bagi orang yang menghidupkan malam tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”(HR. Bukhari No.1901)

KAPAN LAILATUL QADAR TERJADI?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari No.2020 dan Muslim No.1169)
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari No.2017)

TIDAK PERLU MENCARI TANDA
Sebagian orang sibuk mencari tanda kapan lailatul qadar terjadi. Namun sebenarnya tanda tersebut tidak perlu dicari. Tugas kita di akhir Ramadhan, pokoknya terus perbanyak ibadah. Karena kalau sibuk mencari tanda malam tersebut, kita malah tidak akan memperbanyak ibadah. Walaupun memang ada tanda-tanda tertentu kala itu. Tanda tersebut di antaranya.

Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath-Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18/361, shahih)

Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak dirasakan pada hari-hari yang lain.

Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

Kempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tanpa sinar yang menyorot. Dari Ubay bin Ka’ab, ia barkata, “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot.” (HR. Muslim no. 762)

JIKA ENGKAU DAPATI LAILATUL QADAR
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita —Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam— sebagaimana terdapat dalam hadits dari ‘Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang mesti aku ucapkan saat itu?” Beliau menjawab, “Katakanlah ; “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni” (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan ma’af, maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi no. 3513, Ibnu Majah no. 3850, dan Ahmad 6/171 shahih)

LEBIH GIAT IBADAH DI AKHIR RAMADHAN
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terlihat lebih rajin di akhir Ramadhan lebih dari hari-hari lainnya, sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari, terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim no.1175)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi contoh dengan memperbanyak ibadahnya saat sepuluh hari terakhir Ramadhan. Untuk maksud tersebut beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai menjauhi istri-istri beliau dari berhubungan intim. Beliau pun tidak lupa mendorong keluarganya dengan membangunkan mereka untuk melakukan ketaatan pada malam sepuluh hari terakhir Ramadhan.
‘Aisyah mengatakan, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174). Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Disunnahkan untuk memperbanyak ibadah di akhir Ramadhan dan disunnahkan pula untuk menghidupkan malam-malamnya dengan ibadah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim 8 : 71)

MENGHIDUPKAN MALAM PENUH KEMULIAAN
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi’i dalam berpendapat mengatakan, barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’dan sholat Shubuh dimalam qadar, ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut.” (Latho-if Al Ma’arif, hal. 329). Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur’an (‘Aunul Mabud, 4/176), Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan sholat pada malam lailalul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”(HR. Bukhari no. 1901)..
Jika seorang,meraih lailatul qadar dengan itikaf, itu lebih bagus. Namun i’tikaf bukanlah syarat untuk dapati malam kemuliaan tersebut. Begitu pula bukanlah syarat mesti di masjid untuk dapati lailatul qadar. Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.” (Latho-if Al Ma’arif, hal 341).

Semoga Allah beri taufik kepada kita sekalian untuk terus perbanyak ibadah di akhir-akhir Ramadhan dan moga kita juga termasuk hamba yang mendapatkan malam penuh kemuliaan, lailatul qadaf. Wallahu waliyyut taufiq.
-----------------------------------------
Buletin Jum'at "SAKINAH", Muhammad Abduh Tuasikal, Edisi 369/ Th. IV/ Agustus 2012 M/ Ramadhan 1433 H

DAKWAAN DAN KETERANGAN (9)

Dari Jabir r.a.; “Bahwasanya dua orang laki-laki bertengkar tentang seekor unta, dan masing-masing berkata : Unta ini benanak bagiku, dan mereka sama-sama memberi bukti ; maka Rasulullah s.a.w. menjatuhkan putusan, bahwa unta itu bagi orang yang mengurusnya.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 521.

Sabtu, 27 Juli 2013

AR-RAQIBU

AR-RAQIBU (الرَّقِيْبُ) artinya Yang Maha Teliti, Yang mengamat-amati gerak-gerik segala sesuatu dan mengawasinya.
Manusia, walaupun dimana dia berada, baik di tempat yang tersembunyi maupun di malam yang sangat gelap, semua itu dalam ilmu Tuhan, tidak terlepas dari intaian, penelitian, dan pengawasan Allah.
Bilamana manusia mengerjakan sesuatu yang tidak baik seperti mencuri, membunuh dan sebagainya, walaupun ia dapat lepas dari pengejaran dan penangkapan polisi, tapi ia tidak akan lepás dari penangkapan Allah dan Tuhan akan membalasi atas perbuatan mereka yang buruk itu.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 1 yang artinya :
“Hai sekalian manusia! Taqwalah kamu kepada Tuhan yang menjadikan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya dan daripada keduanya berkembang-biaklah laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan taqwalah kamu kepada Allah, yang saling pinta meminta kamu dengan nama-Nya, begitupun takutlah kamu akan memutuskan silaturrahim, sesungguhnya Allah itu menjagamu”.

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 52 yang artinya :
“Tidak harus engkau (ya Muhammad) mengawini perempuan-perempuan yang lain dari isteri-isteri engkau yang sekarang yaitu sembilan orang, begitu pula menukarnya dengan isteri yang lain meskipun engkau ingin kepadanya karena cantiknya, kecuali hamba sahaya yang engkau miliki. Allah Mengawasi tiap-tiap sesuatu”.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 55-56.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 32-33.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (26)

Abu Kuraimah (Almiqdad) bin Ma’di Karib r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Tiadalah mengisi penuh, seorang anak Adam pada suatu wadah yang lebih bahaya daripada mengisi penuh perutnya sendiri. Cukup bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan punggungnya. Dan jika harus lebih dari itu, maka hendaknya dibagi tiga, sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiganya untuk nafas. (HR. Attirmidzy).

Atau : Anak Adam tidak pernah mengisi penuh suatu wadah yang lebih berbahaya dari memenuhi isi perutnya sendiri.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 431-432.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (8)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Tiga orang yang Allah tidak akan berfirman kepadanya, dan tidak akan melihat kepada mereka dan tidak akan membersihkan mereka, dan bagi mereka siksa yang pedih, ialah : Orang yang mempunyai kelebihan air di ladangnya, sedangkan Ia melarangnya bagi musafir; dan orang yang berjanji dalam jual-beli sesuatu barang sesudah ‘Ashar dan ia bersumpah dengan nama Allah, ia mengambil barang itu dengan begini dan begitu sedangkan si pembeli mempercayainya padahal tidak demikian; dan orang yang berbai’at kepada seorang Imam, padahal ia membai’atnya hanya karena dunia, kalau ia diberi bagian dan padanya ia memenuhi baiatnya. dan kalau tidak diberi bagian dunia itu, iapun tidak menetapi baiatnya”. Muttalaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 520-521.

APA SEBAB KEBANYAKAN JAWABAN ITU LEMAH-LEMBUT?

Pembaca akan memperhatikan sekali sikap lemah-lembut dan pandangan yang begitu baik yang terkandung dalam jawaban sebagian besar raja-raja dan penguasa-penguasa itu. Tiada seorang pun dari utusan-utusan Muhammad itu yang dibunuh atau dipenjarakan. Bahkan mereka semua kembali dengan membawa balasan pesan yang sebagian besar lemah-lembut, sekalipun dua balasan di antaranya ada yang kasar sifatnya. Bagaimana sebenarnya raja-raja itu menerima ajakan agama baru ini tanpa bertindak menghasut pembawa ajakan itu, juga tanpa mau menindasnya beramai-ramai? Soalnya ialah karena dunia pada waktu itu sama seperti dunia kita sekarang, pengaruh materi telah menguasai kehidupan rohani; yang menjadi tujuan hidup ialah kemewahan. Bangsa-bangsa saling berperang karena hendak mencari kemenangan, ingin memenuhi dan memuaskan ambisi dan nafsu raja-raja dan penguasa-penguasa itu ingin hidup lebih mewah lagi. Dalam dunia semacam ini segala pengertian akidah atau keyakinan akan jatuh ke bawah kaki upacara-upacara yang demonstratif sifatnya, sedang apa yang dilaksanakan itu tanpa disertai hati yang penuh iman, Yang dijadikan perhatian hanyalah supaya hal itu berada di tangan pemegang kekuasaan yang dapat memberi makan, pakaian dan menjamin adanya kesejahteraan dan kemakmuran hidup dengan segala keyakinan harta-benda. Upacara-upacara itu dipertahankan hanyalah sekadar hendak memenuhi kepentingan materi itu. Kalau kepentingan itu sudah tak ada lagi, semangat mereka pun jadi hancur dan nafsu mengadakan perlawanan juga jadi lemah sekali.
Orang mendengar ada ajakan baru sekitar suatu ajaran tentang iman yang mudah dan kuat, yang membuat semua manusia sama di hadapan Tuhan Yang Maha Tunggal, Tempat orang menyembah dan meminta pertolongan. Yang menentukan apa yang berguna dan apa yang tidak untuk dirinya itu. Dengan cahaya yang memancar dari kehendak Tuhan, ia akan menganggap kecil segala ancaman raja-raja di muka bumi ini semua. Orang yang hanya takut kepada kemurkaan Tuhan ia akan dapat menggetarkan hati raja-raja yang sedang hanyut dalam kemenangan hidup itu. Hanya orang yang bertobatlah, orang yang benar-benar beriman dan berhuat kebaikan sajalah dapat mengharapkan pengampunan Tuhan.
Oleh karena itu, tatkala orang mendengar tentang adanya ajakan baru itu, dan melihat pembawanya begitu tabah menghadapi segala macam penindasan, menghadapi kekejaman, penyiksaan dan segala kekuatan hidup materi, dengan kekuatannya yang terus berkembang, padahal dia adalah yatim piatu, miskin dan tidak punya apa-apa, suatu hal yang tak pernah terbayangkan, baik oleh negerinya sendiri ataupun oleh negeri-negeri Arab lainnya — ketika itulah orang menjulurkan leher, ia memasang telinga baik-baik, jiwanya merasa haus, hatinya ingin terbang melihat sumber mata air itu; hanya saja masih ada rasa takut, rasa sangsi yang menghalanginya dan kenyataan yang ada itu. Itu sebabnya maka antara raja-raja itu yang memberikan balasan dengan sangat lemah-lembut, dan dengan demikian iman dan keyakinan kaum Muslimin makin kuat pula.

MUSLIMIN KEMBALI DARI ABISINIA
Muhammad sudah kembali dari Khaibar, Ja’far bersama-sama kaum Muslimin sudah kembali dari Abisinia, dan utusan-utusan Muhammad juga sudah pula kembali dari tempat mereka masing-masing ditugaskan. Mereka semua bertemu lagi di Medinah. Mereka bertemu untuk sama tinggal selama dalam tahun itu, dengan penuh rindu menantikan tahun yang akan datang, akan menunaikan ibadah haji ke Mekah, memasuki kota itu dengan aman tenteram, dengan kepala dicukur tau digunting tanpa akan merasa takut. Begitu gembiranya Muhammad berjumpa dengan Jafar sampai ia berkata, mana yang lebih menggembirakan hatinya : kemenangannya atas Khaibar ataukah pertemuannya dengan Ja’far. Pada waktu itulah timbulnya cerita yang mengatakan, bahwa pihak Yahudi telah menyihir Muhammad dengan perbuatan Labid, sehingga mengira bahwa dia melakukan sesuatu, padahal ia tidak melakukannya. Sumber-sumber cerita ini sebenarnya sangat kacau sekali dan ini menguatkan pendapat orang yang mengatakan bahwa cerita ini cuma dibikin-bikin dan samasekali tidak punya dasar.

MENANTIKAN UMRAH PENGGANTI
Kaum Muslimin tinggal di Medinah dengan aman dan tenteram. dan menikmati hidup dan menikmati karunia dan keridlaan Tuhan. Masalah perang tidak mereka pikirkan lagi. Tidak lebih yang dilakukan hanya mengirimkan pasukan-pasukan guna menindak barangsiapa saja yang bermaksud hendak melanggar hak-hak orang, atau hendak merampas harta-benda orang.
Setelah berjalan setahun — ketika itu bulan Zulkaidah — Nabi pun berangkat dengan membawa dua ribu orang guna melakukan umrah pengganti sesuai dengan ketentuan-ketentuan Hudaibiya, juga untuk menghilangkan rasa haus yang sudah sangat dirasakan oleh jiwa yang tengah dahaga hendak menunaikan ibadah ke Rumah Purba itu.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 431-432.

Jumat, 26 Juli 2013

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (25)

Fadlolah bin Ubaid r.a. berkata : Adakalanya jika Rasulullah s.a.w. sedang sholat, maka orang-orang dari Ahlusshuffah sampai terjatuh karena kelaparan. Hingga dikatakan oleh orang-orang Badwi yang tidak mengenal mereka berkata : Gila mereka itu. Dan bila telah selesai sholat Rasulullah s.a.w. segera mendekati mereka dan bersabda : Andaikan kamu mengetahui bagaimana kedudukanmu di sisi Allah, niscaya kamu akan ingin bertambah kemiskinan dan kelaparan. (HR. Attirmidzy).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 431.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (7)

Dari Jabir r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah di atas mimbarku ini dengan sumpah yang dosa, ia akan mengambil tempat di neraka”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa’i, dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 520.

Kamis, 25 Juli 2013

AL-KARIMU

AL-KARIMU (الْكَرِيْمُ) artinya Yang Maha Pemurah, Mulia dan memberi hamba-Nya tanpa diminta atau memberi pembalasan yang setimpal.
Dengan sifat-Nya yang mulia itu, maka apabila manusia memperoleh anugerah Allah, bersyukurlah kepada-Nya dan apabila kufur terhadap anugerah Allah (yaitu dipergunakan kepada yang tidak baik) maka awaslah azab Tuhan itu sangat keras.
Demikianlah peringatan Allah dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 26.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-’Alaq ayat 3 yang artinya :
“Bacalah dan Tuhan engkaulah Yang Maha Pemurah”.

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Infithar ayat 6 – 7 yang artinya :
“Hai manusia! Karena apakah engkau terpedaya mendurhakai Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang menciptakan engkau, lalu disempurnakan-Nya kejadianmu dan menjadikan kamu (susunan tubuhmu) seimbang”.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 54.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 32.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (24)

Ibn Abbas r.a. berkata : Adakalanya Rasulullah s.a.w. dengan keluarganya beberapa malam tiada makan sore, karena tiada yang akan dimakannya, dan kebanyakan makanan mereka roti dan tepung sya’ir. (HR. Attirmidzy).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 430-431.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (6)

Dari Abu Musa r.a.; “Bahwasanya dua orang laki-laki bertengkar tentang seekor binatang, dan masing-masing tiada keterangan, maka Rasulullah menjatuhkan putusan di antara mereka setengah-setengah”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan ini adalah lafadhnya, dan ia berkata : Sanadnya itu bagus.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 520.

JAWABAN NAJASYI

Setelah kita ketahun adanya hubungan yang begitu baik antara Najasyi di Abisinia dengan kaum Muslimin, sudah wajar sekali bila balasannya juga akan sangat baik, sehingga ada beberapa sumber menyebutkan bahwa ia telah masuk Islam, meskipun ada juga segolongan Orientalis yang masih menyangsikan keislamannya itu. Akan tetapi di samping surat yang berisi ajakan kepada Islam disertai pula sepucuk surat lain dengan permintaan supaya umat Muslimin yang ada di Abisinia sudah dapat dikembalikan ke Medinah . Dalam hal ini Najasyi telah menyiapkan dua buah kapal yang akan mengangkut mereka itu dengan dipimpin oleh Ja’far bin Abi Talib. Dalam rombongan ini ikut pula Umm Habiba (Ramla) binti Abi Sufyan setelah suaminya meninggal, yaitu Abdullah ibn Jahsy yang datang ke Abisinna sebagai Muslim kemudian jadi Nasrani dan tetap menganut agama Nasrani itu sampai matinya.
Sekembalinya dari Abisinia Umm Habiba ini kemudian menjadi salah seorang istri Nabi dan Umm’l-Mukminin Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa Nabi mengawini Umm Habiba ini dengan maksud hendak nnengadakan pertalian nasab dengan Abu Sufyan sebagai penegasan lebih kuat lagi terhadap perjanjian Hudaibiya. Yang lain berpendapat bahwa perkawinan Umm Habiba dengan Muhammad dengan Abu Sufyan yang masih tetap dalam paganisma — hanya akan menimbuikan kekesalan dan kesedihan saja dalam hatinya.
Sebaliknya amir-amir (penguasa-penguasa) Arab, baik mereka yang dari Yaman atau dari Omman telah membalas surat Nabi itu dengan kasar sekali, sedang amir Bahrain membalasnya dengan baik dan dia pun masuk Islam. Sebaliknya amir Yamama, ia memperlihatkan kesediaannya akan masuk Islam asal dia diangkat jadi gubernur. Karena ambisinya itu oleh Nabi ia dikutuk. Penulis-penulis sejarah menyebutkan. bahwa tidak berselang setahun kemudian orang itu pun meninggal.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 430-431.

Rabu, 24 Juli 2013

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (23)

Abu Muhammad (Fadlolah) bin Ubaid Al-Anshory r.a. telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Untung bahagialah siapa yang mendapat hidayat ta’at pada ajaran Islam, dan penghidupannya sederhana, dan menerima (merasa cukup dengan apa yang ada). (HR. Attirmidzy).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 430.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (5)

Dari As-’ats bin Qais r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah dengan suatu sumpah buat memotong (merampas) harta-bendanya seorang Islam, dia itu adalah orang durhaka, ia berjumpa dengan Allah, sedang Allah marah padanya”. Muttafaq’alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 520.

Selasa, 23 Juli 2013

AL-JALIILU

AL-JALIILU (الْجَلِيْلُ) artinya Yang Maha Luhur, yang Memiliki sifat-sifat keluhuran karena kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Allah Maha Luhur, Maha Mulia, Maha Tinggi tak ada yang menandingi-Nya dan semua isi langit dan bumi bertasbih kepada-Nya. Tetapi ada juga diantara makhluq Allah yang mendurhakai-Nya, dan barangsiapa yang mendurhakai Allah disebut kafir, artinya orang yang engkar dan perbuatannya itu disebut kufur.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 26 – 28 yang artinya :
“Tiap-tiap yang ada di atas bumi ini akan fana (musnah). Dan tinggallah Zat Tuhanmu yang mempunyai Kebésaran dan Kemuliaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 76 – 78 yang artinya :
“Penduduk surga itu berteleken di atas bantal yang hijau warnanya dan permadani-permadani yang indah. Maka Ni’mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Maha Agung nama Tuhanmu yang mempunyai Kebesaran dan Kurnia”.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 53-54.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 31-32.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (22)

Abdullah bin Amru bin Al-’Ash r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Sungguh untung orang yang Islam, dan rizqinya cukupan dan berhati menerima segala pemberian Allah. (HR. Muslim)

Orang Islam berarti menyerah kepada tuntunan dan ajaran Allah dan rizqi yang sederhana yang cukup, tidak sampai kekurangan, dan sifat qona’ah (menerima apa yang ada) lawan dari sifat thama’ yang tidak bisa merasa puas, dan tidak merasa sudah menerima ni’mat pemberian Allah.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 430.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (4)

Dari Abu Umamah Alharitsi r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang memotong haknya seorang Islam dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan neraka bagi orang itu, dan haram baginya surga”. Maka seorang laki-laki berkata pada beliau : “Walau hanya suatu perkara yang kecil, ya Rasulullah?”.  Beliau bersabda : “Walau hanya sebesar tangkai pohon arak”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 519.

JAWABAN MUQAUQIS

Tetapi jawahan Muqauqis, seorang pembesar Kopti di Mesir, tidak sama dengan jawaban Kisra, bahkan lebih indah lagi daripada jawaban Heraklius. Kepada Muhammad ia memberitahukan bahwa ia memang percaya, bahva seorang Nabi akan datang, tetapi kedatangannya itu di Syam. Ia menyambut utusan itu dengan segala penghormatan sebagaimana mestinya. Kemudian ia mengirim hadiah di tangan utusan itu berupa dua orang dayang-dayang, seekor bagal putih, seekor himar, sejumlah harta dan bermacam-macam produksi Mesir lainnya. Maria dari dayang-dayang itu diterima buat Nabi sendiri dan yang kemudian telah melahirkan Ibrahim, dan Sirin dihadiahkannya kepada Hassan bin Thabit. Adapun bagal itu oleh Nabi diberi nama “Duldul’’ dan warna putihnya memang unik sekali dibandingkan dengan bagal-bagal yang ada di negeri-negeri Arab, sedang keledainya diberi nama “Ufair” atau “Ya’fur”. Hadiah itu oleh Muhammad diterima baik dan disebutkan, bahwa Muqauqis tidak sampai menganut Islam, sebab dia takut kerajaan Mesir akan direnggut oleh Rumawi. Kalau tidak karena itu tentu ia akan sudah beriman dan termasuk orang yang telah mendapat hidayah pula.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 429-430.

Senin, 22 Juli 2013

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (21)

Ubaidillah bin Mihshon Al-Anshory Alkhithmy r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Siapa pagi-pagi merasa aman rumah tangganya, sehat badan dan mempunyai makanan sehari itu, maka bagaikan telah terkumpul baginya dunia seisinya. (HR. At-tirmidzy).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 429-430.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (3)

Dari Abu Hurairah r.a.; “Bahwasanya Nabi s.a.w. menawarkan sumpah pada suatu kaum, merekapun mau (menerima dengan segera), maka beliau menyuruh supaya dipilih di antara mereka dalam bersumpah, siapakah di antara mereka yang akan melakukan sumpah”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 519.

Minggu, 21 Juli 2013

AL-HASIIBU

AL-HASIIBU (الْحسِيْبُ) artinya Yang Maha Menghisab (memperhitungkan) amal hamba-Nya pada hari kiamat. Segala perbuatan manusia di dunia ini, harus dipertanggungjawabkannya di hadirat Allah di kemudian hari, dan barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar zarrah (abu) akan mendapat balasan dari Allah setimpal dengan amalnya itu dan barangsiapa yang mengerjakan sebesar zarrah kejahatan, maka kejahatannya pun akan mendapat balasan pula dari Allah yang setimpal dengan kejahatannya itu.
Demikianlah keadilan Allah terhadap hamba-Nya dalam pemeriksaan nantinya.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya ayat 1 yang artinya :
“Telah dekat kepada manusia masa berhisab mereka, sedang mereka di dalam kelalaian, serta berpaling”.

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Haqqah ayat 18 yang artinya :
“Pada hari itu kamu dihadapkan (hehadirat Allah supaya berhisab) sehingga tidak tersembunyi daripadamu apa-apa yang bisa tersembunyi”.

Adapun orang yang diperlihatkan buku amalannya dari sebelah kanannya, lalu ia berkata : “Ambillah buku saya dan bacalah!
Saya menyangka (yakin) bahwa saya menemui perhitungan saya (dengan sebetulnya).
Dengan dalil Al-Qur’an yang tersebut di atas ini, mengertilah kita bahwa segala perbuatan manusia ini, tidak dibiarkan begitu saja, semuanya akan mendapat pertanyaan Allah di kemudian hari.
Karena demikian dalam sebuah hadits Nabi ﷺ ada diceritakan, bahwa Malaikat Jibril berkata kepada Nabi : “Hai Muhammad! Hiduplah kamu sesuka hatimu, maka sesungguhnya engkau akan mati, dan cintailah apa yang kamu cintai, maka sesungguhnya engkau akan bercerai dengan apa yang kamu cintai itu, dan beramallah apa yang engkau kehendaki, maka sesungguhnya engkau akan mendapat balasan atas amalan engkau itu”.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 52-53.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 31.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (20)

Abu Umamah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Hai putra Adam, kalau kau mendermakan kelebihanmu akan lebih baik bagimu, dan bila kau tahan saja berbahaya bagimu. Dan kau tidak tercek atas kesederhanaan. Dan dahulukan siapa yang wajib kau belanjai (anak keluargamu). (HR. At-tirmidzy)
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 429.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (2)

Dari dalam riwayat Baihaqy dengan sanad yang shahih; “Keterangan itu wajib bagi yang mendakwa dan sumpah bagi yang mungkir”.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 519.

Sabtu, 20 Juli 2013

KISRA DAN SURAT NABI

Ada pun Kisra Maharaja Persia, begitu surat Muhammad yang mengajaknya menganut Islam itu dibacakan, baginda murka sekali dan surat itu disobeknya. Sepucuk surat segera dikirimnya kepada Bazan, penguasanya di Yaman dengan perintah supaya kepala itu laki-laki yang di Hijaz segera dibawa kepadanya. Barangkali menurut perkiraannya ini akan meringankan pengaruh kekalahannya berhadapan dengan Heraklius.
Setelah kata-kata Kisra serta perbuatannya merobek-robek surat itu disampaikan kepada Nabi, ia berkata : “Allah telah merobek-robek kerajaannya.”
Ternyata Bazan ini telah pula mengirimkan utusan dengan sepucuk surat kepada Muhammad dan dalam pada itu Kisra pun telah pula digantikan oleh putranya Syiruya (Kavadh II). Peristiwa ini telah diketahui oleh Nabi sehingga sekaligus ia dapat memberitahukan kejadian ini kepada utusan-utusan Bazan itu. Kepada mereka dimintanya pula supaya mereka ini menjadi utusan-utusannya kepada Bazan dengan mengajaknya menganut Islam. Sebenarnya penduduk Yaman sudah mengetahui bencana yang telah menimpa Persia itu dan sudah merasa pula akan hancurnya kerajaan itu. Juga berita-berita kemenangan Muhammad atas Ouraisy dan hancurnya kekuasaan Yahudi sudah pula sampai kepada mereka.
Setelah utusan-utusan Bazan itu kembali dan pesan Nabi disampaikan kepada penguasa itu, dengan senang hati ia menjadi orang Islam dan tetap sebagai penguasa Muhammad di Yaman. Kiranya apakah yang akan diminta oleh Muhammad kepada penguasanya itu mengingat Mekah yang masih dalam sengketa dengan dia? Sebenarnya, setelah bayangan Persia menghilang, ia telah mendapat keuntungan dengan berlindung kepada suatu kekuatan yang baru tumbuh di negeri Arab itu, dengan tidak meminta risiko apa-apa. Dan bisa jadi Bazan sendiri ketika itu tidak sampai memperhitungkan, bahwa penggabungannya kepada Muhammad sudah merupakan suatu perbentengan yang kuat sekali di pihak Islam bagian selatan jazirah itu, seperti yang terbukti dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi dua tahun kemudian.
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 429.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (19)

Imron bin Alhushoin r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : Sebaik-baik generasi adalah pada abadku, kemudian abad yang di belakangnya, kemudian yang berikutnya. Entah dua tiga kali diucapkan oleh Nabi. Kemudian setelah itu datang kaum yang maju menjadi saksi, meskipun tidak diminta, dan berkhianat tiada amanat, kalau bernazar tidak menepati, dan tampak mereka gemuk badan dan besar perut. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 429.

DAKWAAN DAN KETERANGAN (1)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : Kaulah manusia itu diberi karena dakwaannya, niscaya ada orang-orang yang mendakwa darahnya orang-orang dan harta-benda mereka; tapi sumpah itu bagi yang didakwa”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 518-519.

Masjid BAITURRAHIM Muntal – Ngijo – Gunungpati Semarang 50229

Masjid Baiturrahim Ngijo Gunungpati Semarang
Masjid BAITURRAHIM
Muntal – Ngijo – Gunungpati
Semarang 50229

Jumat, 19 Juli 2013

AL-MUQIITU

AL-MUQIITU (الْمُقِيْتُ) artinya Yang Maha Pemberi Kecukupan, baik yang berupa makanan tubuh ataupun makanan rohani.
Allah سبحانه وتعالى menjadikan makhluq-Nya dengan sempurna, diberi-Nya kecukupan alat hidup, baik jasmani dan rohani.
Makanan jasmani telah tersedia dalam pangkuan bumi, tanam-tanaman yang bermacam ragam, air yang mengalir dari bumi dan yang turun dari langit dan diberi-Nya ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan hidup. Semuanya itu Allah yang mengatur dan menyempurnakan dengan secukupnya. Oleh sebab itu manusia hendaklah bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى, tapi sayang kebanyakan manusia tidak memikirkan tentang ni’mat Allah سبحانه وتعالى yang banyak itu.
Mengimani sifat ini kepada Tuhan berarti bahwa janganlah kita minta rizki atau makan kecuali dari Allah سبحانه وتعالى dan janganlah kita kikir dengan rizki itu kepada makhluk-makhluk Allah yang membutuhkan rizki itu jika kita ada kelebihan.
Firman Allah سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 85 yang artinya :
“Barangsiapa diantara manusia yang memberi pertolongan, dengan pertolongan yang baik, adalah baginya satu bahagian dari pahala. Barangsiapa yang memberi pertolongan dengan pertolongan yang jahat adalah baginya satu bahagian daripada dosa. Adalah Allah kuasa pada tiap-tiap sesuatu.”

Demikianlah kebesaran Allah dapat memberikan kecukupan lahir batin yang nyata dan yang tersembunyi atas segala sesuatu amal, yang baik dibalasi dengan baik (dicukupkan) balasan amal baiknya itu, demikian pula orang yang berbuat jahat akan dibalasi pula dengan sempurna atas perbuatan buruknya itu.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 51-52.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 30-31.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (18)

Ibn Umar r.a. berkata : Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah s.a.w. mendadak datang seorang dari sahabat Anshor, dan ketika orang. itu akan kembali bangun, Rasulullah s.a.w. bertanya : Hai sudarara dari Anshor : Bagaimana keadaan Sa’ad bin Ubadah? Jawabnya : Baik saja. Maka Rasulullah s.a.w. bertanya pada sahabat : Siapakah di antara kamu yang akan menengok dia? Kemudian Nabi s.a.w. berdiri dan kamipun berdiri bersama Nabi s.a.w. kurang lebih 17 - 18 orang, dan ti’ada di antara kami yang memakai sandal, sepatu atas gamnis (kemeja), kami sekalian hanya berpakaian yang sangat sederhana yang kasar, sehingga kami sampai kerumah Sa’ad, maka mundurlah kaumnya dan Rasulullah dengan sahabat-sahabatnya datang mendekat kepadanya. (HR. Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 428-429.

URUSAN PERSAKSIAN (7)

Dari Ibnu ‘Abbas ra.; Bahwasanya Rasulullah saw. bersabda kepada seorang laki-laki : “Apakah kamu tahu matahari?” Jawabnya : “Ya”. Beliau bersabda : “Bersaksilah engkau dengan seperti itu (engkau mengetahui persoalannya seperti mengetahui matahari), atau tinggalkanlah (kalau tidak jelas, jangan berani menjadi saksi!)”. Dikeluarkan oleh Ibnu Adi dengan sanad yang lemah, Hakim mensahkannya lalu menyalahkannya.

Lemah, karena pada sanadnya ada rawi bernama Muhammad bin Sulaiman bin Masymul, yang dianggap lemah oleh Baihaqi. Baihaqi berkata : Tidak boleh meriwayatkan hadits yang sanadnya bersandar kepadanya.

Dari padanya r.a.; “Bahwasanya Rasulullah sa.w. menjatuhkan putusan dengan sumpah dan saksi”. Dikeluarkan oleh Muslim, Abu Daud dan Nasa’i, ia berkata sanadnya bagus.

Dari Abu Hurairah r.a. seperti itu juga dikeluarkan oleh Abu Daud, Tirmidzy, dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
---------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 518.

Kamis, 18 Juli 2013

UTUSAN NABI KEPADA HERAKLIUS

Sekarang apa yang terjadi dengan para utusan yang telah diutus oleh Muhammad kepada Heraklius, kepada Kisra, Najasyi dan raja-raja sekeliling negeri Arab itu’! Adakah keberangkatan mereka itu sebelum perang Khaibar atau mereka turut mengalaminya juga dan baru kemudian setelah kemenangan berada di pihak Muslimin mereka berangkat masing-masing menuju tujuannya? Dalam hal ini pendapat ahli-ahli sejarah masih jauh sekali berbeda-beda, sehingga sukar sekali kita dapat mengambil suatu kesimpulan yang lebih pasti. Tetapi menunut dugaan kami mereka tidak semua berangkat dalam waktu itu bersamaan; dan keberangkatan mereka ada yang sebelum dan ada pula yang sesudah Khaibar.
Tidak hanya sebuah sumber saja yang menyebutkan, bahwa Dihya bin Khalifa al-Kaibi pernah mengalami perang Khaibar tetapi dia juga yang telah pergi membawa surat kepada Herakilus, yang ketika itu kembali pulang membawa kemenangan setelah ia berhasil mengalahkan Persia, dan berhasil pula menyelamatkan Salib Besar yang mereka ambil dari Yerusalem. Dan sudah tiba pula saatnya ia akan menunaikan nazarnya hendak berziarah ke Yerusalem dengan berjalan kaki mengembalikan salib itu ke tempatnya semula.
Ketika surat itu disampaikan baginda sudah di kota Himsh (atau Homs, sebuah kota lama (Emesa) di Suria Tengah). Apakah orang-orang sendiri yang menyerahkan surat itu kepada Heraklius setelah oleh Dihya diserahkan kepada penguasanya di Bostra, ataukah Dihya yang memimpin rombongan Arab badwi itu — yang setelah diperkenalkan — dia sendiri yang menyerahkan surat tersebut kepadanya? Juga dalam hal ini sumber tersebut masih kacau.

JAWABAN HERAKLIUS
Selanjutnya surat itu dibacakan dan diterjemahkan di hadapan Maharaja. Baginda tidak murka atau geram, juga tidak lalu merencanakan hendak mengirim angkatan perangnya menyerbu negeri-negeri Arab, Sebaliknya malah surat itu dibalas dengan baik sekali. Ini pula agaknya yang menyebabkan beberapa ahli sejarah salah menduga, dikira baginda telah masuk Islam.
Dalam waktu bersamaan Harith al-Ghassani telah pula menyampaikan berita kepada Heraklius, bahwa ada seorang utusan Muhammad datang kepadanya membawa surat. Heraklius melihat isi surat itu sama seperti yang dikirimkan kepadanya, mengajaknya memeluk agama Islam. Harith meminta persetujuan baginda hendak memimpin sendiri pasukan-pasukan yang akan menghajar orang yang mendakwakan diri Nabi itu. Akan tetapi menurut Herakilus lebih baik Harith berada di Yerusalem bila baginda nanti berziarah, supaya perayaan mengembalikan salib lebih meriah adanya, dan orang yang menyerukan agama baru itu tak usah dipedulikan. Tidak terlintas dalam pikirannya, bahwa tidak akan selang berapa tahun lagi Yerusalem dan Syam itu sudah akan berada di bawah panji Islam pula, bahwa ibukota Islam akan pindah ke Damsyik dan bahwa pertentangan antara negeri-negeri Islam dengan kemaharajaan Rumawi baru menjadi reda setelah Konstatinopel dalam tahun 1453 dikuasat oleh pihak Turki, gerejanya yang besar diubah menjadi mesjid, sehingga itu Nabi yang oleh Heraklius dicoba hendak ditaklukkannya dengan cara tanpa menghiraukannya, namanya tertulis dalam bangunan itu, dan selama berabad-abad gereja itu tetap menjadi mesjid. sampai akhirnya oleh Muslimin Turki ia diubah lagi menjadi sebuah museum kesenian Rumawi.
---------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 427-428.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (17)

‘Aisjah r.a. berkata : Adalah kasur tempat tidur Rasulullah s.a.w. dari kulit yang berisi sabut. (HR. Buchary).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 428.

URUSAN PERSAKSIAN (6)

Dari Abu Bakrah r.a. dari Nabi s.a.w., Bahwasanya beliau menghitung (memasukkan) persaksian palsu itu kepada sebesar-besarnya dosa”. Muttafaq ‘alaih dalam hadits yang panjang.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 517.

Rabu, 17 Juli 2013

AL-HAFIIZHU

AL-HAFIIZHU (الْحَفِيْظُ) artinya Yang Maha Pemelihara, yakni menjaga segala sesuatu jangan sampai rusak dan goncang. Juga menjaga segala amal perbuatan hamba-hamba-Nya, sehingga tidak tersia-sia sedikit pun untuk memberikan balasannya.
Bilamana alam ini tidak dalam penjagaan Allah سبحانه وتعالى, niscaya akan hancurlah Ia dengan seketika, dan akan bertabrakanlah planit-planit itu antara satu dengan lainnya. Manusia tidak akan sanggup berbuat demikian. Perhatikanlah penjagaan manusia yang secara kecil-kecilan saja, seumpana mengadakan peraturan lalu-lintas agar jangan terjadi tabrakan kendaraan, diadakan alat-alat untuk mengaturnya, seperti lampu merah, yang berarti tidak boleh jalan, kemudian lampu kuning, tanda bersiap untuk maju dan lampu hijau, tanda sudah boleh jalan. Tapi apa yang terjadi? Kecelakaan banyak juga terjadi di mana-mana, itu tandanya manusia tidak mampu untuk memelihara yang sesungguhnya.
Kepandaian dan pemeliharaan manusia itu terbatas, maka pemeliharaan Allah yang kekal abadi.
Firman Allah سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 57 yang artinya :
“Maka jika kamu berpaling juga, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu, apa yang disuruh sampaikan kepadaku. Tuhanku akan menjadikan kaum yang lain daripada kamu, sebagai penggantimu, sedang kamu tidak membahayakan kepada Allah sedikitpun juga”.

Sesungguhnya Tuhanku menjaga tiap-tiap sesuatu.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 50-51.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 30.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (16)

Abu Hurairah r.a. berkata : Saya telah melihat tujuh puluh orang Ahlusshuffah, tiada seorangpun yang mempunyai kain panjang, tidak lebih dari satu sarung atau kain yang diikatkan ke lehernya sampai betis, disimpulkan dengan tangannya, khawatir terbuka auratnya. (HR. Buchary).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 427-428.

URUSAN PERSAKSIAN (5)

Dari Umar bin Khattab r.a. bahwasanya ia berkhotbah dan berkata : “Sesungguhnya orang-orang diambil persaksiannya dengan wahyu di masa Rasulullah saw. Dan kini wahyu itu telah putus, dan aku ambil persaksian kalian dengan apa yang nampak bagi kami daripada perbuatan-perbuatan kalian”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 517.

Istiqomah

Istiqomah, teguh pendirian, kuat keyakinan.
Pesona dunia tidak merubah pendiriannya, godaan pangkat tidak menggoyangkan hatinya. Loncatan keatas atau kebawah yang ditemuinya dalam hidup, tidak merubah sikap dan pandangannya. Ombak hidup yang melambung tinggi dan menurun rendah, tidak melenyapkan dia dari muka air kehidupan dan kemanusiaan. Dalam bidang Cita dan Agama, bagi Mukmin sejati yang sudah istiqomah, tidak ada pertemuan antara Iman dan Nifaq, Tauhid dan Syirik, Islam dan Kufur.
Tidak sudi menjual aqidah, keyakinan dan pendirian dengan harta benda dan keuntungan yang dekat.
“Sesungguhnya orang yang berkata; Tuhan kami ialah Allah; kemudian ber-istiqomah dalam memegang pendirian itu, akan turunlah kepada mereka Malaikat, supaya jangan mereka berduka-cita dan takut”. (QS. Fush-shilat : 30)
“Sesungguhnya orang yang berkata; Tuhan kami ialah Allah, kemudian berpegang teguh dengan pendirian itu, maka tiada ketakutan atas mereka, dan tidaklah mereka berduka-cita”. (QS. Al-Ahqaaf : 13)
“Apabila mereka tetap ber-istiqomah menempuh jalan itu (agama Islam), pastilah akan Kami beri minum mereka dengan air yang sejuk (rezki yang banyak)”. (QS. Al-Jin : 16)
“Oleh sebab itu bersikap Istiqomah-lah sebagaimana kamu diperintahkan dan begitu juga orang-orang yang bertaubat bersama kamu, dan janganlah kamu melewati batas, karena Ia sesungguhnya melihat apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah engkau condong kepada kaum yang zalim, lantaran nanti kamu akan kena api neraka, padahal tidak ada bagi kamu penolong selain dari Allah, kemudian kamu tidak akan ditolong”. (QS. Hud : 112 – 113).
#570

Selasa, 16 Juli 2013

PERKAWINAN SHAFIA DENGAN MUHAMMAD

Sekarang Shafia berada di tangan Muslimin sebagai salah seorang tawanan perang. “Shafia adalah ibu Banu Quraidza dan Banu Nadzir. Dia hanya pantas buat tuan”, demikian dikatakan kepada Nabi.
Setelah wanita itu dimerdekakan kemudian ia diperistri oleh Nabi seperti biasanya dilakukan oleh orang-orang besar yang menang perang. Mereka kawin dengan putri-putri orang-orang besar guna mengurangi tekanan karena bencana yang dialaminya dan memelihara pula kedudukannya yang terhormat.
Kuatir akan timbulnya dendam kepada Rasul dalam hati wanita — yang baik ayahnya, suaminya atau pun golongannya sudah terbunuh itu — maka semalaman itu dalam perjalanan pulang dan Khaibar Abu Ayyuh Khalid al-Anshari dengan membawa pedang terhunus berjaga-jaga di sekitar kemah tempat perkawinan Muhammad dengan Shafia itu dilangsungkan. Pagi harinya, setelah Rasul melihatnya, ia ditanya : “Ada apa!”
“Saya kuatir akan keselamatan tuan dari perbuatan wanita itu”, katanya. “karena avahnya, suaminya dan golongannya sudah dibunuh sedang belum selang lama dia masih kafir.”
Akan tetapi sampai Muhammad wafat ternyata Shafia sangat setia kepadanya. Ketika menderita sakit terakhir istri-istrinya sedang berada di sekelilingnya, Shafia berkata :
“Ya Nabiullah. Sekiranya saya saja yang menderita sakit ini.”
Istri-istri Nabi saling mengedipkan mata kepadanya.
“Bersihkan mulutmu”, kata Nabi kepada mereka.
“Dari apa ya Nabiullah?” kata mereka pula.
“Dari kedipan matamu kepada teman sejawatmu itu. Demi Allah, dia sungguh jujur.”
Setelah Nabi wafat . Shafia masih mengalami masa khilafat Mu’awiyah. Pada masa itulah ia meninggal dan dimakamkan di Baqi’.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 426-427.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (15)

Anas r.a. berkata : Nabi telah menggadaikan (menanggungkan) baju besi (pakaian perang) untuk mendapat hutangnya sya’ir. Dan aku pernah pergi ke rumah Nabi s.a.w. membawakan roti sya’ir dan minyak gajih. Juga saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Tidak ada pada keluarga Muhammad s.a.w. pada pagi ini, hanyalah satu sho’, dan ta’ada untuk nanti sore. Padahal terdiri dari sembilan rumah. (HR. Buchary).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 427.

URUSAN PERSAKSIAN (4)

Dari Abu Hurairah r.a.. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : ” Tidak boleh badawi jadi saksi untuk orang kampung”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah.
---------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 517.

Senin, 15 Juli 2013

AL-KABIRU

AL-KABIRU (الْكَبِيْرُ) artinya Yang Maha Besar, yang kebesaran-Nya tidak dapat diikuti oleh pancaindera ataupun akal manusia. Allah Maha Besar dan Maha Agung, lihatlah kejadian langit dan bumi dengan segala isinya, tidak terdapat kejanggalan-.kejanggalan di dalamnya. Bintang-bintang bertaburan di langit hijau, dengan cahayanya yang gemerlapan, enak mata memandangnya, bulan purnama raya yang memancarkan cahayanya yang terang benderang, sejuk mata bilamana melihatnya sang surya yang gagah perkasa menampakkan dirinya bilamana dia keluar dari ufuknya. Ibarat sang raja keluar dari peraduannya dan sebagainya itu, semuanya itu dijadikan Allah tidak tersia-sia tapi mengandung manfa’at dan faedah bagi seisi alam ini, mendatangkan kekaguman bagi yang memperhatikannya, maka akal dapat berpikir dan merasakan, alangkah hebatnya dunia ini, yang dengan sendirinya pula tentu lebih hebat yang menciptakannya. Itulah tandanya kebesaran Allah Tuhan semesta alam ini.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 111 yang artinya :
“Katakanlah! Segala puji bagi Allah yang tiada mempunyai anak dan tiada pula bersekutu pada kerajaan-Nya, begitu juga tiada mempunyai pemimpin (penolong) lantaran mendapat kehinaan. Besarkanlah (muliakanlah Allah) itu sebenar-benarnya besar”.

Meyakini sifat ini kepada Tuhan mengharuskan kita tidak sombong dan takabur atau menganggap diri tinggi dan besar, karena sifat-sifat itu mutlak kepunyaan Allah.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 49-50.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 29-30.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (14)

‘Aisyah r.a. berkata : Ketika Rasulullah s.a.w. meninggal dunia baju besinya digadaikan untuk tanggungan hutangnya kepada seorang Yahudi, yang ia berhutang tiga puluh sho’ (75 kilo) sya’ir. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 427.

URUSAN PERSAKSIAN (3)

Dari Abdullah bin Umar ra., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda : “Tidak boleh jadi saksi laki-laki yang khianat dan perempuan yang khianat, dan tidak orang yang bersakitan hati atas saudaranya, dan pelayan tidak boleh dijadikan saksi untuk tuan rumah”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud.
---------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 516-517.

Minggu, 14 Juli 2013

TUNDUK KEPADA KEKUASAAN MUSLIMIN

Ringkasnya, pihak Yahudi itu sekarang tunduk kepada kekuasaan kaum Muslimin. Kedudukan mereka di negeri-negeri Arab sudah berantakan dan mereka pun terpaksa meninggalkan daerah itu. Tadinya mereka di tempat itu sebagai golongan yang dipertuan. sampai selesai mereka itu dikeluarkan, yang menurut satu pendapat sejak semasa hidup Rasul, pendapat lain mengatakan setelah Rasul wafat.
Akan tetapi tunduknya penduduk Khaibar dan golongan Yahudi lainnya di selunuh jazirah itu tidak terjadi sekaligus setelah mereka jatuh. Bahkan akibat kejatuhan mereka itu hati mereka masih penuh memikul kebencian dan dendam yang kotor sekali. Zainab bint’l-Harith isteri Sallam bin Misykam pernah menyampaikan hadiah daging domba kepada Muhammad — setelah ia merasa aman dan setelah ada perjanjian perdamaian dengan pihak Khaibar. Ketika ia dan sahahat-sahahat sedang duduk hendak memakan daging itu, Nabi as. mengambil bagian kakinya dan sudah akan mulai dikunyah, tapi tidak sampai ditelannya. Dalam pada itu Bisyr bin’l-Bara’ yang duduk makan bersama-sama telah pula mengambil daging itu sekerat. Tapi Bisyr lalu menelannya sekaligus. Sedang Rasul memuntahkannya kembali seraya katanya :
“Ada tanda-tanda tulang itu beracun.”
Kemudian Zainab dipanggil dan ia pun mengaku. Lalu kkatanya : “Tuan telah mengadakan tindakan terhadap golongan saya seperti sudah tuan ketahui. Lalu kataku : “Kalau dia seorang raja, aku lega; kalau dia seorang Nabi tentu dia akan diberi tahu!”
Akibat makan daging itu Bisyr kemudian meninggal dunia.
Dalam hal ini ahli-ahli sejarah masih berbeda pendapat. Tetapi sebagian besar menyatakan, bahwa Nabi telah memaafkan Zainab, dan sangat menghargai sekali alasannya mengingat malapetaka yang telah menimpa ayah dan suaminya itu. Di samping itu ada juga yang mengatakan bahwa dia pun dibunuh karena Bisyr yang telah mati diracun itu.
Sebenarnya perbuatan Zainab itu telah menimbulkan kesan dalam sekali di dalam hati kaum Muslimin. Peristiwa-peristiwa yang timbul sesudah Khaibar membuat mereka tidak percaya lagi kepada orang-orang Yahudi. Bahkan mereka kuatir akan segala akibat tipu muslihat yang akan dilakukan secara perseorangan, setelah secara massal mereka dapat dihancurkan. Shafia binti. Huyayy bin Akhtab dari Banu Nadzir termasuk salah seorang tawanan yang oleh kaum Muslimin diambil dari benteng Khaibar. Dia istri Kinana bin’l-Rabi’. Setahu pihak Muslimin, di tangan Kinana inilah harta-benda Banu Nadzir itu disimpan . Ketika Nabi menanyakan harta itu kepadanya, ia bersumpah-sumpah bahwa dia tidak mengetahui tempatnya.
“Kalau kami dapati di tempatmu, mau kamu. Dibunuh?” tanya Muhammad.
“Ya”, jawab Kinana.
Salah seorang dari mereka ini pernah melihat Kinana sedang mundar-mandir pada sebuah puing dan hal ini disampaikan kepada Nabi. Oleh Nabi diperintahkan supaya puing itu digali dan dari dalam puing itulah harta simpanan itu dikeluarkan. Kinana akhirnya dibunuh karena perbuatannya itu.
---------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 425-426.

KEUTAMAAN LAPAR DAN SEDERHANA DALAM HIDUP (13)

Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah r.a. berkata : Pernah saya terjatuh di antara mimbar Rasulullah dan bilik Siti ‘Aisyah r.a. maka orang datang kepadaku meletakkan kakinya di atas leherku, disangka saya gila. Padahal bukan gila, hanya semata-mata karena kelaparan. (HR. Buchary)
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 426-427.

URUSAN PERSAKSIAN (2)

Dari Imran bin Hushain r.a., ia berkata; Rasulullah saw. bersabda :” Sesungguhnya sebaik-baiknya di antara kalian ialah yang ada di masaku, lalu orang-orang yang sesudah mereka, lalu orang-orang yang sesudah mereka, kemudian akan ada kaum yang menyaksikan padahal tidak pantas diminta persaksiannya, dan mereka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, mereka bernadzar tapi tidak dipenuhinya, dan timbul kegemukan di antara mereka”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babus-Syahadat, halaman 516.