"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 31 Desember 2012

MANDI DAN HUKUM JUNUB (5)

Dari Abu Said Alkhudriyyi r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Mandi hari Jum’at itu adalah wajib bagi tiap-tiap yang sudah baligh”. Dikeluarkan oleh Imam yang Tujuh (Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu daud, Ibnu Majah. Tirmidzi dan Nasa’i).

Dari Samurah bin Jundub r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang wudlu’ pada hari Jumat maka ia telah mengerjakan kewajiban dan baik; dan barangsiapa yang mandi, maka mandi itu lebih utama”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i), dan dihasankan oleh Tirmidzi.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 45-46.

PESAN UNTUK WANITA (5)

Mu’awiyah bin Haidah r.a. bertanya : Ya Rasulullah apakah hak seorang isteri terhadap suaminya? Jawab Nabi s.a.w. : Harus kau beri makan jika kau makan, dan kau beri pakaian jika kau berpakaian, dan jangan memukul muka, dan jangan menjelekkannya, dan jangan memboikot kecuali dalam rumah saja. (HR. Abu Dawud).

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Sesempurna-sempurna orang Mu’min dalam imannya, yalah yang terbaik budi-pekertinya. Dan sebaik-baiknya kamu yalah yang terbaik pengaulannya terhadap isterinya. (HR. Attirmidzy)

Kesempurnaan iman tergantung pada kesempurnaan akhlak budi-pekerti, sebab iman tidak berpisah dengan budi-pekerti. Iman yang tidak berbuah budi kebaikan, tidak ada harganya di sisi Allah. Dan termasuk dalam budi; Yalah bergaul baik dengan isterinya.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 274-275.

POLEMIK ORIENTALIS

Menanggapi masalah tawanan-tawanan Badar ini serta terbunuhnya Nadzr dan ‘Uqba ada beberapa orang Orientalis yang masih bertanya-tanya : bukankah dengan demikian ini sudah membuktikan bahwa agama baru ini sangat haus darah? Kalau tidak tentu kedua orang itu tidak akan terbunuh. Bukankah sesudah mendapat kemenangan dalam pertempuran akan lebih terhormat bagi kaum Muslimin jika mengembalikan saja para tawanan itu, dan mereka sudah cukup memperoleh rampasan perang?
Maksudnya dengan pertanyaan ini ialah hendak membangkitkan rasa simpati dalam hati orang yang selama itu belum menjadi masalah, supaya seribu tahun kemudian sesudah perang Badar dan peperangan-peperangan yang terjadi berikutnya akan dijadikan alat untuk mendiskreditkan agama ini serta pembawanya.
Tetapi ternyata pertanyaan semacam ini kemudian jadi gugur sendiri apabila terbunuhnya Nadzr dan ‘Uqha ini kita bandingkan dengan apa yang terjadi dewasa ini dan akan selalu terjadi, selama peradaban Barat. yang memakai jubah Kristen itu masih tetap menguasai dunia. Terhadap yang telah terjadi di negara-negara yang dikuasai oleh penjajah secara paksa atas nama hendak memadamkan pemberontakan itu, dapatkah peristiwa di atas tadi — sedikit saja — dijadikan perbandingan? Dapatkah hal itu — sedikit saja — kita bandingkan dengan penyembelihan yang terjadi dalam Perang Dunia? Selanjutnya, dapatkah peristiwa itu kita bandingkan pula — sedikit saja — dengan apa yang telah terjadi selama Revolusi Prancis, dalam pelbagai revolusi yang pernah terjadi dan akan selalu terjadi pada bangsa-bangsa Eropa lainnya?

REVOLUSI TERHADAP PAGANISMA
Memang sudah tak dapat disangkal bahwa apa yang dialami Muhammad dan sahabat-sahabatnya itu adalah suatu revolusi yang dahsyat dan Muhammad yang diutus Tuhan, berhadapan dengan paganisma dan orang-orang musyrik sebagai penyembahnya. Suatu revolusi, yang pada mulanya berkecamuk di Mekah, dan yang oleh karenanya bebagai macam siksaan dan penderitaan dialami oleh Muhammad dan sahabat-sahabatnya selama tiga belas tahun terus-menerus. Kemudian kaum Muslimim pindah ke Medinah. Di tempat ini mereka mengumpulkan tenaga dan kekuatan. Sementara itu benih-benih revolusi masih terus tumbuh dalam hati mereka, juga dalam hati semua orang Quraisy.
Pindahnya Muslimin ke Medinah, perjanjian mereka dengan orang-orang Yahudi setempat, terjadinya bentrokan-bentrokan sebelum peristiwa Badar, lalu Perang Badar itu sendiri semua itu adalah suatu si revolusi, bukan prinsip. Kebijaksanaan yang telah ditentukan oleh pemimpin revolusi dan sahahat-sahahatnya itu akan disusul pula oleh adanya ketentuan prinsip-prinsip yang luhur, yang telah dibawa oleh Rasul. Jadi, siasat revolusi itu lain dan prinsip-prinsip revolusi lain lagi. Juga kondisi yang terjadi berikutnya kadang samasekali berbeda dari tujuan pokok kondisi itu. Dalam hal Islam telah menjadikan rasa persaudaraan sebagai dasar peradahan Islam, maka untuk mencapai sukses jalan itu harus ditempuh, sekalipun untuk itu harus berlaku suatu kekerasan kalau memang sudah tak dapat dihindarkan lagi.

PENYEMBELIHAN SAINT BARTHOLOMEW
Tindakan kaum Muslimin terhadap tawanan-tawanan perang Badar adalah suatu teladan yang baik dan penuh kasih-sayang, dibandingkan dengan apa yang terjadi dalam beberapa revolusi yang oleh pencetusnya diagungkan dengan arti keadilan dan kasih-sayang. Dan ini pun merupakan satu bagian saja di samping penyembelihan-penyembelihan yang banyak terjadi atas nama Kristus, seperti penyembelihan Saint Bartholomew (Saint Barthelemy), suatu peristiwa penyembelihan yang dapat dianggap sebagai suatu aib besar dalam sejarah Kristen, yang dalam sejarah Islam contoh semacam itu samasekali tidak pernah ada. Penyembelihan ini diatur pada waktu malam. Orang-orang Katolik di Paris membantai orang-orang Protestan dengan jalan tipu-muslihat dan pengkhianatan, suatu gambaran tipu-muslihat dan pengkhianatan yang sungguh rendah dan kotor.
Jadi kalau dua orang saja dari lima puluh tawanan Badar itu yang dibunuh oleh Muslimin, karena mereka selama tiga belas tahun memang begitu kejam terhadap kaum Muslimin, yang sampai menderita pelbagai macam siksaan selama di Mekah, itu pun karena adanya sikap kasihan yang berlebih-lebihan dan dianggap sebagai suatu keuntungan yang terlalu pagi seperti disebutkan dalam ayat :
“Tidak sepatutnya seorang nabi itu akan mempunyai tawanan-tawanan perang, sebelum ia selesai berjuang di dunia. Kamu menghendaki kekayaan duniawi, sedangkan Allah menghendaki akhirat. Allah Maha Kuasa dan bijaksana.” (QS 8 : 67)
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 267-269.

Minggu, 30 Desember 2012

MANDI DAN HUKUM JUNUB (4)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata : “Adalah Rasulullah suka mandi dari empat macam : Dari jinabat, Hari Jum’at, lantaran diambil darah, dan lantaran memandikan mayit”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, dan disahkan oleh Ibnu Khuzaimah.

Dari Abu Hurairah tentang kisahnya Tsumamah bin Utsal tatkala ia masuk Islam, dan Nabi s.a.w. menyuruhnya supaya mandi. Diriwayatkan oleh Abdurrazzak dan asalnya Muttafaq ‘alaih.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 45.

PESAN UNTUK WANITA (4)

Amru bin Al’ahwash Al-Djusjamy r.a. ia telah mendengar Rasulullah berkhutbah dalam Hajjatul-wada’, sesudah memuji syukur kepada Allah bersabda : Ingatlah, berpesan-pesan baiklah kepada isteri-isteri karena mereka hanya apa yang ditentukan oleh agama itu belaka. Terkecuali jika mereka berbuat keji yang terang-terang, maka kalau sampai terjadi yang demikian, tinggalkanlah mereka di tempat tidur, dan pukullah dengan pukulan yang tidak membahayakan, dan apabila telah ta’at kembali, jangan diganggu dengan cela atau lain-lainnya. Ingatlah, sesungguhnya bagimu ada hak atas isterimu, sebagaimana isterimu juga mempunyai hak atas kamu. Hakmu yang harus mereka jaga, tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak suka dalam bilikmu, dan tidak mengizinkan orang yang kamu tidak suka masuk ke dalam rumahmu. Sedang hak mereka atas kamu, harus bergaul baik pada mereka, terutama dalam memberi pakaian dan makanan. (HR. Attirmidzy).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 273-274.

SUATU LONCATAN KE SURGA ALLAH

Tidak ada satupun perkara yang lebih disegerakan oleh kaum Muslimin selain rnasalah ingin cepat meraih surga. Mereka mengetahui bahwa satu-satunva jalan pintas yang paling cepat menuju surga adalah mati syahid di jalan Allah. Maka mereka pergi berperang tanpa keraguan karena ingin mendapatkan mati syahid setelah berjuang sepenuh tenaga dengan darah mereka dan dengan membunuh sebanyak-banyaknya kaum kafir yang menjadi musuh.
Salah satu contoh dari sikap seperti ini adalah sikap Umair bin Himam yang berangkat ke Perang Badar dengan segala persiapan lahir dan batin. Ketika telah mengeluarkan beberapa biji kurma untuk dimakan, dia mendengar Nabi s.a.w. berpidato menganjurkan orang-orang berperang dan memberi kabar gembira kepada mereka dengan surga. Kemudian, Umair segera membuang kurma dari tangan dan berkata : “Jarak antara aku dengan saat memasuki surga itu adalah ketika aku memerangi kaum musyrik tersebut! Demi Allah, waktu untuk memakan kurma ini sangat panjang!” Dia segera menyerbu ke tengah medan perang sambil bernyanyi :
“Aku akan meloncat ke surga Allah tanpa ada bekal
Kecuali dengan takwa dan amal akhirat
Dan sabar untuk berjihad karena Allah
Sedangkan segala perbekalan akan habis
Kecuali perbekalan takwa, kebaikan, dan kebenaran.”


Umair terus memerangi dan membunuh para musuh Allah sebanyak yang dia mampu sampai Allah mengabulkan harapannya dan menerima doanya untuk meloncat ke surga Allah sebagai syahid.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 243.

Sabtu, 29 Desember 2012

MANDI DAN HUKUM JUNUB (3)

Dari Anas r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : (tentang wanita yang mimpi apa-apa yang dimimpikan oleh laki-laki) sabdanya : “Hendaklah ia mandi”. Muttafaq ‘alaih.
Dan Muslim menambah; Berkata Ummu Salamah : “Apakah suka terjadi begitu?” Nabi bersabda : “Ya, karena dari manakah adanya persamaan?”.

Hadits ini adalah jawaban atas pertanyaan Ummu Sulaim. Mimpi ini ialah mimpi bersetubuh.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 44-45.

PESAN UNTUK WANITA (3)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Jangan membenci seorang mu’min (lelaki) pada mu’minat (perempuan), jika ia tidak suka suatu kelakuannya, pasti ada juga kelakuan lainnya yang memuaskannya. (HR. Muslim).

Jadi jangan keburu menceraikan isteri karena satu, dua kesalahan, harus dipertimbangkan (diperhitungkan) kebaikan dengan kesalahannya, mungkin kalau dalam suatu hal menjengkelkan, dalam lain hal memuaskan. Cerai harus dipergunakan sebagai ikhtiar jika memang benar-benar sudah tidak ada lain jalan.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 272-273.

MANDI DAN HUKUM JUNUB (2)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila laki-laki duduk di antara empat cabang wanita, lalu ia dikerjakan, maka sungguh telah wajib mandi”. Muttafaq alaih.
Dan Muslim menambah : “Walaupun tidak keluar maninya”.

Duduk di antara empat cabang wanita = bersetubuh.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 44.

PENDAPAT ABU BAKAR DAN UMAR

Ia menyerahkan masalah ini ke tangan sahabat-sahabat kaum Muslimin. Diajaknya mereka bermusyawarah dan pilihan terserah kepada mereka. Kalangan Muslimin sendiri melihat tawanan-tawanan ini ternyata masih ingin hidup dan akan bersedia membayar tebusan dengan harga tinggi.
“Lebih baik kita mengirim orang kepada Abu Bakar”, kata mereka. “Dari kerabat kita ia orang Quraisy yang pertama, dan yang paling lembut dan banyak punya rasa belas-kasihan. Kita tidak melihat Muhammad menyukai yang lain lebih dari dia.”
Lalu mereka mengutus orang menemui Abu Bakar.
“Abu Bakar”, kata mereka. “Di antara kita ada yang masih pernah ayah, saudara, paman atau mamak kita serta saudara sepupu kita. Orang yang jauh dari kita pun masih kerabat kita. Bicarakanlah dengan shahabatmu itu supaya bermurah hati kepada kami atau menerima penebusan kami.”
Dalam hal ini Abu Bakar berjanji akan berusaha. Tetapi mereka kuatir Umar ibn’l-Khattab akan mempersulit urusan mereka ini. Maka mereka mengutus beberapa orang lagi kepadanya, dengan menyatakan seperti yang dikatakan kepada Abu Bakar. Tetapi Umar menatap mereka penuh curiga. Kemudian kedua sahahat besar Muhammad ini berangkat menemuinya. Abu Bakar berusaha melunakkan dan meredakan kemarahannya.
“Rasulullah”, katanya. “Demi ayah dan ibuku. Mereka itu masih keluarga kita; ada ayah, ada anak atau paman, ada sepupu atau saudara-saudara. Orang yang jauh dari kita pun masih kerabat kita. Bermurah hatilah kita kepada mereka itu. Semoga Tuhan memberi kemurahan kepada kita. Atau kita terimalah tebusan dari mereka, semoga Tuhan akan menyelamatkan mereka dari api neraka. Maka apa yang kita ambil dari mereka akan memperkuat kaum Muslimin juga. Semoga Allah kelak membalikkan hati mereka.”
Muhammad diam, tidak menjawab. Kemudian ia berdiri dan pergi menyendiri. Oleh Umar ia didekati dan duduk di sebelahnya.
“Rasulullah”, katanya. “Mereka itu musuh-musuh Tuhan. Mendustakan tuan, memerangi tuan dan mengusir tuan. Penggal sajalah leher mereka. Mereka inilah kepala-kepala orang kafir, pemuka-pemuka orang yang sesat. Orang-orang musyrik itu adalah orang-orang yang sudah dihinakan Tuhan.”
Juga Muhammad tidak menjawab.
Sekarang Abu Bakar kembali ke tempat duduknya semula. Begitu lemah-lembut ia bersikap sambil mengharapkan sikap yang lebih lunak. Disebutnya adanya pertalian famili dan kerabat, dan kalau para tawanan itu masih hidup, diharapkannya akan mendapat petunjuk Tuhan. Sedang Umar kembali memperlihatkan sikapnya yang adil dan keras. Baginya lemah-lembut atau kasihan tidak ada.
Selesai Abu Bakar dan Umar bicara, Muhammad berdiri. Ia kembali ke kamarnya. Ia tinggal sejenak di sana. Kemudian ia kembali keluar. Orang ramai segera melibatkan diri dalam persoalan ini. Satu pihak mendukung pendapat Abu Bakar, yang lain memihak kepada Umar. Nabi mengajak mereka berunding, apa yang harus dilakukan. Lalu dibuatnya suatu perumpamaan tentang Abu Bakar dan Umar. Abu Bakar adalah seperti Mikail, diturunkan Tuhan dengan membawa sifat pemaaf kepada hamba-Nya. Dan dari kalangan nabi-nabi seperti Ibrahim. Ia sangat lemah-lembut terhadap masyarakatnya. Oleh masyarakatnya sendiri ia dibawa dan dicampakkan ke dalam api. Tapi tidak lebih, ia hanya berkata : 
“Cih! Kenapa kamu menyembah sesuatu selain, Allah? Tidakkah kamu berakal?” (QS 21 : 67
Atau seperti katanya :
“Yang ikut aku, dia itulah yang di pihakku. Tapi terhadap yang membangkang kepadaku, Engkau Maha Pengampun dan Penyayang.” (QS 14 : 36)
Contohnya lagi di kalangan para nabi seperti Isa tatkala ia berkata :
“Kalaupun mereka Engkau siksa, mereka itu semua hamba-Mu, dan kalau Engkau ampuni, Engkau Mahakuasa dan Bijaksana.” (QS 5 : 118)
Sedang Umar, dalam malaikat contohnya seperti Jibril, diturunkan, membawa kemurkaan dari Tuhan dan bencana terhadap musuh-musuh-Nya. Di lingkungan para nabi ia seperti Nuh tatkala berkata :
“Tuhan, jangan biarkan orang-orang yang ingkar itu punya tempat tinggal di muka bumi ini. “ (QS 71 : 26)
Atau seperti Musa bila ia berkata :
“O Tuhan! Binasakanlah harta-benda mereka itu, dan tutuplah hati mereka. Mereka takkan percaya sebelum siksa yang pedih mereka, rasakan.” (QS 10 : 88)
Kemudian katanya :
“Kamu semua mempunyai tanggungan. Jangan ada yang lolos mereka itu, harus dengan ditebus atau dipenggal lehernya.”
Lalu mereka berunding lagi dengan sesamanya. Di antara mereka itu ada seorang penyair, yaitu Abu ‘Azza ‘Amr bin Abdullah bin ‘Umair al-Jumahi. Melihat adanya pertentangan pendapat itu cepat-cepat ia mau menyelamatkan diri.
“Muhammad”, katanya. “Saya punya lima anak perempuan dan mereka tidak punya apa-apa. Maka sedekahkan sajalah aku ini kepada mereka. Aku berjanji dan memberikan jaminan, bahwa aku tidak akan memerangi kau lagi, juga samasekali aku tidak akan memaki-maki kau lagi.”
Orang ini mendapat jaminan Nabi dan dibebaskan tanpa membagi uang tebusan. Hanya dialah satu-satunya tawanan yang berhasil mendapat jaminan demikian. Tetapi kemudian ia memungkiri janjinya, dan kembali ia setahun kemudian ikut berperang di Uhud. Ia kena tawan lagi lalu terbunuh.
Pihak Muslimin, sesudah lama berunding akhirnya memutuskan, bahwa mereka dapat mengabulkan cara penebusan itu. Dengan dikabulkannya itu ayat ini turun.
“Tidak sepatutnya seorang nabi itu akan mempunyai tawanan-tawanan perang, sebelum ia selesai berjuang di dunia. Kamu menghendaki harta-benda dunia, sedang Allah menghendaki akhirat. Allah Maha Kuasa dan Bijaksana.“ (QS 8 : 67)
-------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 264-267.

Jumat, 28 Desember 2012

PESAN UNTUK WANITA (2)

Abdullah bin Zarn’ah r.a. telah mendengar Nabi s.a.w. sedang berkhutbah, dan menyebut onta mu’jizat Nabi Salih, serta orang yang membunuhnya. Bersabda Nabi s.a.w. : Ketika bangkit orang terkejam. Bangkit seorang algojo yang amat kejam, yang disegani oleh kaumnya. Kemudian melanjutkan khutbahnya, dan menyebut wanita, maka Nabi bersabda : Sengaja salah satu kamu memukul isterinya bagaikan memukul hamba sahayanya, kemudian kemungkinan pada malam harinya disetubuhinya. Kemudian Nabi menasihati mereka karena tertawa dan kentut, sabda Nabi : Mengapakah tertawa salah satu kamu dari kejadian itu? (HR. Buchary dan Muslim).

Rasulullah tidak melarang tertawa dan sesuatu yang layak ditertawakan, sebab tertawa tidak pada tempatnya itu tanda kurang sopan.
-----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 272.

KEUTAMAAN BERSEDEKAH

Sedekah adalah menyisihkan sebagian harta benda yang kita miliki untuk dibagikan kepada orang lain yang membutuhkannya. Siapa saja yang bisa menjalankan sedekah dengan ikhlas akan mendapatkan balasan yang setimpal, bahkan balasan yang didapatkan bisa berkali- kali lipat lebih baik.
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS.Al Baqarah : 267)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendak dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (Al- Baqarah : 261)
“Barangsiapa yang menginfaqkan kelebihan hartanya di jalan Allah SWT maka Allah akan melipatgandakan dengan tujuh ratus (kali lipat). Dan barangsiapa yang berinfaq untuk dirinya dan keluarganya, atau menjenguk orang sakit, atau menyingkirkan duri, maka mendapatkan kebaikan dan kebaikan dengan sepuluh kali lipatnya. Puasa itu tameng selama ia tidak merusaknya. Dan barangsiapa yang Allah uji dengan satu ujian pada fisiknya, maka itu akan menjadi penggugur (dosa-dosanya).“ (HR. Ahmad).
“Tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia yang dilakukan oleh seseorang daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan akan menjadi sedekah.” (HR. Ibnu Majah)
“Janganlah kalian menganggap remeh satu kebaikan pun. Jika ia tidak mendapatkannya, maka hendaklah ia ketika menemui sudaranya, ia menemuinya dengan wajah ramah,, dan jika engkau membeli daging, atau memasak dengan periuk/ kuali, maka perbanyaklah kuah dan berikanlah pada tetanggamu dari padanya.
(HR.Tirmidzi).
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, : “Ketika seorang hamba berada pada waktu pagi, dua malaikat akan turun kepadanya, lalu salah satu berkata, “Ya Allah, berilah pahala kepada orang yang menginfakkan hartanya.” Kemudian malaikat yang satu berkata, : ”Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (Muttafaq ‘alaih).
Dari Abu Umamah r.a., Nabi saw. bersabda, : “Wahai anak Adam, seandainya engkau berikan kelebihan dari hartamu, yang demikian itu lebih baik bagimu. Dan seandainya engkau kikir, yang demikian itu buruk bagimu. Menyimpan sekadar untuk keperluan tidaklah dicela, dan dahulukanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa seseorang telah bertanya kepada Nabi saw., : ”Ya Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?” Rasulullah saw. bersabda, : “Bersedekah pada waktu sehat, takut miskin, dan sedang berangan-angan menjadi orang yang kaya. Janganlah kamu memperlambatnya sehingga maut tiba lalu kamu berkata, : ”Harta untuk Si Fulan sekian, dan untuk Si Fulan sekian, padahal harta itu telah menjadi milik Si Fulan (ahli waris). (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, : “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Allah s.w.t. akan menambah kemuliaan kepada hamba-Nya yang pemaaf. Dan bagi hamba yang tawadhu’ karena Allah swt. Allah swt. akan mengangkat (derajatnya) (HR. Muslim)
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi saw. bersabda, : “Ketika seseorang sedang berada di padang pasir, tiba-tiba ia mendengar suara dari awan, ”Curahkanlah ke kebun Fulan.’ Maka bergeraklah awan itu, kemudian turun sebagai hujan di suatu tanah yang keras berbatuan. Lalu, salah satu tumpukan dari tumpukan bebatuan tersebut menampung seluruh air yang baru saja turun, sehingga air mengalir ke suatu arah. Ternyata, air itu mengalir di sebuah tempat di mana seorang laki-laki berdiri di tengah kebun miliknya sedang meratakan air dengan cangkulnya. Lalu orang tersebut bertanya kepada pemilik kebun, ”Wahai hamba Allah, siapakah namamu?” Ia menyebutkan sebuah nama yang pernah didengar oleh orang yang bertanya tersebut dari balik mendung. Kemudian pemilik kebun itu balik bertanya kepadanya, ”Mengapa engkau menanyakan nama saya?” Orang itu berkata, Saya telah mendengar suara dari balik awan, ”Siramilah tanah Si Fulan,” dan saya mendengar namamu disebut. Apakah sebenarnya amalanmu (sehingga mencapai derajat seperti itu)?’ Pemilik kebun itu berkata, : ”Karena engkau telah menceritakannya, saya pun terpaksa mènerangkan bahwa dari hasil (kebun ini), sepertiga bagian langsung saya sedekahkan di jalan Allah swt., sepertiga bagian lainnya saya gunakan untuk keperluan saya dan keluarga saya, dan sepertiga bagian lainnya saya pergunakan untuk keperluan kebun ini.” (HR. Muslim).
Dari Abu Hurairah r.a., Nabi saw. bersabda, : “Seorang wanita pezina telah diampuni dosanya karena ketika dalam perjalanan, ia melewati seekor anjing yang menengadahkan kepalanya sambil menjulurkan lidahnya hampir mati karena kehausan. Maka, wanita tersebut menanggalkan sepatu kulitnya, lalu mengikatkannya dengan kain kudungnya, kemudian anjing tersebut diberi minum olehnya. Maka dengan perbuatannya tersebut, ia telah diampuni dosanya.” Seseorang bertanya, ”Adakah pahala bagi kita dengan berbuat baik kepada binatang?” Beliau saw. menjawab : “Berbuat baik kepada setiap yang mempunyai hati (nyawa) terdapat pahala.” (Muttafaq alaih)
Bersodaqoh pahalanya sepuluh, memberi hutang (tanpa bunga) pahalanya delapan belas, menghubungkan diri dengan kawan-kawan pahalanya dua puluh dan silaturrahmi (dengan keluarga) pahalanya dua puluh empat. (HR. Al Hakim)
Dari Uqbah bin Harits r.a., ia berkata, : “Saya pernah shalat Ashar di belakang Nabi s.a.w. di Madinah Munawwarah. Setelah salam, beliau berdiri dan berjalan dengan cepat melewati bahu orang-orang, kemudian beliau masuk ke kamar salah seorang istri beliau, sehingga orang-orang terkejut melihat perilaku beliau s.a.w. Ketika Rasulullah saw. keluar, beliau merasakan bahwa orang-orang merasa heran atas perilakunya, lalu beliau bersabda, : ”Aku teringat sekeping emas yang tertinggal di rumahku. Aku tidak suka kalau ajalku tiba nanti, emas tersebut masih ada padaku sehingga menjadi penghalang bagiku ketika aku ditanya pada hari Hisab nanti. Oleh karena itu, aku memerintahkan agar emas itu segera dibagi-bagikan.” (HR.Bukhari).
Allah Tabaraka wata’ala berfirman (di dalam hadist Qudsi) : ”Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu, niscaya Aku memberikan nafkah kepadamu.” (HR. Muslim)
Orang yang mengusahakan bantuan (pertolongan) bagi janda dan orang miskin ibarat berjihad di jalan Allah dan ibarat orang shalat malam. Ia tidak merasa lelah dan ia juga ibarat orang berpuasa yang tidak pernah berbuka.
(HR. Bukhari)
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw, : “Sodaqoh yang bagaimana yang paling besar pahalanya?” Nabi Saw menjawab, : “Saat kamu bersodaqoh hendaklah kamu sehat dan dalam kondisi pelit (mengekang) dan saat kamu takut melarat tetapi mengharap kaya. Jangan ditunda sehingga rohmu di tenggorokan baru kamu berkata untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian.” (HR. Bukhari)
Barangsiapa ingin doanya terkabul dan dibebaskan dari kesulitannya hendaklah dia mengatasi (menyelesaikan) kesulitan orang lain. (HR. Ahmad)
Jauhkan dirimu dar api neraka walaupun hanya dengan (sodaqoh) sebutir kurma. (Mutafaqalaih)
Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersodaqoh dan persiapkan doa untuk menghadapi datangnya bencana.
(HR. Ath-Thabrani)
Tiada seorang bersodaqoh dengan baik kecuali Allah memelihara kelangsungan warisannya. (HR.Ahmad)
Apabila anak Adam wafat putuslah amalnya kecuali tiga hal yaitu sodaqoh jariyah, pengajaran dan penyebaran ilmu yang dimanfaatkannya untuk orang lain, dan anak (baik laki-laki maupun perempuan) yang mendoakannya. (HR. Muslim)
Tiap muslim wajib bersodaqoh. Para sahabat bertanya, : “Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?” Nabi Saw menjawab, : “Bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk kemanfaatan bàgi agamannya lalu bersodaqoh” Mereka bentanya lagi. Bagaimana kalau dia tidak mampu?” Nabi menjawab : “Menolong orang yang membutuhkan yang sedang teraniaya” Mereka bertanya : “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi menjawab : “Menyuruh berbuat maruf.” Mereka bertanya : “Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?” Nabi Saw menjawab, : “Mencegah diri dari berbuat kejahatan itulah sodaqoh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sodaqoh paling afdhol ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi. (HR. Ath-Thabrani dan Abu Dawud)
Barangsiapa diberi Allah harta dan tidak menunaikan zakatnya kelak pada hari kiamat dia akan dibayang-bayangi dengan seekor ular bermata satu di tengah dan punya dua lidah yang melilitnya. Ular itu mencengkeram kedua rahangnya seraya berkata, “Aku hartamu, aku pusaka simpananmu. ” Kemudian nabi s.a.w. membaca firman Allah surat Ali Imran ayat 180 : ”Dan janganlah onang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dan karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah lah segala warisan (yang ada)di langit dan di bumi.” (HR. Bukhari)
Satu dirham memacu dan mendahului seratus ribu dirham. Para sahabat bertanya, “Bagaimana itu?” Nabi Saw menjawab, : “Seorang memiliki (hanya) dua dirham. Dia mengambil satu dirham dan bersodaqoh dengannya, dan seorang lagi memiliki harta-benda yang banyak, dia mengambil seratus ribu dirham untuk disodaqohkannya. (HR.An-Nasaa’i)
Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)
Allah mengkhususkan pemberian kenikmatan-Nya kepada kaum-kaum tertentu untuk kemaslahatan umat manusia. Apabila mereka membelanjakannya (menggunakannya) untuk kepentingan manusia maka Allah akan melestarikannya namun bila tidak, maka Allah akan mencabut kenikmatan itu dan menyerahkannya kepada orang lain. (HR. AthThabrani dan Abu Dawud)
Abu Dzar r.a. berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah Saw berkata, : “Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala, Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi Saw lalu berkata, “Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh, takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh, nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan isteri pun sodaqoh.” Para sahabat lalu bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?” Nabi menjawab, “Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (HR. Muslim)
Tiap-tiap amalan makruf (kebajikan) adalah sodaqoh. Sesungguhnya di antara amalan makruf ialah berjumpa kawan dengan wajah ceria (senyum) dan mengurangi si embermu untuk diisikan ke mangkuk kawanmu. (HR. Ahmad)
Semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita kemudahan untuk melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semoga pula Allah menerima amalan-amalan kita, serta mengampuni dosa-dosa kita semua.
------------------------------------------------------
Buletin ”AITAM”, ypuarrukh.wordpress.com, Edisi 002 Ramadhan 1433/ Juli 2012 M.

MANDI DAN HUKUM JUNUB (1)

Dari Abu Said Al-Khudri r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Air itu dari air”. Diriwayatkan oleh Muslim dan asalnya dari Bukhari.

Wajib mandi bila keluar mani.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 44.

Kamis, 27 Desember 2012

PESAN UNTUK WANITA (1)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Berpesan-pesan baiklah kamu terhadap perempuan, karena wanita itu terjadi dari tulang rusuk yang bengkok, maka kalau kau paksa meluruskannya dengan kekerasan pasti patah, dan jika kau biarkan tentu tetap bengkok, karena itu berpesan-pesan baiklah terhadap wanita itu. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat : Wanita itu bagaikan tulang rusuk yang melengkung, jika kau paksa meluruskannya berarti akan mematahkannya, dan jika kau hanya mencari kepuasan daripadanya berarti mencari kepuasan dan tetap ia bengkok.

Dalam lain riwayat : Wanita itu terjadi dari tulang rusuk, yang tidak dapat tetap pada suatu peraturan, maka kalau hanya bersuka-suka padanya, berarti bersuka-suka dalam bengkoknya, dan jika kau paksa meluruskannya berarti akan mematahkannya. Dan patah itu berarti cerainya. Jadi harus selalu berlaku bijaksana menghadapi wanita itu, supaya dapat menjadi baik.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 271-272.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (10)

Dari Suraqah bin Malik r.a., ia berkata ; “Rasulullah s.a.w. telah mengajar kami tentang buang air besar, supaya kami duduk di atas kaki kiri dan menegakkan kaki kanan”. Dikeluarkan oleh Baihaqi dengan sanad yang lemah.

Al-Hazimi berkata : “Pada sanadnya ada orang yang kami tidak kenal”.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 42-43.

TAWANAN-TAWANAN BADAR

Kaum Muslimin memasuki Medinah sehari sebelum tawanan-tawanan perang sampai. Setelah mereka dibawa dan Sauda binti Zam’a istri Nabi baru saja pulang melawati Minaha (harfiah berarti tempat wanita-wanita menangisi mayat) orang mati pada kabilah Banu ‘Afra’, tempat asalnya, dilihatnya Abu Yazid Suhail bin ‘Amr, salah seorang tawanan, yang kedua belah tangannya diikat dengan tali ke tengkuk, ia tak dapat menahan diri. Dihampirinya orang itu seraya katanya :
“Oh Abu Yazid! Kamu sudah menyerahkan diri. Lebih baik mati sajalah dengan terhormat!”

“Sauda!” Muhammad memanggilnya dari dalam rumah. “Kau membangkitkan semangatnya melawan Allah dan Rasul-Nya!”
Rasulullah”, katanya. “Demi Allah yang telah mengutusmu dan segala kehenaran. Saya sudah tak dapat menahan diri ketika melihat Abu Yazid dengan tangannya terikat di tengkuk, sehingga saya berkata begitu.”
Sesudah itu kemudian Muhammad memisah-misahkan para tamu, itu di antara sahabat-sahabatnya, sambil nerkata kepada mereka :
“Perlakukanlah mereka sebaik-baiknya.”

Hal ini kemudian menjadi pikiran baginya, apa yang harus dilakukannya terhadap mereka itu. Dibunuh saja atau harus meminta tebusan dari mereka? Mereka itu orang-orang yang keras dalam perang, orang yang kuat bertempur. Hati mereka penuh rasa dengki dan dendam setelah mereka mengalami kehancuran di Badr, serta akihatnya yang tcl:ili membawa keaiban sebagai tawanan perang. Apabila ía mau menerima tebusan, ini berarti mereka akan berkomplot dan akan kembali memeranginya lagi; kalau dibunuh saja mereka itu, akan menimbulkan sesuatu dalam hati keluarga-keluarga Quraisy, yang bila dapat ditebus barangkali akan jadi tenang.
-----------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 263-264.

Rabu, 26 Desember 2012

BERBELAS KASIH (9)

Mush’ab bin Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. berkata : Sa’ad merasa seolah-olah dirinya lebih afdhol (utama) dari orang-orang yang di bawahnya, mendadak Nabi bersabda : Tiadalah kamu mencapai kemenangan dan rizqi, hanya semata-mata karena bantuan orang-orang rendahan dari kamu (atau orang lemah). (HR. Buchary dan Muslim)

Abud-Darda’ (Uwaimir) r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Carilah untukku orang-orang yang rendah / lemah, karena kamu mendapat kemenangan dan rizqi, hanya semata-mata karena bantuan orang rendahan dan lemah dlo’if itu. (HR. Abu Dawud).

Usaha perjuangan yang kuat dengan tenaga, dan orang lemah dengan do’a keduanya dinilai bersama oleh Allah, bahkan kemungkinan keikhlasan dari do’a si lemah lebih memberkati usaha kekuatan yang kuat.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 269.

MASJID BESAR AL-HIDAYAH Candikuning - Bedugul - Bali

Masjid Besar Al-Hidayah Candikuning Bedugul

MASJID BESAR AL-HIDAYAH
Candikuning - Bedugul - Baturiti
Kabupaten Tabanan 82191
BALI

Masjid ini terus dalam pembenahan fisik, keberadaanya tidak jauh dari obyek wisata Pura Ulun Danu Bratan Bedugul Tabanan Bali dan sangat terlihat jelas. Untuk info Masjid-Masjid di Bali bisa di klik Jalan-jalan Bali . Selamat menikmati indahnya Bali tanpa harus lupa sholat, dan tetap mohon sama ALLAH agar tetap diikatkan dengan masjid meski di pulau ini Islam bukan mayoritas.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (9)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bersucilah daripada buang air kecil, karena umumnya siksa kubur itu dari padanya”. Diriwayatkan oleh Darukutni.

Dan diriwayatkan oleh Hakim; “Karena kebanyakan siksa kubur itu dari buang air kecil”. Dan sanadnya shahih.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 42.

Selasa, 25 Desember 2012

IMAM AHMAD BIN HANBAL

KELAHIRANNYA
Imam Hanbal dilahirkan di Baghdad, pada tahun 162 H. Ayahnya meninggal, beliau masih kecil. Berasal dari Marwin negeri Khurasan (Parsi). Karenanya beliau besar dalam haribaan bundanya sebagai anak yatim.
Namanya Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, keturunan Nizar. Jadi seketurunan dengan Rasulullah s.a.w.

PENDIDIKANNYA
Mula-mulanya Imam Hanbal belajar Hadits di Baghdad, kemudian merantau ke beberapa negeri.
Berkata Abubakar Almarwazi : Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata kepadaku: Dulu waktu saya masih kecil, saya belajar mengaji di surau-surau, kemudian saya sering pergi ke Kantor-kantor. Waktu itu saya baru berumur 14 tahun.
Sejak itu Imam Ahmad pergi ke Kufah, Basrah Makkah, Madinah, Yaman dan Sirya.
Imam Hanbal tidak ada jemunya menambah ilmu pengetahuan sampai hari tua. Kemana pergi, Imam Hanbal selalu membawa tinta.
Ada orang bertanya padanya : “Kenapa Guru masih membawa-bawa tinta saja, padahal tuan sudah mencapai kedudukan yang begitu tinggi, sebagai seorang Imam besar ?“
- “Dengan tinta sampai saya mati”.
Dengan perkataan lain beliau berkata : “Saya akan terus belajar sampai ke liang-kubur?’ sesuai dengan Nabi : ”Tuntunlah ilmu mulai dari ayunan sampai keliang-kuburan.”

Demikianlah uletnya Imam Hanbal dalam menambah pengetahuan, tidak kenal jemu, tidak terpengaruh oleh pencarian dan tidak mau berumah-tangga sampai berrusia 40 tahun. Beliau pandai dalam segala ilmu pengetahuan lama dan pendapat baru.

BANYAK HAPAL TENTANG HADITS
Abu Zur’ah pernah menceritakan bahwa, Imam Ahmad bin Hanbal telah hapal Hadits sebanyak 1.000.000 buah.
Ada orang bertanya kepadanya : “Darimana kau tahu itu ?“
Abu Zur’ah : “Saya sering membicarakan tentang Hadits bersama beliau dan banyak pula yang saya kutip meliputi beberapa bab dari beliau”.
Ada lagi orang bertanya kepada Abu Zur’ah : “Siapa yang paling banyak hapalan tentang Hadits?”
- “Ahmad bin Hanbal, jika sekarang Hadits-haditsya itu dibukukan, mungkin sampai 12 muatan unta.

BERKELANA UNTUK MENGAMBIL SATU HADITS
Ada berita, bahwa di suatu negeri nun-jauh di sana, ada seorang ahli Hadits dan suka sekali mengajarkan kepada siapa saja yang mau.
Mendengar berita itu, Imam Ahmad sangat gembira Beliau bermaksud hendak pergi ke tempat orang tersebut. Setelah sampai, didapatnya orang itu sedang menberi makan seekor anjing. Imam Ahmad memberi salam kepadanya. Orang itu menjawab, tetapi tamunya (Imam Ahmad) tidak diacuhkannya, ia terus saja memberi makan anjing itu. Tentu saja Imam Ahmad merasa jengkel. Karena beliau datang dari jauh, tetapi tidak diacuhkan.
Setelah selesai memberi makan anjing, orang itu baru menemui Imam Ahmad, seraya katanya : “Ma’af, rnungkin engkau merasa jengkel, berhubung saya terus mengurus anjing”.
- “Benar”. Jawab Imam Ahmad dengan pendek terus terang.
+ “Begini, saya dengar dari Abu Zannad, dari ‘Araj dan Abi Hurairah, bahwa Nabi bersabda :
(Barangsiapa memutuskan harapan orang yang sedang mengharapkan orang yang sedang mengharapkan bantuan kelak di hari Qiamat Allah akan memutuskan harapannya dan orang itu tidak akan masuk Syurga).
“Dan di negeri kami ini tidak ada anjing, sambung orang tua, baru sekarang ada anjing yang datang kemari. Maaf saya tidak buru-buru menemui Tuan, karena saya takut mengecewakan harapan anjing itu.
- “Terima kasih. Cukuplah sudah satu Hadits itu saya bawa pulang”.
Kemudian beliau minta izin pulang.

PENGHARGAAN ORANG TERHADAP IMAM HANBAL
a. Dari para Guru-gurunya :
Kata Ahmad bin Syeban :
Saya belum pernah melihat Guru kami menghormati seseorang, lebih daripada kepada Ahmad bin Hanbal. Beliau biasa mempersilakannya duduk di sisinya. Sekali Ahmad bin Hanbal pernah sakit. Guru kami itu sengaja memerlukan datang menegoknya.

b. Dari teman-teman sejawatnya :
Imam Muhammad bin Idris Assyafi’i pernah berkata :
Waktu saya meninggalkan Bagdad, di antara teman-teman tidak ada yang lebih taqwa, lebih suci, lebih nengerti dan lebih alim daripada Imam Ahmad bin Hanbal”.
Ali bin Mudainy berkata : “Tuhan telah meninggikan derajat Agama kita ini, karena jasanya dua orang besar, tidak ada yang ketiganya lagi, yaitu : Abubar Asshiddiq menindas pemberontakan kaum Riddah yang menyeleweng dari Agama, dan kedua Ahmad Hanbal waktu menghadapi ujian berat”.
Dalam mempertahankan pendapat bahwa Qur’an itu Qadim dan bukan baru.

c. Dari para murid-murid :
Abu Daud Assajsataniy :
“Saya pernah belajar kepada ± dua ratus orang guru, tetapi belum pernah saya bertemu dengan seorang Guru seperti Imam Ahmad bin Hanbal, beliau kalau berbicara hanya yang mengenai ilmu pengetahuan saya”
Abdulwahhab Alwarraq :
“Saya belum pernah melihat seorang Guru seperti Imam Ahmad bin Hanbal. Teman-temannya yang lain bertanya kepadanya : Apa kelebihannya dari Guru-guru yang lain? Beliau pernah ditanya enam puluh ribu masalah banyaknya : semuanya di jawabnya dengan :  Menurut riwayat Anu, dari si Anu”.

ZUHUDNYA
Imam Hanbal seorang yang tidak mau terpengaruh oleh keduniaan. Kata Sulaiman bin Asyats : Saya belum pernah mendengar Imam Ahmad bin Hanbal membicarakan tentang keduniaan/ kekayaan. Jika lapar beliau ambil sepotong roti, lalu dicelupkan ke dalam air, lalu di makannya dengan garam.
Kadang-kadang orang rumah memasakkan sayur dicampur adas dan gajih. Biasanya lauk pauknya it hanya cuka saja.
Kata Shalih anak Imam Ahmad :
Ayahku pernah berkata ; “Di kala harga barang-barang membubung, ibumu itu biasa menjual kain tenun buatannya sendiri dengan harga 2 Dirham. Dan hasil penjualannya itulah untuk belanja kita zaherí-hari”.
Kata ‘Ali Almadiniy : “Sekali aku pamitan kepada Imam Ahmad. Aku minta nasehat kepadanyá. Katanyà: “Hendaklah engkau membawa bekal Taqwa dan hendaklah yang menjadi citamu yaitu .keakheratan”. Kata anak Imam Ahmad yang bernama ‘Abdullah :  “Pa, saya minta wasiat”. Katanya: “Nak, berbuatlah yang baik, engkau akan tetap baik selama berniat.

TIDAK INGIN KEDUDUKAN
Ibrahim Almuzniy :
Imam Syafi’i pernah menceritakan : Waktu saya menghadap kepada Baginda Harun Arrasyid, sesudah pembicaraan panjang lebar, saya pernah menyarankan kepadanya, bahwa saya memerlukan tenaga seorang hakim. Baginda menyuruh supaya saya mencari orang yang patut memangku jabatan itu dari teman-teman saya sendiri.
Setelah aku pulang datanglah Imam Ahmad. Kataku adanya : “Saya baru habis berunding dengan Amirul mu’minin tentang jabatan hakim untuk negeri Yaman, saya disuruh mencarinya, kebetulan engkau datang, nah marilah kita pergi kepada Baginda, beliau menetapkan jabatan itu kepadamu”
“Saya datang kepadamu”, jawab Imam Ahmad, “bukan untuk urusan jabatan hakim, tetapi saya ingin menerima pelajaran daripadamu”.
Mendengar penolakan Imam Ahmad itu, Imam Syafi’i sangat merasa malu.

MERENDAHKAN DIRI
Shalih :
Sekali-sekali ayahku suka pergi dari rumah dengan membawa kapak untuk mengerjakan sesuatu. Sekali-sekali beliau pergi ke kedai sayuran, beliau membeli apa-apa, lalu dibawanya sendiri.
Ada orang mengucapkan terima-kasih kepada Imam Ahmad dengan ucapan : “Semoga Allah membalas kepadamu, atas jasamu terhadap Agama Islam”. “Tidak, bukan begitu, tetapi : Semoga Allah menjayakan Agama Islam yang telah berjasa kepadaku Lalu sambungnya pula: “Siapa gerangan aku ini”.

BELAS-KASIHAN KEPADA FAKIR MISKIN
Abubakar Marwazi :
Imam Hanbal adalah séorãng yang sangat cinta terhadap fakir miskin. Belum pernah saya melihat orang yang begitu memperhatikan kepada fakir-miskin selain Imam Ahmad.
Sekali waktu beliau membicarakan hal-ihwal seorang miskin yang sedang sakit. Beliau menyuruh aku pergi menengoknya dan menanyakan apa keinginannya, supaya dilaksanakan. “Dan bawalah, berikan kepadanya”. Katanya sambil menyodorkan sebotol minyak wangi.

TAKUT KEPADA ALLAH
Almarwaziy :
Saya dengar Imam Ahmad berkata : “Aku takut kepada Allah itulah yang mencegah saya makan minum yang enak-enak. Karenanya saya tidak ada nafsu sama-sekali”.
Suatu hari saya berkunjung ke rumah Imam Ahmad, seraya saya mengucapkan salam selamat pagi dan apa kabar, jawabnya : “Biasa saja seperti orang yang selalu dituntut oleh Tuhan dengan kewajiban Fardhu, yang selalu dituntut oleh Nabi untuk mengerjakan sunnahnya, yang selalu dituntut oleh Malaikat Raqib/Atid amal perbuatan baik, sebagaimana dikehendaki oleh hatinya sendiri, sebagaimana dikehendaki oleh Syeitan supaya berbuat keji, sebagaimana dituntut oleh Malakalmaut untuk dicabut nyawanya dan sebagaimana dituntut oleh anak isterinya minta belanja”.

IBADAHNYA
‘Abdullah anak Imam Ahmad, pernah menceritakan :
“Ayahku biasa sholat dalam sehari semalam 300 raka’at. Waktu beliau sakit, rupanya tidak mampu mengerjakan sebanyak itu, hanya 150 raka’at saja. Waktu itu beliau sudah mencapai usia 80 tahun. Setiap harinya beliau membaca sepertujuh Qur’an. Jadi khatam dalam seminggu sekali. Sesudah sholat ‘Isya’, beliau terus tidur sebentar, kemudian bangun lagi untuk sholat dan berdo’a sampai pagi”.

KEBERSIHANNYA
Abdulmalik Maimuniy :
“Saya belum pernah melihat orang yang paling bersih, yang selalu dipelihara kumisnya, rambutnya dan bajunya yang putih bersih seperti Imam Ahmad bin Hanbal.

RAMAH TAMAH
Abubakar Marwaziy :
Imam Ahmad adalah orang yang ramah-tamah, casi-sayang terhadap fakir-miskin; agak jauh dengan orang-orang yang mewah. Sopan dan santun, di mana tempat yang kosong di situlah beliau duduk. Selalu manis mukanya. Tidak pernah memberengut atau berkata kasar. Beliau suka karena Allah dan benci karena Allah. Cinta kepada sesama sebagaimana cinta kepada diri sendiri. Apa yang tidak disukai untuk dirinya, demikian juga beliau tidak suka untuk orang lain. Jika ada orang berbuat yang tidak disukainya, beljau marah karena Allah semata-mata, terutama jika mengenai pelanggaran terhadap hukum-hukum Agama, beliau amat marah, merah-padam mukanya, seakan-akan bukan beliau lagi rupanya. Dalam hal itu beliau tidak perduli dan tidak takut kepada siapapun juga.

PENGHIDUPANNYA
Imam Ahmad bin Hanbal hanya menerima pusaka dari ayahnya, sebidang tanah berikut rumah tempat tinggalnya dan sebuah baju bersulam, baju mana beliau sewakan, untuk perbelanjaan sehari-hari. Tanah sekeliling rumahnya itu ditanaminya sendiri dan tiap-tiap tàhun dikeluarkan zakatnya.
Demikianlah keterangan dari Imam Ahmad sendiri. Dalam perjalanan ke Yaman akan belajar, di tengah jalan beliau kehabisan bekal, teman-temannya akan memberi bantuan kepadanya, tetapi beliau lebih suka menjual tenaganya, bekerja sebagai pembantu dalam kafilah, sampai tiba di Shan’a.
Kata Abdurrazzaq : Dua tahun lamanya, Imam Ahmad tinggal di Shan’a. Suatu waktu aku pernah memberi bantuan kepadanya, kataku : “Ini ambillah, dan belanjakanlah untuk keperluan sehari-hari, sebab tanah saya tidak dapat ditanami dan tidak ada menghasilkan apa-apa”.
‘Tidak, saya masih bisa mencari”. Demikian beliau menolak bantuan itu.

KEMURAHANNYA
Kata Abu Sa’id kepada ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal :
Saya pernah datang kepada bapakmu, dengan maksud barangkali saja beliau ada memberi apa-apa kepadaku. Beliau berjanji akan memberi apa-apa setengahnya. Suatu hari aku datang lagi. Lama aku duduk di rumahnya. Baru beliau keluar dengan membawa empat potong roti. Sambil memberikan roti itu kepadaku, beliau berkata :
“Hanya inilah yang ada padaku, ambillah !“
“Empat potong roti ini, lebih berharga buat saya daripada empat ribu Dirham dari orang lain”, sahutku.
Yahya bin Hilal :
“Sekali aku datang kepada Imam Ahmad bin Hanbal, aku diberinya uang 4 Dirham, seraya katanya :
“Hanya inilah yang ada padaku”
Harun Mustamli :
“Pernah saya berjumpa dengan Imam Ahmad bin Hanbal. Saya berkata kepadanya : “Saya tidak punya, apa-apa”
Beliau memberi uang pada saya 5 Dirham, katanya :
‘Hanya sebeginilah uang saya itu”

MEMBALAS BUDI
Ada orang memberi air Zamzam kepada Imam Hanbal, oleh beliau dikirimnya tepung gandum dan gula. Abubakar Marwazy pernah disuruh membeli sesuatu seharga 5 Dirham, untuk hadiah kepada seseorang yang pernah memberi apa-apa kepada anaknya, Sa’id Ada orang mengirim anggur dan buah kepada beliau seharga tiga dirham, lalu disuruhnya anaknya membeli gula 10 Dirham dan kurma 7 Dirham, disuruhnya antarkan kepada orang tadi.

UJIAN BERAT
Dalam Pemerintahan Khalifah Ma’mun, kaum Mu’tazilah dapat mempengaruhi Pemerintahan. Mereka memegang peranan penting. Khalifah Al-Ma’mun telah sefaham dengan mereka, bahwa Kitab Qur’an itu adalah ciptaan (makhluq). Faham ini harus menjadi faham rakyat. Tetapi Imam Hanbal dan kawan-kawan menentangnya. Mereka yang menentang disiksa dan dicambuk. Maimun bin Ashbagh telah menceritakan peristiwa tersebut :
Rakyat gempar. Ada apa ini? Imam Ahmad bin Hanbal akan dihadapkan di muka Baginda, untuk diuji. Segera aku datang ke istana. Aku masuk melalui pengawal. Setelah sampai di balairung, ku lihat pedang-pedang sudah dihunuskah, tombak-tombak sudah dihunjamkan; anak-anak panah sudah dipasang, cambuk-cambuk sudah disediakan; semua alat penyiksa, senjata pembunuh lengkap sudah siap sedia.
Aku dikenakan orang memakai baju luar hitam dan ikat pinggang berikut pedangnya. Aku duduk tidak jauh dari tempat pemeriksaan di mana pemeriksaan dapat kudengar dengan jelas.
Datanglah Baginda Amirul Mu’minin. Beliau duduk di atas kursi singgasananya. Tidak lama kemudian Imam Ahmadpun dihadapkan. Maka mulailah Baginda memeriksa :
“Demi keturunanku sebagai anak cucu Rasulullah s.a.w. engkau hai Abu ‘Abdillah, apakah mau jika aku cambuk, atau maukah mengakui sebagaimana pendapatku ?“
Imam Hanbal tetap dalam pendiriannya, tidak mau mengakui. Maka Baginda menoleh kepada algojo, seraya perintahnya :
“Ayo bawalah dia, cambuk. biar mampus !”
Lalu Imam Ahmad dibawanya ke tempat penyiksaan. Dicambuknya satu kali, diterima oleh Imam Ahmad dengan ucapan (Bismillah).
Pada pukulan kedua kali, beliau mengucap: (La haula wala quwwata illa billah).
Pada pukulan ketiga kalinya, beliau menyatakan :
(Memang betul, Qur’an firman Tuhan, bukan barang makhluq)
Pada pukulan keempat kalinya, beliau mengucap :
(Qul lan yushibana illa ma kataballahu lana).
Katakanlah tidak bisa akan menimpa kita, kecuali jika memang sudah ditakdirkan Allah).
Demikianlah Imam Ahmad didera terus-memerus sampai dua puluh tujuh kali. Dalam pada itu tali celananya putus. Celanapun merosot ke bawah. Imam Ahmad menengadah ke langit, bibirnya berkumat-kamit entah apa yang dibacanya. Aneh ...... itu celananya lantas naik lagi sampai pinggang dan menjadi erat dengan sendirinya.
Tujuh hari sesudah peristiwa itu, aku datang mengunjungi Imam Ahmad dalam tempat tahanannya Saya tanyakan kepadanya :
“Apa yang kau baca waktu didera itu sehingga celanamu menutup lagi dengan sendirinya ?““Ku baca” (Allahumma, inni asluka bismikalladzi malaat bihil ‘Arsy )
Ya Tuhan, aku mohon déngan nama-Mu, nama-Mu yang meliputi seluruh jagat ‘Arsy. Engkau tahu kalau memang aku ini benar, aku mohon supaya ditutup kembali auratku ini”.

SETIA KAWAN
Kata Abu Ja’far al Anbaniy :
Ketika saya mendapat kabar bahwa Imam Ahmad akan dihadapkan di muka Baginda Alma’mun, segera saya menyeberangi sungai Efrat (Furat). Aku jumpai beliau dalam tempat tahanannya ; setelah aku memberi salam, beliau menegor, katanya :
“Saya kira Saudara cape bukan ?“
“Tidak sahutku. Lalu aku beramanat kepadanya, kataku :
“Saudara, Engkau sekarang sèbagai pemimpin ummat, rakyat dibelakangmu akan mengikuti jejak langkahmu. Jika engkau mengakui bahwa Qur’an itu ciptaan, rakyatpun akan berkata demikian juga, tetapi jika engkau tetap dalam pendirianmu, tidak mau mengakui, rakyatpun akan patuh mengikuti katamu itu. Sekalipun engkau tidak mati dibunuh, namun suatu waktu engkau akan mati juga. Karenanya hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah, agar tetap dalam pendirianmu, jangan mau mengakui samasekali”.
Demi mendengar amanat dan Imam Abu Ja’far itu, berlinang air mata Imam Ahmad, dan katanya :
“Masya Allah — Segala-galanya menurut bagaimana kehendak Allah jua”.
“Maukah kau berjanji setia kepadaku?”“Aku berjanji demikian”
“Masya Allah, Masya Allah”
Kata Ahmad bin Khassan
Waktu aku bersama Imam Ahmad bin Hanbal dihadapkan di muka Baginda Alma’mum, kami berdua disambut oleh seseorang pegawai istana, dengan cucuran air mata. Orang itu menyatakan duka citanya sambil menyapu air matanya, katanya :
“Tuan, pilu rasa hatiku melihat peristiwa yang menimpa diri tuan berdua”
Dalam pada itu Amirul Mu’minin telah menghunus pedangnya. Kulit penadah darahpun sudah dihamparkan. Lalu katanya :
“Demi keturunanku, sebagai anak cucu Rasulullah s.a.w. tidak akan kumasukkan pedang ini ke dalam sarungnya, jika kamu berdua tetap tidak mau mengakui, bahwa Qur’an itu barang ciptaan”
Imam Ahmad lantas berlutut, sambil menengadah ke langit dan berdo’a.
Haripun malamlah. Tiba-tiba suasana menjadi gempar, hiruk-pikuk suara tañgis di dalam Istana. Apa yang terjadi?
Sesosok tubuh manusia datang berlari-lani mengabarkan kepada kami, katanya :
“Benar Tuan, benar ucapan tuan tadi, bahwa Qur’an benar-benar firman Allah, bukan barang ciptaan. Tuan-tuan dengar? Amirul Mu’minin sudah meninggal, barusan tadi ini”.

PEMBEBASAN
Kata Ibn ‘Iyadh :
Hampir dua tahun setengah Imam Hanbal meringkuk dalam penjara, didera dan disiksa sampai pingsan, ditusuk-tusuk dengan ujung pedang, dilemparkan dan diinjak-injak.
Demikianlah penanggungan Imam Hanbal yang dideritanya sampai zaman Khalifah Mu’tashim. Kemudian digantikan olel Khalifah Watsiq. Bahkan pada masa Khalifah Watsiq, lebih berat lagi penderitaan Imam Hanbal. Karenanya beliau melarikan diri, bersembunyi-sembunyi, sampai Khalifah Watsiq meninggal.
Setelah pemerintahan dipegang oleh Khalifah Mutawakkil, beliau dibebaskan, dihormat dan dijunjung tinggi. Oleh Khalifah dimaklumkan bahwa semua rakyat harus kembali kepada Sunnah Nabi sebagaimana semula, dan bahwa Qur’an tetap firman Allah, bukan ciptaan. Imam Ahmad bin Hanbal dibebaskan.
Terhadap kaum Mu’tazilah akan diambil tindakan keras yang setimpal. Waktu Imam Ahmad berkunjüng ke Istana, Khalifah Mutawakkil berkata kepada bundanya : “Bunda, orang inilah yang telah menyemarakkan Negara kita”.
Oleh Khalifah, Imam Hanbal dikenakan baju kebesaran nan indah cemerlang. Berlinang airmata Imam Hanbal. Bukan senang, bukan gembira, menerima hadiah anugerah seindah itu, tetapi bertambahlah susah dan gelisah hatinya, sebagaimana beliau nyatakan :
“Terhindar dari malapetaka sengsara, kini aku terjerumus dalam kemewahan hidup yang menggelisahkan hatiku”.
Setelah pulang, pakaian kebesaran itu ditinggalkan dan dicampakkánnya.

W A F A T
Sembilan hari sudah Imam Hanbal gering, berbaring di atas tempat tidurnya. Sakitnya semakin hari, semakin keras. Banyak rakyat datang menengok, berduyun-duyun sehingga di rumah di jalan-jalan penuh sesak, orang berjejal, sehingga rumahnya perlu dijaga oleh Polisi Keamanan.
Pada hari Jum’ah, bulan Rabi’ulawal, tahun 241 H. arwah beliau membubung ke langit, pulang ke hadhirat Tuhan.

PERKEMBANGAN MADZHAB HANBALI
Sebagaimana tumbuhnya, maka Madzhab Hanbali ini, mulai berkembang di Baghdad; dan sana mengembang ke tanah Siriya, terus ke Irak, Mesir dan Hejaz. Madzhab jut tidak begitu banyak penganutnyà.
----------------------------------------------------------------
Empat Besar Sahabat-sahabat Rasulullah dan Imam Madzhab, M. Said, Penerbit PT. Alma’arif Bandung, cetakan ke-IV, halaman 112-128

BERBELAS KASIH (8)

Abu Syuraih (Chuwailid) bin Amru Alchuza’iy r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : ALLAHUMMA INNI UHARRIJU HAQQODL-DLO’IFAINI AL-YATIMI WAL-MAR’ATI. Ya Allah saya menganggap dosa dan berat bagi siapa yang mengabaikan hak anak yatim dan orang perempuan. (HR. Annasa’i).
--------------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 268-269.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (8)

Dari Ibnu Mas’ud r.a, ia berkata ; Nabi s.a.w. datang ke tempat buang air, dan beliau menyuruh saya membawakan untuknya tiga buah batu, dan saya dapatkan dua buah batu dan tidak dapatkan yang satu lagi, lalu saya bawakan untuknya tahi unta yang kering. Maka beliau mengambil dua buah batu dan membuang tahi unta, dan bersabda : “Ini adalah kotor atau jijik”. Dikeluarkan oleh Bukhary, dan ditambah oleh Ahmad dan Darukutny: “Bawakanlah untukku yang lainnya”.

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata ; Bahwasanya Rasulullah s.a.w. telah melarang beristinja’ dengan tulang atau tahi binatang, sabdanya : “Kedua barang itu tidak mensucikan”.
Dikeluarkan oleh Darukutny dan ia mengesahkannya
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 41-42.

BERITA KEMENANGAN DI MEDINAH

Sehari sebelum Nabi dan Muslimin sampai di Medinah, kedua utusannya Zaid bin Haritha dan Abdullah bin Rawaha sudah lebih dulu sampai. Mereka masing-masing memasuki kota dari jurusan yang berlain lainan. Dari atas unta yang dikendarainya itu Abdullah mengumumkan dan memberikan kabar gembira kepada Anshar tentang kemenangan Rasulullah dan sahabat-sahahat, sambil menyebutkan siapa-siapa dan pihak musyrik yang terbunuh. Begitu juga Zaid bin Haritha melakukan hal yang sama sambil ia menunggu Al-Qashwa’, unta kendaraan Nabi Kaum Muslimin bergembira ria. Mereka berkumpul, dan mereka yang masih berada dalam rumah pun keluar beramai-ramai dan berangkat menyambut berita kemenangan besar ini.

ORANG-ORANG YAHUDI DAN ORANG-ORANG MUSYRIK DI MEDINAH
Sebaliknya orang-orang musyrik dan orang-orang Yahudi merasa terpukul sekali dengan berita itu. Mereka berusaha akan meyakinkan diri mereka sendiri dan meyakinkan orang-orang Islam yang tinggal di Medinah, bahwa berita itu tidak benar.
“Muhammad sudah terbunuh dan teman-temannya sudah ditaklukkan”, teriak mereka. “Ini untanya seperti sudah sama-sama kita kenal. Kalau dia yang menang, niscaya unta ini masih di sana. Apa yang dikatakan Zaid hanya mengigau saja dia, karena sudah gugup dan ketakutan.”
Tetapi pihak Muslimin setelah mendapat kepastian benar dari kedua utusan itu dan yakin sekali akan kebenaran berita itu, sebenarnya mereka malah makin gembira, kalau tidak lalu terjadi suatu peristiwa yang mengurangi rasa kegembiraan mereka itu, yakni peristiwa kematian Ruqayya putri Nabi. Tatkala ditinggalkan pergi ke Badar ia dalam keadaan sakit, dan suaminya, Usman bin ‘Affan, juga ditinggalkan supaya merawatnya.
Apabila kemudian ternyata bahwa Muhammad yang menang, mereka merasa sangat terkejut. Posisi mereka terhadap Muslimin jadi lebih rendah dan hina sekali, sampai-sampai ada salah seorang pembesar Yahudi yang mengatakan :
“Bagi kita sekarang lehih baik berkalang tanah daripada tinggal di atas bumi ini sesudah kaum bangsawan, pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka Arab serta penduduk tanah suci itu mendapat bencana.”
---------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 262-263.

Senin, 24 Desember 2012

BERBELAS KASIH (7)

Anas r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a,w. : Siapa yang mengasuh dua anak gadisnya dengan sempurna sehingga dewasa, maka saya dengan ia pada hari Qiyamat bagaikan dua jari ini. (HR. Muslim).

‘Aisjah r.a. berkata : Datang ke runahku seorang perempuan peminta-mint.a dengan kedua putrinya, maka tiada yang dapat saya berikan padanya selain sebiji kurma, maka saya berikan padanya, lalu dibagikan kurma itu kepada kedua anaknya, dan ia tidak makan apa-apa, kemudian keluar. Kemudian datang Nabi s.a.w. dan saya beritahu tentang hal itu, maka bersabda Nabi s.a.w. : Siapa yang diuji oleh Allah dengan anak-anak perempuan itu lalu dapat mengasuh dan mendidik sebaik-baiknya, maka akan menjadi dinding baginya dari api neraka. (HR. Buchary dan Muslim).

‘Aisjah r.a. berkata : Datang kerumahku seorang perempuan miskin dengan kedua putrinya, maka saya berikan padanya tiga biji kurma, maka diberikannya yang dua kepada masing-masing anaknya, kemudian ketika ia akan makan kurma yang satu, mendadak diminta oleh kedua putrinya itu, maka dibelahnya dua, dan diberikan kepada kedua anaknya, sayapun merasa kagum melihat belas kasih ibu kepada anaknya itu, sehingga saya ceriterakan kejadian itu pada Nabi s.a.w. Maka sabda Nabi : Sesungguhnya Allah telah menentukan baginya sorga, atau Allah telah memerdekakannya dari api neraka. dengan sebab kedua anak itu. (HR. Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 267-268.

MEREKA LEBIH MENGUTAMAKAN TEMANNYA DARIPADA DIRINYA

Pada hari terjadinya pertempuran Yarmuk, Hudzafah al-Adaqi berangkat ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk antara kaum Muslimin melawan kaum musyrikin untuk memenuhi panggilan anak pamannya (saudara sepupu) yang telah mengutus seseorang untuk memanggilnya setelah dia tergeletak dalam keadaan luka parah. Kemudian Hudzafah membawa air secukupnya, karena yang paling utama dibutuhkan oleh seorang pejuang yang terluka adalah air untuk membasahi kerongkongan dan melembabkan lidahnya, serta untuk mengurangi rasa panasnya.
Hudzafah mulai mencari saudara sepupunya itu. Setelah bertemu, dia melihat bahwa darah sudah mengaliri tubuhnya dengan luka yang sangat parah. Akan tetapi, senyum masih terlihat dari wajah pejuang yang sudah terluka tersebut. Kemudiai dia bertanya tentang teman-temannya yang lain. Apa hasil peperangan itu? Apakah Allah telah menurunkan pertolongan-Nya ataukah mereka masih dalam keadaan berperang? Kemudian Hudzafah bertanya tentang musuh yang dihadapinya. Dia menjawab bahwa musuh telah diserang dan kemungkinan besar di telah mati karena dia lari dalam keadaan terluka, Teriakan takbir dan tahlil membuat mereka gentar dan takut.
Keadaan sepupu Hudzafah memburuk. Kemudian Hudzaifah mengambil kantong air dan membasahi bibir saudara sepupunya itu serta meminumkan sedikit air. Saudara sepupunya itu terlihat sangat gembira karena mendapat air. Akan tetapi, ketika dia hendak meminum air tersebut, dia berpaling dan mendorong air tersebut karena mendengar rintihan seorang pejuang di sampingnya. Kemudian dia berkata kepada Hudzafah : “Bawalah air ini kepadanya agar dia yang lebih dahulu meminum air, karena diriku tidak lebih mulia dari siapa pun yang berperang di jalan Allah ini.” Kemudian Hudzafah segeri bergerak kepada pejuang yang ditunjuk oleh saudara sepupunya. Ternyata dia adalah Hisyam bin Ash yang sedang menghadapi sakaratul maut karena lukanya yang sangat parah. Hudzafah berkata : “Apakah aku boleh memberimu minum?” Hisyam sangat senang dan segera menjawab : “Ya, semoga Allah merahmatiku dan kamu segera menolong para pejuang kita. Ketika Hudzafah akan menuangkan air, Hisyam segera menunjuk teman yang ada di sampingnya yang sedang merintih kesakitan dan berkata : “Bawalah air ini kepadanya karena barangkali dia lebih membutuhkan air daripada saya.”
Kemudian Hudzafah mendekatinya. Akan tetapi orang tersebut sudah menghembuskan nafasnya menuju surga. Peristiwa yang mengharukan ini membuat Hudzafah menangis. Lalu dia kembali kepada Hisyam, namun dia sudah menemukan bahwa jantungnya sudah tidak berdetak lagi dalam keadaan syahid. Hudzifahpun semakin sedih. Ketika sudah sampai pada saudara sepupunya, dia menemukan bahwa saudara sepupunya itu juga telah menyusul kedua temannya menghadap Allah.
Mereka lebih mengutamakan temannya daripada dirinya sendiri.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 241-243.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (7)

Dan dari padanya, bahwasanya Nabi s.a.w. apabila keluar dari kakus, beliau suka mengucapkan: “Ghufranaka” (hamba mohon perlindungan-Mu ya Allah). Dikeluarkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i) dan disahkan oleh Abu Hatim dan Hakim.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 41.

Minggu, 23 Desember 2012

BERBELAS KASIH (6)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Sejahat-jahat makanan ialah makanan walimah (jamuan makan) yang ditolak (tidak diundang) orang-orang yang jahat menginginkannya, dan diundang orang-orang yang tidak berhajat padanya. Dan siapa yang tidak mendatangi undangan walimah, berarti melanggar tuntunan Allah dan Rasulullah s.a,w. (HR. Muslim).

Dan dalam riwayat Buchary dan Muslim juga dari Abu Hurairah Sebusuk-busuk makanan, makanan walimah yang diundangkan orang kaya-kaya dan ditinggalkan orang fakir miskin.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 266-267.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (6)

Dari Aisyah r.a. ia berkata ; Bahwasanya Nabi s.aw. bersabda : “Barangsiapa yang datang ke tempat buang air hendaklah ia berlindung (bersembunyi)”. Diriwayatkan oleh Abu Daud.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 41.

DUA ORANG TAWANAN TERBUNUH

Sementara kaum Muslimin dalam perjalanan ke Medinah itu, dua orang tawanan telah mati terbunuh, yakni seorang bernama Nadzr bin’l-Harith dan yang seorang lagi bernama ‘Uqba bin Abi Mu’ait. Sampai pada waktu itu baik Muhammad atau sahabat-sahabatnya belum lagi membuat suatu peraturan tertentu dalam menghadapi para tawanan itu yang akan mengharuskan mereka dibunuh, ditebus atau dijadikan budak. Tetapi Nadzr dan ‘Uqha ini keduanya merupakan bahaya yang selalu mengancam Muslimin selama di Mekah dulu. Setiap ada kesempatan kedua orang ini selalu mengganggu mereka.

Terbunuhnya Nadzr ini ialah tatkala mereka sampai di Uthail para tawanan itu diperlihatkan kepada Nabi a.s. Ditatapnya Nadzr ini dengan pandangan mata yang demikian rupa, sehingga tawanan ini gemetar seraya berkata kepada seseorang yang berada di sampingnya : “Muhammad pasti akan membunuh aku”, katanya. “Ia menatapku dengan pandangan mata yang mengandung maut.”
“Ini hanya karena kau merasa takut saja’, jawab orang yang sebelahnya.
Sekarang Nadzr berkata kepada Mush’ab bin ‘Umair — orang yang paling banyak punya rasa belas-kasihan di tempat itu.
“Katakan kepada temanmu itu supaya aku dipandang sebagai salah seorang sahabatnya. Kalau ini tidak kaulakukan pasti dia akan membunuh aku.”
“Tetapi dulu kau mengatakan begini dan begitu tentang Kitabullah dan tentang diri Nabi”, kata Mush’ab. “Dulu kau menyiksa sahabat-sahabatnya.”
“Sekiranya engkau yang ditawan oleh Quraisy, kau takkan dibunuh selama aku masih hidup”, kata Nadzr lagi.
“Engkau tak dapat dipercaya”, kata Mush’ab. “Dan lagi aku tidak seperti engkau. Janji islam dengan kau sudah terputus.”
Sebenarnya Nadzr adalah tawanan Miqdad, yang dalam hal ini ia ingin memperoleh tebusan yang cukup besar dari keluarganya. Mendengar percakapan tentang akan dibunuhnya itu, ia segera berkata :
“Nadzr tawananku”, teriaknya.
“Pukul lehernya”, kata Nabi as. “Ya Allah. Semoga Miqdad mendapat karunia-Mu.
Dengan pukulan pedang kemudian ia dibunuh oleh Ali bin Abi Talib.
Pada waktu mereka dalam perjalanan ke ‘Irq’z-Zubya diperintahkan oleh Nabi supaya ‘Uqba bin. Abi Mu’ait juga dibunuh.
“Muhammad”, katanya, “siapa yang akan mengurus anak-anak?”
“Api”, jawabnya.
Lalu ia pun dibunuh oleh Ali bin Abi Talib atau oleh ‘Ashim bin Thabit sumbernya berlain-lain.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 261-262.

Sabtu, 22 Desember 2012

BERBELAS KASIH (5)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Orang yang usaha membantu kepada janda dan orang miskin, bagaikan orang yang berjuang jihad fisabilillah, bahkan bagaikan orang yang tidak pernah berhenti puasa dan bangun sholat malam. (HR. Buchary dan Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 266.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (5)

Dan dalam riwayat Imam yang Tujuh (Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i) dan Abu Ayyub Al-Anshary : “Dan janganlah kamu menghadap qiblat atau membelakanginya waktu buang air besar dan buang air kecil, tapi hendaklah menghadap ke Timur atau ke Barat”.

Waktu itu Rasulullah s.a.w. berada di Madinah, sedangkan letaknya Madinah itu sebelah utara Ka’bah (qiblat).
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 40-41.

Jumat, 21 Desember 2012

IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I

KELAHIRANNYA
Namanya Muhammad Abu Abdillah, bin Idris, bin ‘Abbas, bin ‘Utsman, bin Syafi’i. Satu keturunan dengan Nabi Muhammad s.a.w. dari moyangnya ‘Abdimanaf. Nama ibunya Fatimah dari turunan’ Ali bin Abi Thalib.
Suatu malam Fatimah mimpi aneh sekali, ada bintang kejora keluar dari kandungannya. Bintang itu terus membubung ke angkasa, lalu pecah. Pecahan-pecahannya jatuh di tiap-tiap negeri besar. Berpancaran sinarnya ke seluruh mayapada. Setelah bangun Fatimah terkejut; keesokan harinya mimpinya itu diceritakan kepada ahli mimpi.
Diterangkannya bahwa ia akan melahirkan seorang putera yang akan menerangi seluruh jagat dengan ilmu Keagamaannya.
Pada bulan Rajab tahun 150 H. lahirlah anak itu di Khuzzah daerah Palestina. Anak itu diberi nama Muhammad. Beberapa hari kemudian diterima khahar bahwa Imam Hanafi telah meninggal dunia dan di makamkan di Rashafah, sebelah timur Negeri Baghdad. Menurut perhitungan para ahli sejarah, bertepatannya dengan hari wafatnya seorang Imam besar, maka anak yang baru lahir itu pasti akan menggantikan kedudukannya.

RAMALAN NABI
“Jangan suka mencela suku bangsa Quraisy, karena sarjananya akan mengembangkan ilmu pengetahuannya ke seluruh muka bumi ini. Ya Allah, Engkau sudah menguji angkatan yang pertama dengan penderitaan, maka anugerahilah angkatan mendatang dengan rahmat kebahagiaan” (Ibn. Mas’ud).

“Setiap seratus tahun sekali, Allah akan membangkitkan seorang pemimpin besar dari keturunanku, sebagai Mujaddid (Pembaharu) yang akan memperbaharui keadaan ummat dalam hal Keagamaannya. Pada pertama orang itu adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz, dan pada abad kedua ialah Muhammad bin Idris Assyafi’i”
(Ahmad bin Hanbal)

PENDIDIKANNYA
Setelah Muhammad Assyafi’i berusia 2 tahun, dibawa pulang oleh ibunya ke tanah airnya di Makkah, kembali ke rumah ayahnya dekat Masjidil Haram. Dalam asuhan ibunya Muhammad hidup secara sederhana, sebagai seorang anak yatim, yang ditinggal oleh bapaknya mati sebelum lahir.
Dalam usia 9 tahun sudah hafal Qur’an seluruhnya di luar kepala. Sudah itu ia tinggalkan suraunya tempat ia mengaji belajar membaca Qur’an. Lalu belajar di Masjidil Haram, yang pada waktu itu merupakan satu-satunya perguruan tinggi di kota Makkah. Ia turut belajar bersama-sama mahasiswa-mahasiswa dan orang-orang dewasa yang sudah berjanggut, dan mahaguru-mahaguru dalam vak Hadits, Qur’an, Fiqih, Bahasa/Kesusastraan dan lain-lain. Sekalipun hidupnya dalam serba kekurangan, namun ia tidak putus asa dalam belajar. Dicatatnya pelajarannya itu di atas tulang-belulang, di atas pelepah-pelepah daun korma, dicarinya kertas-kertas yang sudah dibuangkan orang dari Kantor-kantor, untuk digunakan pada sebelahnya. Berkatalah ia dengan sya’ir :
Pengetahuan,
Ibarat binatang buruan.
Harus diikat,
dengan dicatat.
lekas ikat erat-erat.
Satu kebodohan;
Berburu rusa di hutan
Setelah dapat dilepaskan.


Di dalam kamarnya, di dalam lemarinya sudah penuh sesak dengan kertas-kertas dan tulang belulang catatan pelajarannya, sehingga tidak bisa leluasa lagi buat duduk dan berbaring. Karenanya ia bermaksud hendak menghapalkan semua pelajarannya. Mana yang sudah hapal, kertas dan tulang-tulang itu dibuangnya, sampai kosong dan bersih kamarnya. Di sini ia bersya’ir demikian :
Semua pelajaran sudah kuhapal di luar kepala.
Kemana saja aku pergi boleh kubawa.
Kini tempatnya bukan dalam lemari lagi,
tapi sudah kusimpan di dalam hati.
Jika aku sedang di rumah,
diapun ada di rumah.
Jika aku pergi ke pasar,
diapun turut ke pasar.


Demikian encernya otak Imam Syafi’i, pikirannya terang dan tajam, lekas menangkap pelajaran, gampang mengerti, semua pelajaran yang sudah dihapalkan tidak bisa lupa.
Tetapi pengetahuan itu, kata Imam Syafi’i, bukanlah untuk dihapal, tapi harus diambil manfa’atnya dengan diamalkan”
Waktu malamnya dibagi tiga : Sepertiga untuk belajar, sepertiga untuk beribadah sepertiga lagi untuk istirahat/tidur.

BERKELANA
Tidaklah cukup kawan, belajar di Dalam negeri.
Pergilah belajar di luar negeri.
Di sana banyak teman-teman baru,
ganti teman sejawat lama.
Jangan takut sengsara, jangan takut menderita.
Kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita
(Imam Syafi’i)

Sekalipun Imam Syafi’i dalam usia 15 tahun tetapi ia sudah menjadi ‘Ulama besar tentang ilmu Hadits, Qur’an, Fiqh dan Kesusastraan bahasa Arab, namun beliau belum merasa puas, karena hasratnya memdalam dan menambah ilmu pengetahuan sangat besar. Setelah hapal kitab Almuwattha’, semakin rindu hatiya, ingin berjumpa dengan pengarangnya, ingin meneruskan pelajarannya kepada Imam besar itu (Imam Malik).
Maksudnya itu dinyatakannya kepada Gubernur Makkah. Mendengar hasrat yang bernyala-nyala dan cita-cita yang besar itu, Gubernur Makkah amatlah gembira dan menyetujuinya. Ditulisnya 2 pucuk surat yang dialamatkan kepada :
1. Gubernur Madinah,
2. Imam besar Malik bin Anas;
Yang maksudnya menitipkan Imam Syafi’i. Kedua surat itu diterimakan kepada Imam Syafi’i, untuk disampaikan kepada yang bersangkutan.
Setelah sampai di Madinah, kedua surat diterimakannya kepada Gubernur Madinah. Dan setelah dibacanya, lalu keduanya pergi bersama-sama ke rumah Imam Malik. Setelah pintu dikettik, keluarlah seorang sahaya hitam menanyakan maksud kedatangannya. Maka kata Gubernur : Katakanlah kepada tuanmu, bahwa Gubernur datang kemari.
Lama sahaya hitam itu tidak muncul-muncul. Setelah keluar lagi katanya :
“Kata Majikan, kalau tuan hendak menanyakan sesuatu masalah, supaya dituliskan saja di atas kertas nanti tuan akañ menerima jawabannya. Tetapi kalau tuan ada maksud lain, supaya datang lagi nanti di hari ceramah”.
“Katakanlah kepada Majikanmu, bahwa aku ada membawa surat dari Gubernur Makkah yang baru kuterimakan sendiri kepada beliau”.
Tidak lama kemudian setelah sahaya itu keluar lagi dengan membawa kursi, keluarlah Imam Malik. Maka oleh Gubernur disampaikannya surat dari Gubernur Makkah. Setelah dibacanya, seraya katanya :
“Subhanallah, masakan orang hendak menuntut ilmu Rasulullah s.a.w. dengan pakai perantaraan macam-macam”.
Melihat Imam Malik gusar nampaknya setelah membaca surat itu, berkatalah Imam Syafi’i :
“Semoga Allah melimpahkan ketenangan hati kepada tuan” lalu diceriterakannya asal usulnya dan makud kedatangannya.
Sangat iba hati Imam Malik mendengar cerita Imam Syafi’i itu. Lalu ditatapnya, difirasatinya dan ……… dikaguminya.
- “Siapa namamu nak ?“
+ “Muhammad”
- “Ya Muhammad, hendaklah banyak berbakti kepada Tuhan. Jauhilah semua ma’siat. Saya kagum melihatmu. Janganlah kau sia-siakan harapanku itu dengan berbuat ma’siat. Kulihat engkau ada harapan menjadi orang besar”.
+  “Mudah-mudahan dan terimakasih”.
- “Besok datanglah, boleh kau baca kitab Almuwattha”.
+  ’“Sebenarnya saya sudah hapal isi kitab itu, tuan Guru”.
-   Jika demikian, coba bacalah !”

Maka mulailah Imam Syafi’i membaca kitab itu. Oleh karena sudah terlalu lama membaca, berhentilah ia, karena takut Imam Malik jemu mendengarnya. Tetapi Imam Malik menyuruh meneruskannya katanya :
”Teruskanlah nak, teruskan. Bacalah terus. Saya senang mendengar bacaanmu”.

Delapan bulan lamanya Syafi’i tinggal di rumah Imam Malik berguru kepadanya, dan selalu mendampingi Imam Malik dalam pengajiannya di Mesjid.
Tiap-tiap sehabis Imam Malik memberi ceramah kepada umum, disuruhnya Imam Syafi’i meimla’kan (mendikte) kepada hadirin. Dengan jalan demikian maka bertambah lancar dan bertambah mendalam pengertiannya tentang kitab Almuwattha’. Dan mulailah dikenal namanya oleh pengunjung-pengunjung yang datang dari  jauh, seperti dari Mesir, Irak dan sebagainya

KE IRAQ
Dalam pergaulan sehari-hari dengan para pengunjung dan para santri, Imam Syafi’i dapat berkenalan dengan nama-nama ‘Ulama besar ‘Iraq. Seperti Imam Abu Yusuf, Imam Muhammad bin Hasan dan lain-lain. Maka timbullah hasratnya ingin menemui dan belajar kepada mereka. Maksudnya itu dinyatakannya kepada Gurunya Imam Malik. Oleh beliau dibekalinya 45 Dinar dan diantarkannya sampai ke Baqi’ Sesampainya di ‘Iraq, lebih dahulu di kunjunginya makam neneknya, ‘Ali bin Abi Thalib. Dari situ terus pergi ke Mesjid besar untuk sholat. Di sana ia bertemu dengan Imam Abu Yusuf dan Imam Muhammad bin Hasan.
Oleh Imam Muhammad bin Hasan ditanyanya tentang asal usulnya, dari mana datang, siapa nama orang tuanya. Ditanya pula kalau-kalau sudah bertemu dengan Imam Malik di Madinah.
+ “Saya datang dari Madinah, dari Imam Mailk”.
-  “Sudahkah kau baca Almuwattha’?”
+ “Sudah di luar kepala”.

Mendengar itu, Imam Muhammad sangat kagum. Seterusnya Imam Muhammad bertanya tentang Thaharah, Zakat, Perdagangan dan lain-lain. Semua itu dijawabnya oleh Imam Syafi’i dengan baik. Maka bertambah kagum lagi Imam Muhammad Lalu Imam Syafi’i dibawanya ke rumahnya. Selama di Kufah (‘Iraq) Ia tinggal di rumah Imam Muhammad bin Hasän, menyalin berapa kitab-kitabnya.
Kemudian beliau minta izin hendak keliling ke negeri. Persi dan sekitarnya. Oleh Imam Muhammad dikalinya 3000 Dirham.

KE PARSI
Mula-mula beliau menuju ke utara ‘Iraq, sampai perbatasan Negeri Rum sebelah Selatan yang disebut Anatoli. Dari sana terus ke Hirah di sana beliau tinggal agak lama. Dan Hirah menuju ke Palestina. Dua tahun lamanya Imam Syafi’i berkelana di negeri Persi ini. Selama dalam pengembaraan ini; Imam Syafi’i dapat menambah ilmu pengetahuannya dari para ‘Alim ‘Ulama yang dijumpainya, banyak mendapat pengalaman dan pelajaran dari hal kehidupan, adat-istiadat dan bahasa bangsa-bangsa dan banyak berjumpa dengan kenalan-kenalan para santri waktu Madinah. Dari mereka beliau banyak mendapat bantuan dan bekal dalam berkelilling.

KEMBALI KE MADINAH
Setelah tinggal beberapa lamanya di Palestina, kembalilah beliau ke Madinah. Waktu itu hari sudah ‘Ashar, Imam Mailk sedang memberi pengajian di Mesjid Nabawi. Kedatangannya itu disambut oleh Imam Malik dengan mesra se kali. Beliau turun dari kursinya, menghampiri Imam Syafi’i dan dipeluknya erat-erat karena rindunya. Lalu Imam Syafi’i dipersilakan meneruskan pengajian.
Empat tahun lamanya Imam Syafi’i tinggal di Madinah menambah dan memperdalam pengetahuannya pada Imam Malik, sampai beliau meninggal.

KE YAMAN
Suatu hari datanglah Gubernur Yaman berkunjung ke Madinah. Dalam perkenalannya dengan Imam Syafi’i, Gubernur itu sangat mengaguminya. Imam Syafi’i diangkat sebagai penulisnya. Setelah berada di Shan’a (ibu kota Yaman) Imam Syafi’i ditugaskan di Kantornya.

BERUMAH TANGGA
Di Yaman Imam Syafi’i menikah dengan Hamidah binti Nafi’, cucu ‘Utsman bin ‘Affan. Betapa cinta dan kasihnya terhadap isterinya, ternyata dari anaknya yang diberi nama dengan nama kakeknya, yaitu Abu ‘Utsman Muhammad. Anaknya yang perempuan diberi nama Fatimah dan Zainab. Pergaulannya di dalam rumahtangga dapat dijadikan contoh yang tinggi; sebagaimana tersebut dalam Sebuah sya’irnya :
Abadikanlah citaku ini,
dalam lubuk hati,
Peliharalah dia dengan saling bertenggang.
Diam, jangan menantang jika aku marah.
Cinta dan derita.
Keduanya tidak mungkin berpadu dalam hati salahsatu harus mengalah.


Di samping tugasnya sehari-hari, selaku hakim yang adil bersama Imam Yahya, beliau tidak ketinggalan menambah pengetahuan sambil mengajar.

F I T N A H
Demikianlah semakin hari, semakin maju dengan pesatnya dalam tugasnya sehari-hari dan dalam studi menambah pengetahuan; dàlam ilmu keagamaan, pengetahuan umum, Falsafah, Kedokteran, Astronomi dan lain-lain. Semua itulah yang menjadi sebab irihati dan kedengkian teman-temannya yang merasa mendapat saingan dari Imam Syafi’i.
Mereka berusaha memfitnah dan menuduhnya yang bukan-bukan, dilaporkannya kepada Khalifah Harun Arrasyid di Baghdad, bahwa beliaulah yang menjadi gembong dan ketua Partai Alawi. Maka diperintahkan oleh Khalifah seorang Panglima ke Yaman untuk menyelidiki keadaan sebenarnya. Dalam laporannya secara tertulis, di katakan bahwa Imam Syafi’i benar sedang giat berusaha melawan pemerintah dengan lidahnya sebagai senjatanya yang ampuh, yang tidak bisa dilawan dengan senjata kelewang dan pedang. Disarankannya jika Baginda masih ingin tetap supaya negeri Hijaz di bawah pemerintahnya, supaya kaum Alawiyin ditangkap dan dibawa’ ke Baghdad untuk diperiksa.
Oleh Baginda diperintahkan kepada Gubernur Yaman supaya menangkap dan membawa mereka ke Bagdad bersama Imam Syafi’i dengan tangan terbelenggu.
Di dalam pemeriksaan, Imam Syafi’i dibebaskan dari segala tuduhan dan hasungan fitnah, berkat ketangkasannya berbicara dan keteguhan tekadnya yang suci. Bahkan dalam pemeriksaan itu Imam Syafi’i dapat mempengaruhi Khalifah, sehingga beliau di. berinya hadiah 1000 dinar.
Hadiah mana oleh beliau diserak-serakkannya/ dibagi-bagikannya kepada pegawai-pegawai istana. Oleh karena sekarang beliau sudah merasa aman, tidak dicurigai lagi oleh Pemerintah. Maka beliau bermaksud hendak tinggal menetap di Bagdad, untuk bergaul dengan para ‘Alim ‘Ulama besar seperti Imam Waki’, Imam Abi Usamah dan lain-lain. Di samping itu beliau mengarang kitab-kitab. Dan pada waktu itulah beliau dapat menyelesaikan kitabnya yang bernama “Azza’faran” dalam 40 jilid, berisi fatwa-fatwa dan pendapat-pendapatnya yang terkena1 dengan sebutan “Qaul Qadim” (pendapat lama).

PULANG KE MAKKAH
Pada tahun 181 beliau pulang ke tanah airnya. Kedatangannya kembali ke Kota Makkah, disambut dengan gembira sekali oleh rakyat. Sebagaimana beliau pergi tidak membawa bekal apa-apa, demikianlah pulangnya kembali habis oleh-olehnya uang dinar dan peraknya diserak-serakkannya kepada rakyat. Sejak itu beliau tinggal di Kota Makkah, sampai 17 tahun lamanya. Selama itu beliau mengajar di Mesjid Haram dan mengembangkan Madzhabnya kepada Jema’ah-jema’ah Pengunjung-pengunjung Haji
.
KE BAGHDAD LAGI
Setelah Khalifah Harun Arrasyid meninggal, maka digantikan oleh puteranya Ma’mun. Oleh karena Khalifah Ma’mun tidak memusuhi kaum Alawiyin (keturunan ‘Ali bin Abi Thalib), bahkan menghormati mereka, maka timbullah hasratnya ingin kembali ke Baghdad. Tetapi tidak lama beliau tinggal di sana, hanya sebulan saja.

KE MESIR
Entah mengapa, aku tidak tahu.
Hatiku selalu rindu
Ingin merantau
Ke Kairo
Ke Kairo saja,
Kelain tempat?
Tidak, aku tidak ada hasrat.
Sunyi sepi, kering kerdil.
Aku tidak mengerti,
apa kehendak Rabbul ‘Izzati?
B’gia, mukti?
Apa untuk mati?

Dari Baghdad beliau terus pergi ke Mesir. Kedatangannya disambut dengan meriah sekali oleh rakyat, terutama oleh Imam ‘Abdullah bin Hakam teman belajar waktu di Madinah pada Imam Malik, yang kini sudah menjadi ‘Ulama besar di Mesir.
Sebagai tanda pernyataan penghormatan dan gembira atas kedatangan beliau, maka atas nama rakyat dan para dermawan, telah disampaikan oleh Imam Abdullah bin Hakam 4000 dinar kepada beliau.

MEMBERI KULIAH
Sejak itu mulailah beliau menjalankan tugasnya sebagai Maha Guru memberi kuliyah di Mesjid ‘Amr bin ‘Ash. Dalam cara memberi kuliyah, kepada murid-muridnya diberi kebebasan berfikir dalam menerima pelajaran dan mengemukakan pendapat. Kata beliau :
“Bilamana saya memberi keterangan-keterangan atau dalil-dalil yang tidak sesuai atau tidak, masuk akalmu, janganlah kamu terima begitu saja, sebab pikiran harus tunduk kepada kebenaran (haq)”. Kuliyahnya itu bukan saja diikuti oleh para mahasiswa, Alim ‘Ulama, tetapi juga terbuka untuk umum, laki-laki dan wanita, sehingga benar-benar merupakan Perguruan Tinggi.
Di antara buah gemblengan Kuliyah Imam Syafi’i ini, banyak menghasilkan ‘Ulama-’ulama besar, seperti : Imam Rabi’, Imam Jizi, Imam Harmalah, Imam Buaithi, Imam Muhammad.
Dan di antara kaum wanita seperti Saudara perempuannya Imam Muzni, itu srikandi yang namanya disejajarkan dengan ‘Ulama-’ulama besar pria.

KESEDERHANAAN
Walaupun rizkinya mengalir terus, tetapi beliau tidak mau hidup mewah. Pakaiannya sederhana saja dari katun buatan Baghdad.
Selama di Mesir setiap bulan beliau mendapat sumbangan dari Tuan Puteri Nafisah dan kadang-ladang Permaisuri Harun Arrasyid, Zubaidah berupa uang dan pakaian. Tetapi semua itu dibagi-bagikannya kepada rakyat, sebagaimana biasanya dalam tiap-tiap menerima hadiah.
Lega rasa hatiku,
bila sudak ada rizki untuk hari ini.
Jangan kau fikirkan untuk besok.
Untuk besok ada lagi rizki lain.
Terimalah apa kehendak Allah ja’uhilah apa yang tidak dikehendaki.

TAKUT KEPADA ALLAH
Karena takutnya kepada Allah, beliau tidak pernah berbuat dosa, atau mengerjakan kemungkaran. Suatu hari ada orang membaca firman Allah yang artinya :
“Pada hari itu (Qiamah) tidak ada yang bisa bicara, tidak ada yang diberi kesempatan untuk mengemukakan alasan”.
Mendengar itu, berdiri bulu romanya, gemetar seluruh tubuhnya, mukanya pucat dan jatuh pingsan.
Setelah sadar kembali beliau berkata :
“Aku berlindung kepada-Mu Ya Tuhan, dari kedudukan manusia-manusia pendusta dan alpa. Ya Allah. Kepada-Mu aku berdo’a :
Tunduklah semua hati manusia arif bijaksana, yang rindu dan mengharapkan keridlaan-Mu. Ya Allah, berilah aku kemurahan-Mu yang melimpah-limpah. Ampunilah segala kekurangan dan kealpaaku”.

KEDERMAWANANNYA
Suatu waktu Imam Syafi’i pergi ke Yaman. Dari sana pulang ke Makkah dengan membawa uang 10.000 dirham. Setibanya, beliau mendirikan perkhemahan di luar Kota. Banyak rakyat datang mengunjungi beliau. Uang yang 10.000 dirham itu habis dibagi-bagikan kepada mereka.

TERHADAP KAUM KELUARGANYA
Sungguhpun beliau sudah mencapai kedudukan yang tinggi dalam masyarakat, namun beliau tetap peramah dan hormat terhadap kaum keluarganya, tidak sombong dan takabur.
“Adalah orang yang aniaya, kata beliau, bila sudah mendapat kedudukan tinggi, lupa kepada kaum keluarganya, tidak mau kenal, tidak mau tahu lagi kepada kaum keluarganya, tidak mau kenal, tidak mau tahu lagi kepada mereka, tidak mau melihat sebelah mata kepada rakyat bawahan dan berlaku sombong terhadap atasan”.

IMAM SYAFI’I DENGAN IMAM AHMAD BIN HANBAL
Suatu hari Imam Syafi’i bertemu di rumah Imam Hanbali dan bermalam. Imam Hanbali punya anak perempuan, dan ia telah mendengar nama Imam Syafi’i dan bapanya. Karena bapanya sangat mengagumi Imam Syafi’i itu.
Anak itu ingin melihat orangnya, kebetulan sekarang beliau datang bertamu. Nah ini, katanya yang saya nanti-nantikan. Mudah-mudahan saya dapat menyaksikan tingkah-lakunya yang luhur dan mendengar káta-katanya yang bermutu.
Haripun malamlah. Sebagaimana biasa Imam Ahmad bin Hanbal bangun beribadah, sholat Tahajud, berdo’a dan berzikir, tetapi Imam Syafi’i terus berbaring saja sampai pagi. Begitulah yang dilihat oleh anak perempuan itu.
Pagi harinya anak itu bertanya kepada bapanya : Pa, saya tidak mengerti. Apa yang bapa kagumi pada Imam Syafi’i itu? Apa kerjanya semalam suntuk tadi, hanya tidur saja, sudah sholat tidak berzikir, tidak wirid ?“
Dalam pada itu, datanglah Imam Syafi’i menghampiri.
- “Senangkah kau tadi malam ?“ Tegur Imam Ahmad.
+ “Begitulah. Belum pernah saya merasa senang dari berbahagia seperti semalam”.
- “Bagaimana itu? Coba ceritakan !“
+ “Ya, semalam suntuk tadi, saya telah dapat menyusun 100 masalah, sambil berbaring. Semuanya untuk kepentingan umum”.

Setelah Imam Syafi’i pamitan, berkatalah Imam Ahmad bin Hanbal kepada anaknya : “Begitulah nak, apa yang dikerjakan oleh Imam Syafi’i semalam suntuk tadi sambil berbaring, lebih berguna daripada yang kukerjakan semalam”.

INTI PATI
Orang yang bekerja dengan ilmunya, guna kepentingan umum, lebih berguna daripada orang yang hanya beribadah untuk pribadi (‘ibadat-’ibadat sunnat) saja.

W A F A T
Lima tahun lebih, Imam Syafi’i tinggal di Mesir mengajar dan mengarang. Pada akhir usianya beliau menderita penyakjt bawasir, yang semakin berat. Waktu hampir ajalnya, beliau berpesan kepada keluarganya, bila mati, supaya menghadap kepada Gubernur, agar beliau suka memandikan jenazahnya. Wasiat mana telah dilaksanakan, setelah arwahnya kembali kehadlirat Tuhan.
- “Adakah Pa Imam meninggalkan hutang ?“ Tanya Gubernur kepada kaum keluarganya Imam Syafi’i.
+ “Ada”
- ‘Ini terimalah, untuk menutup semua hutangnya dan inilah artinya permintaan beliau meminta saya memandikan jenazahnya”.

DARI HAL QIAS
1. Kata Imam Ahmad bin Hanbal : “Saya pernah bertanya kepada Imam Syafi’i tentang Qias, jawabnya : “Hanya dalam keadaan darurat”.
2. Kata Imam Syafi’i : “Saya tidak akan meninggalkan Sunnah Rasul s.a.w. untuk menetapkan hukum Qias. Sebab tidak mungkin ada huküm Qias disamping Sunnah Rasul s.a.w.”

Imam Syafi’i dalam menetapkan hukum Qias hanya dalam urusan keduniaan / Mu’amajah saja yang hukumnya tidak terdapat nashnya dalam Qur’an dan Hadits Nabi atau dalam Ijma’ Shahabat.

DASAR-DASAR MADZHAB IMAM SYAFI’I
  1. Qur’an.
  2. Sunnah Rasul s.a.w.
  3. Ijma’ para Shahabat.
  4. Qias.
  5. Istid-lal = mengambil dalil-dalil/ keterangan-keterangan berdasarkan hukum-hukum Agama lain/ Kitab-kitab Suci.

PERKEMBANGAN MADZHAB IMAM SYAFI’I
Mula-mula Madzhab Imam Syafi’i itu berkembang di Mesir. Kemudian di ‘Iraq, Baghdad, Khurasan, Daghistan, Toran, Sirya, Andalusia, Yaman, Hijaz, Iran, India dan Indonesia.
----------------------------------------------------------------
Empat Besar Sahabat-sahabat Rasulullah dan Imam Madzhab, M. Said, Penerbit PT. Alma’arif Bandung, cetakan ke-IV, halaman 94-111

BERBELAS KASIH (4)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Bukannya seorang miskin itu yang tertolak dari satu dua biji kurma atau satu dua suap makanan, tetapi orang miskin yang sesungguhnya yaitu orang yang sopan, segan meminta-minta. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat : Bukannya orang miskin itu yang keliling minta-minta hingga tertolak dari satu dua biji kurma atau satu dua suap, tetapi miskin yang sesungguhnya yang tidak mempunyai sesuatu yang mencukupi kebutuhannya, dan tidak diingati orang untuk disedekahinya, dan tidak keluar minta-minta pada orang. (HR. Buchary dan Muslim).

Dan bersedekah pada orang yang demikian ini lebih utama, sebab berarti turut menjaga kesopanan dan kehormatannya.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 265-266.

ATURAN-ATURAN BUANG AIR (4)

Dari Salman r.a., dalam riwayat, ia berkata ; “Sungguh telah melarang Rasulullah s.a.w. kepada kami menghadap qiblat waktu buang air besar dan buang air kecil, dan cebok dengan tangan kanan, atau istinjak dengan batu yang kurang dari tiga buah, dan istinja dengan kotoran binatang atau tulang”. Diriwayatkan oleh Muslim.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabuth-Thaharah, halaman 40.