"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 30 April 2012

Sopan Santun Menghadiri Majlis Nabi (1)

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوا۟ يَفْسَحِ اللَّـهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ انشُزُوا۟ فَانشُزُوا۟ يَرْفَعِ اللَّـهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا۟ الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 58 : 11)

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa apabila ada orang yang baru datang ke majlis Rasulullah, para Shahabat tidak mau memberikan tempat duduk di sisi Rasulullah. Maka turunlah ayat ini (QS. 58 : 11) sebagai perintah untuk memberikan tempat kepada orang yang baru datang. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini, (QS. 58: 11) turun pada hari Jum’at,, di saat pahlawan-pahlawan. Baru datang ke tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badr) disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat itu merasa tersinggung perasaannya. Ayat ini (QS. 58 : 11) turun sebagai perintah kepada Kaum Mu’minin untuk menta’ati perintah Rasulullah dan memberikan kesempatan duduk kepada sesama Mu’minin. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil.
---------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 910 - 911.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 502 - 503.

SABAR (14)

Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: Pada suatu hari saya masuk ke tempat Nabi s.a.w. sedang ia menderita sakit panas. Maka saya berkata : Ya Rasulullah sangat keras panas ini. Jawab Nabi : Benar saya menderita panas lipat dua kali dari orang biasa. Berkata Ibn Mas’ud: Benar karena kau mendapat pahala dua kali lipat dari orang biasa. Jawab Nabi: Benar, demikianlah keadaannya. Tiada seorang muslim yang menderita atau terkena gangguan apapun, baik yang berupa duri atau lebih dari pada itu, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dosanya, sebagaimana rontoknya daun dari pohonnya. (HR. Buchary, Muslim).

Kelebihan penderitaan dan beratnya, dinilai langsung oleh Allah, kemudian Allah sendiri yang menentukan pahalanya. Dan tidak akan dikurangi sedikitpun dari bagian yang harus didapatnya.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 64.

FIVE SQUIRREL ATTACK DI SUIKODEN 2

5 Squirrel beraksi
Untuk mendapatkan Unite Attack ini syarat utama kalian harus mendapatkan Mukumuku diawal masa perekrutan 108 Stars of Destiny. Kyaro Town, pergilah ke pohon besar di belakang rumah Hero, klik pohon itu 3 kali dan Hero akan berputar 3 kali pula setelah meng-klik pohon itu, maka yang terakhir kali Mukumuku akan muncul dan bergabung denganmu. Note : Lakukan sebelum kamu masuk rumah dan bertemu Nanami.

EMPAT SQUIRREL LAINNYA
  • MAKUMAKU. Pergi dan berjalan bolak-balik di jalan antara Two River City dan Greenhill City.
  • MIKUMIKU. Pergi dan berjalan mondar-mandir di jalan antara Greenhill City dan Forest Village.
  • MEKUMEKU. Pergi dan berjalan bolak-balik di jalan antara kota Greenhill City dan Forest Path of Greenhill-Matilda.
  • MOKUMOKU. Berjalan mengelilingi sekitar Forest Village.

Untuk mendapatkan masing-masing Squirrel kamu bisa membawa Mukumuku saja atau kamu bisa membawa empat karakter lain dengan menyisakan satu karakter untuk ditempati salah satu Squirrel yang akan kamu rekrut. Syarat lain adalah kalian mesti SABAR kalau belum mendapatkannya dalam iring-iringan kelompokmu.

RAHASIA DI BALIK SAKIT

“Tidaklah menimpa orang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Anbiyaa’ : 35).
Sahabat lbnu ‘Abbas yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an menatsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir lbnu Jarir). Dan ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/ hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

SAKIT MENJADI KEBAIKAN BAGI SEORANG MUSLIM JIKA DIA BERSABAR
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

SAKIT AKAN MENGHAPUSKAN DOSA
Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syuura: 30).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.” (HR. Muslim)

SAKIT AKAN MEMBAWA KESELAMATAN DARI API NERAKA
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi.” (HR.Muslim)
Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR.Al Bazzar, shohih)

SAKIT AKAN MENGINGATKAN HAMBA ATAS KELALAIANNYA
Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karera itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.” (QS. al-An’am : 42), yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepadaKu, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

TERDAPAT HIKMAH YANG BANYAK DI BALIK BERBAGAI MUSIBAH
Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali -red). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)
Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih).
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini. Amin.
-------------------------------------------
Buletin Jum’at SAKINAH Edisi 355/ Th IV/ April 2012 M/ Jumadil Akhir 1433 H, Penulis: Abu Hasan Putra

SA’AD BIN ABI WAQQASH

KISAH LELAKI PENGHUNI SURGA
Alkisah pada zaman Rasulullah SAW, ada seorang pemuda yang sangat patuh kepada ibunya. Ia begitu menyayangi wanita yang telah merawatnya sejak kecil dengan penuh kasih sayang. Pemuda itu bernama Sa’ad bin Abi Waqqash. Sedangkan sang ibu bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah.
Ia adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik nan anggun. Di samping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh kedepan. Ia juga setia kepada agama nenek moyangnya, yakni penyembah berhala.
Berbeda dengan ibunya, Sa’ad memeluk agama Islam saat berusia 17 tahun. Keislamannya ditandai dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat ketika menemui Rasulullah SAW. Pada saat itu, Saad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk agama Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah.
Seiring berjalannya waktu, ibunya mengetahui bahwa anaknya telah memeluk agama lain selain menyembah berhala. Wanita itu pun lantas marah dengan keislaman Sa’ad. “Wahai Saad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu. Lalu Sa’ad menjawab, “Demi Allah SWT, aku tidak akan meninggalkan agamakul”
Namun, sang ibu tetap bersikukuh agar anaknya kembali menyembah berhala. Ia mengetahui bahwa Sa’ad sangat menyanyangi dirinya, hingga ia mengancam untuk mogok makan. Hamnah berharap Sa’ad akan luluh dan dapat terketuk hatinya jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Namun Sa’ad lebih mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah SWT, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!,” tegas Sa’ad.
Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.
Peristiwa yang dialami oleh Sa’ad tercantum dalam ayat Al Quran, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman : 15)
Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah SAW kembali menatap mereka dengan bersabda, “Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga.”
Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash. Selain dikenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, sejarah mencatat ada dua hal yang dikenal orang mengenai kebaikannya. Pertama, Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah dalam membela agama Allah SWT dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Rasulullah SAW dalam setiap pertempuran. Maka tak heran bila Sa’ad adalah satu-satunya orang yang diberikan jaminan kedua orang tua Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam Perang Uhud, “Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan Ibuku menjadi jaminan bagimu.”
Kedua, Sa’ad adalah orang ketiga yang memeluk Islam. Sebagaimana Sa’ad bin Abi Waqqash mengenalkan dirinya dengan berkata, “Aku adalah orang ketiga yang memeluk Islam, dan orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah SWT.”
Demikianlah kisah Sa’ad bin Abi Waqqash yang menghembuskan nafas terakhir pada tahun 55 H karena sakit dan dimakamkan di pemakaman Baqi. Sebelum ajal menjemputnya, ia berpesan kepada anaknya, Aku memiliki mantel yang terbuat dari wol. Dulu aku mengenakannya pada saat berhadapan dengan orang-orang musyrik di Perang Badar. Nanti kalau aku mati, aku ingin bertemu Allah SWT dengan mengenakan pakaian itu. Kafanilah aku dengan mantel tersebut.” Wallahu a’lam bisshowab.
-----------------------------------------------------------------------
Majalah Donatur Yatim Mandiri “YATIM”, Edisi Maret 2012 / Rabi’ul Akhir 1433 H, Halaman 7

Sabtu, 28 April 2012

Celaan terhadap Perundingan Rahasia untuk Memusuhi Islam

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا تَنٰجَيْتُمْ فَلَا تَتَنٰجَوْا۟ بِالْإِثْمِ وَالْعُدْوٰنِ وَمَعْصِيَتِ الرَّسُولِ وَتَنٰجَوْا۟ بِالْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ الَّذِىٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwaiah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan. (QS. 58 : 9).

إِنَّمَا النَّجْوَىٰ مِنَ الشَّيْطٰنِ لِيَحْزُنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَيْسَ بِضَآرِّهِمْ شَيْـًٔا إِلَّا بِإِذْنِ اللَّـهِ ۚ وَعَلَى اللَّـهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal. (QS. 58 : 10).

Tafsir Ayat
QS. 58 : 9. "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwaiah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.

QS. 58 : 10. "Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allah-lah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum munafiq berbisik-bisik sesamanya menyombongkan diri di hadapan Kaum Mu’minin sehingga menyinggung perasaan Kaum Mu’minin. Ayat ini (S. 58 : 10) turun melukiskan bahwa berbisik-bisik seperti’itu merupakan perbuatan syaithan. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.
---------------------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 910.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 502.

DUEL DENGAN HAN

SUIKODEN 2. Han Cunningham adalah teman karib Genkaku, ayah angkat Hero dan Nanami. Kalian akan melawan dia di L'Renouille, setelah sebelumnya kalian habisi Lucia di pintu masuk istana ini. Melawan Han sedikit berbeda ketika kalian mesti mengalahkan para pengawal Jowy seperti Lucia, Seed dan Culgan bahkan monster Beast Rune yang dibangkitkan Leon Silverburg. Kalian harus berduel satu lawan satu seperti kalian berurusan dengan Amada dan duel menghabisi Luca Blight.
Duel with Han di L'Renouille

UCAPAN DAN REAKSI SERANGANNYA
Jika Attack vs Attack = sama-sama terluka, Attack vs Defend = Defend terluka, Defend vs Wild Attack = Wild Attack terluka, dan seterusnya bisa kalian coba. Berikut ini beberapa rangkaian kalimat Han ketika mengawali duel denganmu dan reaksi serangannya :
“I cant let you past here, son” (action : Attack)
“You’re a tough one ….” (action : Attack)
“Try that again, boy” (action : Defend)
“Now Feel my deadly sword”  (action : Wild Attack)
“You think you can beat me, boy?” (action : Defend)
“And now it’s my turn”   (action : Attack)
“I should have avoided that cheap little shot…” (action : Defend)
“You’ve got spirit”   (action : Wild Attack)
“I may be old, but I haven’t lost my sword arm…”   (action : Attack)

GOOD LUCK !!!!

SIHIR DAN GUNA-GUNA (2)

KIAT MENJAGA DIRI DARI SIHIR
Al-Qur’an telah menjelaskan kepada kita bagaimana seorang muslim membentengi diri dari kejahatan setan yang terkutuk beserta bala tentara dan budak-budaknya dari kalangan tukang sihir. Di antara cara untuk menjaga dari sihir atau guna-guna sebelum terjadinya adalah :
  1. Berlindung kepada Allah dari kejelekan setan, dan bacaan yang paling afdhal (utama) adalah al-Mu ‘awwidzatain (Surat al-Falaq dan an-Nas). Adalah Nabi s.a.w. selalu berlindung kepada Allah S.W.T. dari jin dan ‘ain manusia (pengaruh buruk mata manusia), setelah turun Surat al-Falaq dan an-Nas maka beliau meninggalkan yang lainnya.
  2. Banyak beramal shalih, utamanya adalah tauhid kepada Allah karena ia (tauhid) lah kebaikan yang paling dicintai Allah S.W.T, sedangkan hal yang paling dicintai Allah S.W.T. adalah hal yang paling dibenci oleh setan dan jin-jin jahat.
  3. Memperbanyak membaca al-Quran dan dzikir-dzikir serta do’a-do’a yang shahih. Di antaranya adalah : Membaca Surat al-Ikhlash dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas) tiga kali, di pagi dan sore hari. Sesungguhnya ia mencukupi dari segala sesuatu; Membaca Surat al-Baqarah. Sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibacakan Surat al-Baqarah; Membaca ayat kursi. Barangsiapa membacanya ketika hendak tidur, Allah akan menjaganya dan setan tidak akan mendekatinya sampai subuh; Membaca dua ayat terakhir dari Surat al-Baqarah. Apabila dibaca pada malam hari ia akan mencukupinya dari setan; Dan dzikir-dzikir lainnya, utamanya adalah menetapi dzikir pagi sore. Dan kitab yang paling bagus dalam hal ini adalah Hisnul Muslim karya Sa’id bin Wahf al-Qahthani yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
  4. Makan tujuh butir kurma ajwah setiap bari pada waktu pagi. Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang di waktu pagi makan tujuh butir kurma ajwah maka tidak akan membahayakannya di hari itu racun ataupun sihir.”

CARA MENGHILANGKAN SIHIR DAN GUNA-GUNA
Kalau di atas tadi adalah tindakan preventif bagi seorang muslim maka pada poin ini bagaimana jika sudah terjadi?
Banyak sekali kasus-kasus orang yang terindikasi kejahatan sihir namun ia tidak tahu apa yang harus diperbuat? Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, ia berusaha untuk menghilangkannya melalui tukang sihir juga. Sihir dilawan dengan sihir! Setan dilawan dengan setan! Alangkah girangnya setan jika demikian. Ia telah berhasil membuat percaya kepada orang bahwa dengan bantuan setan dan jin-lah urusan bisa selesai.
Inilah jalan yang sesungguhnya, obat syar’i yang manjur :
Pertama: Berusaha untuk menemukan sumber dari sihir tersebut (buhul) kemudian menghancurkannya. Inilah cara yang paling efektif, sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah s.a.w.
Kedua: Dengan cara ruqyah syar ‘iyyah.

RUQYAH SYAR’IYYAH
Yaitu dengan cara membaca ayat-ayat dzikir yang shahih terutama al-Qur’an yang difirmankan Allah : "Dan Kami turunkan dan al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman" (QS. al-Israa’ : 82)
Di antara ayat-ayat tersebut adalah: Surat al-Faatihah, Ayat Kursi, al-Mu’awwidzatain, dan ayat ayat yang lafazhnya mengandung kehancuran sihir (seperti dalam Surat al-A’raaf : 118 – 119, Surat Yünus : 81, Surat Thâhâ : 69, dan lain-lain).

NASIHAT TERAKHIR
Simaklah baik-baik dan renungkanlah himbauan berikut, karena seolah-olah ia adalah resep keberhasilan dari ruqyah Anda!
  1. Sesungguhnya ayat-ayat, dzikir-dzikir, dan do’a-do’a di atas betul-betul memiliki pengaruh yang hebat. Akan tetapi, pengaruhnya akan berbeda-beda bukan karena obatnya (ruqyah), melainkan mungkin karena telah dicampuri dengan wirid-wirid syirik dan dzikir-dzikir bid’ah yang dibenci Allah S.W.T., atau terkadang karena lemahnya hati si pasien dan ketidakmantapannya terhadap dzikir-dzikir yang syar’i tersebut atau hati yang diwarnai dengan gelapnya maksiat dan terombang-ambingnya dengan kelalaian dan syahwat, maka ia bagaikan busur panah yang kendur tidak akan lepas anak panahnya kecuali sangat lemah.
  2. Sesungguhnya ruqyah syar’iyyah tidak mesti ditangani orang-orang tertentu, seseorang bisa meruqyah dirinya sendiri atau meruqyah orang lain. Keshalihan dan ketaqwaan seseorang akan sangat berpengarah terhadap kualitas ruqyahnya.
  3. Orang yang meruqyah hendaknya selalu meniatkan ruqyahnya hanya demi mengharapkan wajah Allah S.W.T. dan untuk menolong saudaranya, bukan sebagai profesi atau sumber penghasilan. Kemudian ruqyahnya ditempuh dengan jalur yang syar’i, di antaranya apabila yang diruqyah adalah wanita, agar tidak berkhalwat (berdua-duaan) tanpa didampingi mahramnya dan menyuruhnya untuk berhijab.

Sesungguhnya ruqyah apabila dilandasi dengan hal tersebut akan bermanfaat dengan izin Allah S.W.T . Wallahu a’lam.
--------------------------------
Buletin AL FURQON Volume 12 No. 1 Tahun ke-6, halaman 2 - 4, tulisan Abu Zaid

SABAR (13)

Abdu Said dan Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Rasulullah s.a.w. : Tiada seorang muslim yang menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan (kerisauan) hati, bahkan gangguan yang berupa duri melainkan semua kejadian itu akan berupa penebus dosanya. (HR. Buchary dan Muslim).

Demikian besar karunia Allah kepada seorang muslim, hingga tiap-tiap penderitanya yang biasa, Allah bersedia menjadikannya sebagai penebus dosanya, asalkan disambut dengan jiwa iman dan kesabaran.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 63-64.

Kamis, 26 April 2012

Perintah Iman kepada ALLAH dan Rasul

Hai orang-orang yang beriman ! berbaktilah kepada Allah, dan percayalah kepada Rasul-Nya, niscaya Ia beri kepada kamu dua ganda dan dari rahmat-Nya, dan Ia akan adakan bagi kamu cahaya yang kamu bisa berjalan dengannya, dan Ia akan ampuni kamu, karena Allah itu Pengampun, Penyayang. (QS. 57 : 28).
Supaya diketahui oleh Ahli Kitab bahwa mereka tidak berkuasa atas (mendapat) satupun dari kurnia Allah, dan bahwa kurnia itu ada di tangan Allah; Ia berikannya kepada siapa-siapa yang Ia sukai; dan Allah itu Ia-lah yang mempunyai kurnia yang besar. (QS. 57 : 29).

Tafsir Ayat
QS. 57 : 28. Dalam ayat ini sudah jelas seruan-Nya, kepada orang yang beriman. Dan dijelaskan dalam ayat ini bahwa beriman saja tidaklah cukup, hendaklah diiringi pula dengan takwa. Yaitu memelihara terus hubungan dengan Allah ta'ala. Kemudian perkuatlah iman dan takwa yang telah diperteguhkan dengan beriman pada Rasul-Nya.
Bagaimana bisa mengerjakan perintah Allah ta'ala kalau tidak ada petunjuk pelaksanaan dari Rasulullah?
"...,niscaya Dia akan memberikan kepada kamu dua bagian dari rahmat-Nya,...", Ibnu Zaid mengatakan bahwa dua bagian itu ialah kebahagiaan dunia dan akhirat. Orang ta'at, iman dan takwa kepada Allah merasakan tenang dan tentram dalam dunia ini.
"... dan Dia jadikan bagi kamu cahaya yang kamu bisa berjalan dengannya,..." Bertambah tinggi tingkat iman dan takwa, bertambah gilang gemilang cahaya yang menerangi diri.
"..., dan Dia akan ampuni dosa kamu,..." Sehingga jika pun ada kesalahan, keteledoran hidup sebagai manusia. Sekarang datang obatnya dari Tuhan sendiri, dosa telah diampuni.
Latar Belakang Turunnya
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa 40 orang shahabat Nabi dan an-Najasyi datang kepada Nabi saw. Kemudian turut berjihad dalam perang Uhud. Di antara mereka ada yang mendapat luka-luka, tetapi tidak seorang pun yang meninggal di medan perang itu. Ketika mereka mengetahui bahwa Kaum Mu’minin memerlukan, bantuan karena penderitaan, mereka berkata: “Ya Rasulallah kami ini orang-orang berada. Idzinkanlah kami membawa harta benda kami untuk membela Kaum Muslimin”.
Ayat 52 surat 28 turun berkenaan dengan peristiwa itu yang melukiskan bahwa orang-orang tersebut beriman kepada Kitab-kitab Allah yang turun sebelum al-Quran dan mereka beriman kepada al-Quran.
Setelah turun ayat itu, mereka berkata: “Hai Kaum Muslimin! Orang-orang yang beriman akan kitabmu, akan mendapat dua ganjaran, dan yang tidak iman akan kitabmu akan mendapat satu ganjaran seperti ganjaran kalian”. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 57 : 28) yang memerintahkan orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab sebelumnya untuk beriman kepada Rasul-Nya (Muhammad) agar mendapat lipatan Rahmat Allah.
Diriwayatkan oleh at-Thabarani di dalam kitab al-Ausath, yang di dalam sanadnya terdapat orang yang tak terkenal, yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat : “Ulaika yu’tauna ajrahum marrataini bima shabaru” (S. 28 : 54) menyombonglah Kaum Mu’minin yang berasal dari Nashara terhadap shahabat-shahabat Nabi saw dengan berkata: “Kami mendapat dua ganjaran dan kalian hanya mendapat satu ganjaran” Ucapan ini menyinggung perasaan para Shahabat, maka Allah menurunkan ayat ini (S. 57 : 28) yang menjanjikan lipatan ganjaran bagi orang yang bertaqwa kepada Allah serta beriman kepada Rasul-Nya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat : “Yu’tikum kiflaini mirrahmatihi” (S. 57 : 28), Shahabat Nabi yang berasal dari kaum Nashara, merasa iri terhadap Kaum Mushim (karena akan mendapat lipatan rahmat Allah). Maka turunlah ayat berikutnya (S. 57 29) yang menegäskan bahwa kurnia Allah diberikan kepada orang-orang yang disukai-Nya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.

QS. 57 : 29. Dalam ayat ini Allah ta'ala memberikan ketegasan bahwa Allah ta'ala sendiri yang menentukan kurnia-Nya kepada hamba-hamba-Nya. "Dan sesungguhnya kurnia itu ada di tangan Allah; diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki;...". Maka sebagai penutup Tuhan memberikan penghargaan yang besar bagi hamba-hamba-Nya, karena kasih-Nya dan karena sayang-Nya. "Allah mempunyai kurnia yang besar." Dia Maha Kuasa, menganugerahkan kurnia kepada siapapun yang dikehendaki. Tetapi kita mempunyai dua perasaan. Pertama, KHAUF, takut akan murka-Nya. Kedua, RAJAA', yaitu selalu mengharap akan kurnia-Nya. Dua perasaan yang menemani kita menjalani hidup dalam dunia ini. Semoga Allah sambut dengan Rahman-Nya dan Rahim-Nya.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kaum yahudi berkata : “Sudah hampir tiba waktunya turun seorang Nabi yang (melaksanakan hukum) potong tangan dan kaki”. Ketika Nabi (yang melaksanakan hukum itu) dilahirkan dari bangsa Arab, mereka kufur. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 57 : 29) yang menegaskan bahwa Allah akan memberikan kurnia (kenabian) terhadap yang disukai-Nya. Diriwayatkan oleb Ibnu Muadzir yang bersumber dari Mujahid.
----------------------------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVII, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit H. Abdul Karim Surabaya, cetakan ketiga 1982, halaman 345 - 347.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 496 - 498.
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 1076 - 1077.

DRAGON QUEST SUIKODEN 2


Masuklah di Penginapan Highway Village, ada di wilayah Matilda. Dan bicaralah dengan Humphrey, seseorang yang berdiri di depan tangga, kalian akan menginap. Esok paginya bicaralah dengan Humphrey. Lalu keluar dari penginapan dan lihat event Kent bicara tentang Dragon dengan Futch, masuk lagi ke Penginapan dan bicara dengan Humphrey tentang kekhawatiranmu, juga dengan Futch di lantai 2. Bicaralah dengan Lucy penjaga penginapan untuk menginap lagi. Esok harinya ada kabar bahwa Kent hilang. 
Pilihlah untuk membantu mereka menemukan kembali Kent, lalu pergilah ke Rakutei Mountain di utara Highway Village. Jangan lupa ambil Dragon Plans #2 dan Unicorn Plans #2 di kotak item. Selamatkan Kent dari Monster Harpy, lalu ikuti ia ke tempat telur Dragon, lihat dan ikuti eventnya. Setelah kembali ke Highway Village, Humphrey dan Futch akan bergabung denganmu. Jangan lupa beli Rabbit Plans #2 di Rare Finds Item Shop Highway Village. Ingat, untuk memasuki Rakutai Mountain lagi, kalian harus membawa Humprey dan Futch.

Note : Dragon Quest ini bisa kalian jalankan ketika misi menjalin hubungan dengan Matilda sesuai saran Shu setelah misi penyelamatan Teresa Wisemail, Mayor of Greenhill City (sesuai jalan cerita) atau kalian bisa menjalankan quest ini ketika kalian masih diawal misi saat bermarkas di Mercenary Fortress setelah dibebaskan Flik dan Viktor dari penjara Captain Rowd di Kyaro Town. Kalian bisa masuk Matilda dengan cara mendorong pintu di Muse-Matilda Border. Lumayan buat mendongkrak level kamu sampai level 35 – 40, jika Hero sampai level 40 maka ketiga slot Rune-nya bisa terbuka semua dan sementara waktu bisa diisi dengan Rune Fire, Earth dan kalau kamu beruntung bisa mendapatkan Rune Water di Rare Finds Rune Shop Muse City cukup untuk melawan monster Harpy, maklum level senjatamu baru bisa sampai level 5 di Blacksmith Coronet Town. Setidaknya lebih enteng membabat Monster Double Head (Misi mendapat Pass masuk Muse City), Star Dragon Sword dan Monster Abomination (Misi mengusir Necloard dari North Windows City, kota kelahiran Viktor) serta Monster Pest Rat (Misi Two River City)

SIHIR DAN GUNA-GUNA (1)

Dunia sihir dan perdukunan telah dikenal manusia sejak zaman, dahulu hingga zaman modern ini. Sihir yang dikenal pada zaman dahulu tidak jauh berbeda dengan apa yang ada pada zaman sekarang, hanya saja sihir yang ada pada zaman sekarang memiliki “kemasan” yang lebih variatif dan bersifat komersial. Sebut saja sihir, pelet, santet, guna-guna, tenung, kesurupan, gangguan makhluk halus dan semisalnya.
Al-Qur’an dan as-Sunnah telah menjelaskan akan adanya sihir benikut cara pencegahan dan pengobatannya. Bahkan telah disebutkan dalam sirah nabawiyyah bahwa Nabi s.a.w. pernah disihir oleh seorang Yahudi bernama Labid bin al-A’sham, kemudian Nabi s.a.w. berdo’a kepada Allah S.W.T untuk memohon kesembuhan. Itulah cara pengobatan sihir paling tepat yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim, yakni memohon kesembuhan kepada Allah S.W.T. dengan cara-cara yang disyari’atkan. Karena itu, tidaklah patut seorang muslim menggadaikan aqidahnya dan menempuh jalan setan dengan mendatangi para dukun dan antek-anteknya.

APA ITU SIHIR?Berkata Ibnu Qudamah al-Maqdisi r.a.: “Sihir adalah buhul, jampi-jampi, dan ucapan yang diucap, tulisan yang ditulis serta diperbuat yang akan berpengaruh di badan, hati, atau akal orang yang tersihir tanpa bersentuhan. Dan sihir memang benar-benar berpengaruh (pada seseorang), di antaranya bisa membunuh, membuat sakit, mengahalangi suami istri berhubungan intim, dan di antaranya juga bisa menceraikan antara seorang dengan istrinya dan membuat keduanya saling membenci atau saling menyayangi.”

HUKUM SIHIR DAN MEMPELAJARINYASihir termasuk salah satu perbuatan kufur yang diharamkan oleh Allah S.W.T., dan mempelajarinya adalah perbuatan maksiat yang paling nista. Ia adalah satu dari sepuluh pembatal keislaman. (lihat selengkapnya kitab Nawaqidhul Islam karya Muhammad at-Tamimi)

HUKUM ISLAM BAGI TUKANG SIHIRBerkata Ibnu Qudamah al-Maqdisi r.a.: “Hukuman bagi tukang sihir adalah dibunuh. Telah diriwayatkan dari Umar, Utsman bin Affan, Ibnu Umar, Hafshah, Jundub bin Abdillah, Jundub bin Ka’ab, Qais bin Sa’ad, Umar bin Abdul Aziz, dan ia adalah pendapatnya Abu Hanifah dan Imam Malik.” Jundub bin Abdillah r.a. berkata “Hukuman bagi tukang sihir adalah tebasan pedang.” (HR. Tirmidzi)

CIRI-CIRI “ORANG PINTAR” YANG BERSTATUS TUKANG SIHIR
Disebutkan oleh Syaikh Wahid Abdussalam Bali dalam kitabnya ash-Sharimul Battar fit Tashaddi its Saharatil Asyrar halaman. 77, bahwa di antara ciri-ciri tukang sihir yang berkamuflase menjadi tabib, orang pintar, paranormal, atau yang lainnya, kata beliau di antaranya :
  1. Menanyakan kepada si sakit namanya dan nama ibunya
  2. Mengambil sesuatu yang berhubungan dengan si sakit (seperti: kain, kopiah, handuk dan lain-lain.)
  3. Terkadang memintanya untuk menyembelih hewan tertentu yang tidak disebut nama Allah. Terkadang mengoleskan darahnya ke bagian tubuh si sakit.
  4. Menulis rajah-rajah (tulisan Arab yang terputus-putus kadang terbalik dan tidak bisa dibaca)
  5. Membacakan jampi-jampi yang tidak bisa dipahami maknanya
  6. Memerintah si sakit untuk menutup diri dari manusia selama beberapa waktu
  7. Terkadang memerintahkan kepadanya agar tidak menyentuh air selama beberapa waktu, biasanya 40 hari
  8. Memberikan sesuatu kepada si sakit lalu menyuruhnya agar menguburkannya
-------------------------------------------
Buletin AL FURQON Volume 12 No. 1 Tahun ke-6, halaman 1 dan 2, tulisan Abu Zaid

SABAR (12)

Abdullah bin Mas’ud berkata : Seolah-olah saya masih teringat (melihat) Rasulullah s.a.w. pada waktu ia melukiskan seorang Nabi yang terdahulu ketika dipukul oleh kaumnya hingga berlumuran darah, sambil mengusap darah dari wajahnya berkata : ALLAHUMMAGHFIR LIQAUMI FAINNAHUM LAAYA’LAMUUN. (Ya Allah ampunkanlah kaumku, sesungguhnya mereka itu bodoh dan tidak mengetahui). (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 63.

Selasa, 24 April 2012

Duel dengan Luca Blight

SUIKODEN 2. Luca Blight adalah salah satu tokoh “JAHAT” dalam Suikoden 2. Dia adalah pangeran sebuah negara kerajaan Highland yang ingin menghancurkan beberapa wilayah negara Jowston, terutama kota Muse. Luca Blight mempunyai pengalaman masa kecil yang buruk dan pahit sehingga mengubah sifatnya menjadi kejam dan dingin. Salah satu cara untuk membuat peperangan antara negaranya Highland dan Jowston berperang adalah dengan teknik adu domba, dimana Luca Blight menyerang salah satu kelompok Brigadir Muda Highland dan menumpahkan kesalahan itu ke Jowston, sehingga kemudian Highland menyerang satu per satu kota utama Jowston mulai dari Muse City, Greenhill City, Two River City, Tinto City, Matilda City, dan South Window City. Luca Blight juga membakar Toto Village, Ryube Village, dan benteng-benteng Jowston. (http://id.wikipedia.org/wiki/Suikoden)
Salah satu cara menghentikan sepak terjang Luca dan kekuatan Highland Army adalah dengan cara membunuhnya. Dalam suatu penyergapan yang dicetuskan Shu, setelah kita mengeroyok dengan 18 karakter pilihan yang terbagi dalam 3 kelompok dengan masing-masing pimpinannya adalah Flik, Viktor dan Hero, maka yang terakhir Hero mesti menyelesaikannya duel dengan Luca Blight, One by One.

UCAPAN DAN REAKSI SERANGANNYA
Jika Attack vs Attack = sama-sama terluka, Attack vs Defend = Defend terluka, Defend vs Wild Attack = Wild Attack terluka, dan seterusnya bisa kalian coba. Berikut ini beberapa rangkaian kalimat Luca Blight ketika duel denganmu dan reaksi serangannya :
“You little punk !!!!!” (action : Attack)
“I won’t be, be defeated by mere blade !!!!!!” (action : Wild Attack)
“Pig !!!! Die !!!!!!!!!” (action : Wild Attack)
“Ridiculous !! You think a punk like you can stop me !!!!” (action : Defend)
“Fool !!! That can’t stop me !!!!!” (action : Defend)
Pada dasarnya ucapan Luca dipengaruhi oleh kemampuan kelompokmu menghabisi dan melumpuhkannya dalam misi penyergapan. GOOD LUCK !!!

MENUJU DEWASA

KHADIJAH
Akan tetapi Abu Talib pamannya - seperti sudah kita sebutkan tadi - hidup miskin dan banyak anak. Dan kemenakannya itu ia mengharapkan akan dapat memberikan tambahan rezeki yang akan diperoleh dari pemilik-pemilik kambing yang kambingnya digembalakan. Suatu waktu ia mendengar berita, bahwa Khadijah binti Khuwailid mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, mengupah orang yang akan memperdagangkan hartanya itu. Berasal dari Keluarga (Banu) Asad. ia bertambah kaya setelah dua kali ia kawin dengan keluarga Makhzum, sehingga dia menjadi seorang penduduk Mekah yang terkaya. Ia menjalankan dagangannya itu dengan bantuan ayahnya Khuwailid dan beberapa orang kepercayaannya. Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya, tetapi ditolaknya. Ia yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya. Sungguhpun begitu usahanya itu terus dikembangkan.
Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya, yang ketika itu sudah berumur dua puluh lima tahun.
“Anakku”, kata Abu Talib, “aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?”
“Terserahlah paman”, jawab Muhammad.
Abu Talib pun pergi mengunjungi Khadijah.
“Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?” tanya Abu Talib. “Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor.”
“Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai.” Demikian jawab Khadijah.
Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu. “Ini adalah rezeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu,” katanya.

MUHAMMAD MENJALANKAN PERDAGANGAN KHADIJAH
Setelah mendapat nasehat paman-pamannya Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itu pun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi’l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib tatkala umurnya baru dua belas tahun.
Perjalanan sekali ini telah menghidupkan kembali kenangannya tentang penjalanan yang pertama dulu itu. Hal itu menambah dia lebih banyak bermenung, lebih banyak berpikir tentang segala yang pernah dilihat yang pernah didengar sebelumnya: tentang peribadatan dan kepercayaan-kepercayaan di Syam atau di pasar-pasar sekeliling Mekah.
Setelah sampai di Bushra ia bertemu dengan agama Nasrani Syam. Ia bicara dengan rahib-rahib dan pendeta-pendeta agama itu, dan seorang rahib Nestoria juga mengajaknya bicara. Barangkali dia atau rahib-rahib lain pernah juga mengajak Muhammad berdebat tentang agama Isa, agama yang waktu itu sudah berpecah-belah menjadi beberapa golongan dan sekta-sekta - seperti sudah kita uraikan di atas.
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.
Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr’-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: “Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu.”
Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di Mekah. Ketika itu Khadijah sedang berada di ruang atas. Bila dilihatnya Muhammad di atas unta dan sudah memasuki halaman rumahnya, ia turun dan menyambutnya. Didengarnya Muhammad bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian juga mengenai barang-barang Syam yang dibawanya. Khadijah gembira dan tertarik sekali mendengarkan. Sesudah itu Maisara pun datang pula yang lalu bercerita juga tentang Muhammad, betapa halusnya wataknya, betapa tingginya budi-pekertinya. Hal ini menambah pengetahuan Khadijah di samping yang sudah diketahuinya sebagai pemuda Mekah yang besar jasanya.
Dalam waktu singkat saja kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta. sehingga dia - yang sudah berusia empat puluh tahun dan yang sebelum itu telah menolak lamaran pemuka-pemuka dan pembesar-pembesar Quraisy - tertarik juga hatinya mengawini pemuda ini, yang tutur kata dan pandangan matanya telah menembusi kalbunya. Pernah ia membicarakan hal itu kepada saudaranya yang perempuan — kata sebuah sumber, atau dengan sahabatnya, Nufaisa binti Mun-ya - kata sumber lain. Nufaisa pergi menjajagi Muhammad seraya berkata: “Kenapa kau tidak mau kawin?”
“Aku tidak punya apa-apa sebagai persiapan perkawinan”, jawab Muhammad.
“Kalau itu disediakan dan yang melamarmu itu cantik, berharta, terhormat dan memenuhi syarat, tidakkah akan kau terima?”
“Siapa itu?”
Nufaisa menjawab hanya dengan sepatah kata: “Khadijah”.
“Dengan cara bagaimana?” tanya Muhammad. Sebenarnya ia sendiri berkenan kepada Khadijah sekalipun hati kecilnya belum lagi memikirkan soal perkawinan, mengingat Khadijah sudah menolak permintaan hartawan-hartawan dan bangsawan-bangsawan Quraisy.
Setelah atas pertanyaan itu Nufaisa mengatakan: “Serahkan hal itu kepadaku,” maka ia pun menyatakan persetujuannya. Tak lama kemudian Khadijah menentukan waktunya yang kelak akan dihadiri oleh paman-paman Muhammad supaya dapat bertemu dengan keluarga Khadijah guna menentukan hari perkawinan.

PERKAWINANNYA DENGAN KHADIJAH
Kemudian perkawinan itu berlangsung dengan diwakili oleh paman Khadijah, Umar bin Asad, sebab Khuwailid ayahnya sudah meninggal sebelum Perang Fijar. Hal ini dengan sendirinya telah membantah apa yang biasa dikatakan, bahwa ayahnya ada tapi tidak menyetujui perkawinan itu dan bahwa Khadijah telah memberikan minuman keras sehingga ia mabuk dan dengan begitu perkawinannya dengan Muhammad kemudian dilangsungkan.
Di sinilah dimulainya lembaran baru dalam kehidupan Muhammad. Dimulainya kehidupan itu sebagai suami-istri dan ibu-bapa, suami-istri yang harmonis dan sedap dari kedua belah pihak, dan sebagai ibu-bapa yang telah merasakan pedihnya kehilangan anak sebagaimana pernah dialami Muhammad yang telah kehilangan ibu-bapa semasa ia masih kecil.
---------------------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 62 - 65

SABAR (11)

Atha’ bin Abi Rabah berkata: Ibn Abbas r.a. berkata: Sukakah saya tunjukkan kepadamu seorang wanita ahli sorga? Jawab saya: Baiklah. Berkata Ibnu ‘Abbas: Itulah wanita yang hitam, pada suatu hari ia datang kepada Nabi s.a.w. berkata: Ya Rasulullah saya berpenyakit “ayan”, hingga terbuka aurat. Maka do’akan kepada Allah untuk saya. Jawab Nabi s.a.w.: Jika kau sabar, akan mendapat sorga, dan jika kau tetap minta saya do’akan sayapun tidak keberatan. Jawab wanita: Saya akan sabar tetapi do’akan supaya tidak sampai terbuka aurat saya. (HR. Buchary dan Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa minta do’a dan tawassul pada Rasulullah, adalah sesuatu yang wajar, tidak sesuatu larangan pun, kecuali dari mereka orang-orang yang merasa dirinya jauh lebih bersih iman dari sahabat-sahabat Nabi s.a.w. yang sudah terjamin sorga mereka. Dalam keterangan Rasulullah s.a.w. Maka ini nyata sekali kebodohan yang melarang orang minta do’a kepada seorang salih yang bertaqwa.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 62-63.

Senin, 23 April 2012

Larangan Banyak Sangkaan

 يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ اجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman ! jauhilah kebanyakan dari sangkaan, (karena) sesungguhnya sebahagian dari sangkaan-sangkaan itu dosa; dan janganlah kamu mengintai-ngintai kesalahan orang lain; dan janganlah sebahagian dan kamu mengumpat sebahagian; apakah suka seseorang dari kamu memakan daging bangkai saudaranya ? Maka (tentu) kamu jijik kepadanya ! dan berbaktilah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu Pengampun, Penyayang. (QS. 49 : 12).


Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini (S. 49 : 12) yang melarang seseorang mengumpat menceriterakan keaiban orang lain. Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang bersumber dari lbnu Juraij.

Tafsir Ayat
"Hai orang-orang yang beriman ! jauhilah kebanyakan dari sangkaan,...". Prasangka / sangkaan ialah tuduhan yang bukan-bukan, persangkaan yang tidak beralasan, hanya semata-mata tuduhan yang tidak pada tempatnya.
",... (karena) sesungguhnya sebahagian dari sangkaan-sangkaan itu dosa;...". Prasangka adalah dosa, karena dia adalah tuduhan yang tidak beralasan dan bisa saja memutuskan silatur-rahmi di antara dua orang yang berhubungan baik. Rasulullah sangat mencegah perbuatan prasangka yang sangat buruk itu dengan sabdanya : "Sekali-kali janganlah kamu berburuk sangka, karena sesungguhnya berburuk-sangka adalah perkataan yang paling bohong. Dan janganlah kamu mengintai-intai, dan janganlah kamu usil dan janganlah kamu bergunding-gundingan dan janganlah kamu berdengki-dengkian dan janganlah kamu berbenci-bencian dan janganlah kamu saling membelakangi dan jadilah kamu seluruhnya hamba Allah yang bersaudara." (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
"...; dan janganlah kamu mengintai-ngintai kesalahan orang lain;...". Mengorek-ngorek kalau-kalau ada si anu dan si fulan bersalah, untuk menjatuhkan maru-ah si fulan di muka umum.
";... dan janganlah sebahagian dan kamu mengumpat sebahagian;...". Mengumpat / menggunjing ialah membicarakan aib dan keburukan seseorang sedang dia tidak ada di tempat. Hal ini kerapkali sebagai mata-rantai dari kemunafikan. Ini adalah perbuatan hina dan pengecut!
"...; apakah suka seseorang dari kamu memakan daging bangkai saudaranya ?...". Membicarakan keburukan seseorang keyika dia tidak ada, sama artinya dengan makan bangkai yang busuk.
"... Maka (tentu) kamu jijik kepadanya !...". Memakan bangkai teman yang mati sudah pasti engkau jijik. Maka membicarakan aib celanya sedang saudara itu tidak ada samalah artinya dengan memakan bangkainya.
"... dan berbaktilah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah itu Pengampun, Penyayang". Jika perangai buruk ini ada pada diri kita, segeralah hentikan dan bertaubat dari kesalahan yang hina itu disertai dengan penyesalan dan taubat. Allah senantiasa membuka pintu kasih-sayang-Nya, membuka pintu bagi hamba-Nya yang ingin menukar perbuatan salah dengan perbuakan baik, kelakuan yang durjana hina dengan kelakuan terpuji sebagai manusia yang budiman.
-------------------------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 239 - 243. 
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 474 - 475.
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 1016 - 1017.

Menemukan Bagian-Bagian Patung di Suikoden 2


Karya pertama Jude membuat kagum penghuni Istana
SUIKODEN 2. Bahan untuk membantu Jude menyelesaikan pembuatan patung bisa didapatkan dari plans-plans yang tersebar diseluruh penjuru Dunan (Dunianya Suikoden 2).
Ada empat model plans di Suikoden 2, yaitu Dragon, Unicorn, Turtle, dan Rabbit. 
Bagian tubuh masing-masing juga dipisah jadi empat. Kepala, badan, kaki dan ekor. 

LOKASINYA
Dragon Plans #1 : Jude sudah punya
Dragon Plans #2 : Peti harta di Mt.Rakutei
Dragon Plans #3 : Bicara dengan salah satu penduduk (Bapak berambut pirang) di dalam rumah dekat lift depan tambang Tinto City
Dragon Plans #4 : Peti Harta di Rockaxe Castle

Rabbit Plans #1 : Jude sudah punya
Rabbit Plans #2 : Item Shop Rare Find Highway Village
Rabbit Plans #3 : Item Shop Rare Find Banner Village
Rabbit Plans #4 : Item Shop Rare Find, Greenhill City (Sesudah Greenhill merdeka)

Turtle Plans #1 : Two River Area, drop battle dari Rockadillo
Turtle Plans #2 : Greenhill Area: drop battle dari Ragged One
Turtle Plans #3 : Mt. Rakutei : drop battle dari Hawkman atau Sky Knight
Turtle Plans #4 : Hadiah pertama panjat tebing di level tertinggi

Unicorn Plans #1 : Jude sudah punya
Unicorn Plans #2 : Peti harta di Mt.Rakutei
Unicorn Plans #3 : Bicara dengan salah satu penduduk (Seorang Kakek) di dalam rumah dekat lift depan tambang Tinto City
Unicorn Plans #4 : Peti Harta di Rockaxe Castle

ITEM YANG DI DAPAT DARI HASIL KOMBINASI PLANS
Kamu bisa mendapatkan barang tertentu (kadang-kadang barang yang sangat langka) dari kombinasi plans tersebut. Kamu hanya mendapatkan item dari hasil percobaan pertama saja, berikut ini beberapa item langka yang bisa di dapatkan dari kombinasi plans Kepala + Badan + Kaki + Ekor :
Naga + Naga + Naga + Naga = Dragon Incense
Unicorn + Unicorn + Unicorn + Unicorn = Blue Gate Rune
Penyu + Penyu + Penyu + Penyu = 110000 potch
Kelinci + Kelinci + Kelinci + Kelinci = Stone of Magic
Kelinci + Kelinci + Penyu + Penyu = 74000 potch
Kelinci + Kelinci + Unicorn + Unicorn = Warrior Rune
Kelinci + Kelinci + Naga + Naga = Boots
Unicorn + Unicorn + Kelinci + Kelinci = Kindness Rain 6
Naga + Naga + Unicorn + Unicorn = Fury Rune
Kelinci + Kelinci + Kelinci + Naga = Chaos Sheild
Unicorn + Unicorn + Unicorn + Naga = Viper Rune
Penyu + Penyu + Kelinci + Unicorn = Kindness Rune
Penyu + Penyu + Kelinci + Unicorn = Dryad Rune
Penyu + Penyu + Naga + Unicorn = Friendship Rune
Naga + Unicorn + Unicorn + Penyu = Firefly Rune
Kelinci + Naga + Penyu + Unicorn = Balance Rune
Naga + Kelinci + Penyu + Unicorn = Gale Rune
Penyu + Naga + Kelinci + Unicorn = Wall Rune

Atau kalian bisa coba-coba kombinasinya menurut selera. GOOD LUCK !!!

MENGGEMBALA KAMBING


Yang menyebabkan dia lebih banyak merenung dan berfikir, ialah pekerjaannya menggembalakan kambing sejak dalam masa mudanya itu. Dia menggembalakan kambing keluarganya dan kambing penduduk Mekah. Dengan rasa gembira ia menyebutkan saat-saat yang dialaminya pada waktu menggembala itu. Di antaranya ia berkata: “Nabi-nabi yang diutus Allah itu gembala kambing.” Dan katanya lagi: “Musa diutus, dia gembala kambing, Daud diutus, dia gembala kambing, aku diutus, juga gembala kambing keluargaku di Ajyad.”
Gembala kambing yang berhati terang itu, dalam udara yang bebas lepas di siang han, dalam kemilau bintang bila malam sudah bertahta, menemukan suatu tempat yang serasi untuk pemikiran dan permenungannya. Ia menerawang dalam suasana alam demikian itu, karena ia ingin melihat sesuatu di balik semua itu. Dalam pelbagai manifestasi alam ia mencari suatu penafsiran tentang penciptaan semesta mi. Ia melihat dirinya sendiri. Kerana hatinya yang terang, jantungnya yang hidup, ia melihat dirinya tidak terpisah dan alam semesta ini. Bukankah juga ia menghirup udaranya, dan kalau tidak demikian berarti kematian? Bukankah ia dihidupkan oleh sinar matahari, bermandikan cahaya bulan dan kehadirannya berhubungan dengan bintang-bintang dan dengan seluruh alam? Bintang-bintang dan semesta alam yang tampak membentang di depannya. berhubungan satu dengan yang lain dalam susunan yang sudah ditentukan, matahari tiada seharusnya dapat mengejar bulan atau malam akan mendahului siang. Apabila kelompok kambing yang ada di depan Muhammad itu memintakan kesadaran dan perhatiannya supaya jangan ada serigala yang akan menerkam domba itu, jangan sampai selama tugasnya di pedalaman itu ada domba yang sesat, maka kesadaran dan kekuatan apakah yang menjaga susunan alam yang begitu kuat ini?
Pemikiran dan permenungan demikian membuat ia jauh dan segala pemikiran nafsu manusia duniawi. Ia berada lebih tinggi dan itu sehingga adanya hidup palsu yang sia-sia akan tampak jelas di hadapannya. Oleh karena itu, dalam perbuatan dan tingkah-lakunya Muhammad terhindar dari segala penodaan nama yang sudah diberikan kepadanya oleh penduduk Mekah, dan memang begitu adanya: Al-Amin.
Semua ini dibuktikan oleh keterangan yang diceritakannya kemudian, bahwa ketika itu ia sedang menggembala kambing dengan seorang kawannya. Pada suatu hari hatinya berkata, bahwa ia ingin bermain-main seperti pemuda-pemuda lain. Hal ini dikatakannya kepada kawannya pada suatu senja, bahwa ia ingin turun ke Mekah. bermain-main seperti para pemuda di gelap malam, dan dimintanya kawannya menjagakan kambing ternaknya itu. Tetapi sesampainya di ujung Mekah, perhatiannya tertarik pada suatu pesta perkawinan dan dia hadir di tempat itu. Tetapi tiba-tiba ia tertidur. Pada malam berikutnya datang lagi ia ke Mekah, dengan maksud yang sama. Terdengar olehnya irama musik yang indah, seolah turun dari langit. Ia duduk mendengarkan. Lalu tertidur lagi sampai pagi.
Jadi apakah gerangan pengaruh segala daya penarik Mekah itu terhadap kalbu dan jiwa yang begitu padat oleh pikiran dan renungan? Gerangan apa pula artinya segala daya penarik yang kita gambarkan itu yang juga tidak disenangi oleh mereka yang martabatnya jauh di bawah Muhammad?
Karena itu ia terhindar dari cacat. Yang sangat terasa benar nikmatnya, ialah bila ia sedang berpikir atau merenung. Dan kehidupan berpikir dan merenung serta kesenangan bekerja sekadarnya seperti menggembalakan kambing, bukanlah suatu cara hidup yang membawa kekayaan berlimpah-limpah baginya. Dan memang tidak pernah Muhammad mempedulikan hal itu. Dalam hidupnya ia memang menjauhkan diri dari segala pengaruh materi. Apa gunanya ia mengejar itu padahal sudah menjadi bawaannya ia tidak pernah tertarik? Yang diperlukannya dalam hidup ini asal dia masih dapat menyambung hidupnya.
Bukankah dia juga yang pernah berkata: Kami adalah golongan yang hanya makan bila merasa lapar, dan bila sudah makan tidak sampai kenyang”? Bukankah dia juga yang sudah dikenal orang hidup dalam kekurangan selalu dan minta supaya orang bergembira menghadapi penderitaan hidup? Cara orang mengejar harta dengan serakah hendak memenuhi hawa nafsunya, samasekali tidak pernah dikenal Muhammad selama hidupnya. Kenikmatan jiwa yang paling besar, ialah merasakan adanya keindahan alam ini dan mengajak orang merenungkannya. Suatu kenikmatan besar, yang hanya sedikit saja dikenal orang. Kenikmatan yang dirasakan Muhammad sejak masa pertumbuhannya yang mula-mula yang telah diperlihatkan dunia sejak masa mudanya adalah kenangan yang selalu hidup dalam jiwanya. yang mengajak orang hidup tidak hanya mementingkan dunia ini dimulai sejak kematian ayahnya ketika ia masih dalam kandungan, kemudian kematian ibunya, kemudian kematian kakeknya. Kenikmatan demikian ini tidak memerlukan harta kekayaan yang besar, tetapi memerlukan suatu kekayaan jiwa yang kuat, sehingga orang dapat mengetahui: bagaimana ia memelihara diri dan menyesuaikannya dengan kehidupan batin.
Andaikata pada waktu itu Muhammad dibiarkan saja begitu. tentu takkan tertarik ia kepada harta. Dengan keadaannya itu ia akan tetap bahagia, seperti halnya dengan gembala-gembala pemikir, yang telah menggabungkan alam ke dalam diri mereka dan telah pula mereka berada dalam pelukan kalbu alam.
-------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 60 - 62

SABAR (10)


Anas r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah telah berfirman: “Apabila Saya menguji seorang hambaKu dengan buta kedua matanya, kemudian ia sabar, maka Saya akan menggantikannya dengan Sorga. (HR. Buchary).
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 62.

Sabtu, 21 April 2012

Larangan Memperolok-olok

Hai orang-orang yang beriman ! janganlah segolongan memperolok-olok segolongan, (karena) boleh jadi adalah mereka itu lebih baik dari mereka ini; dan janganlah (segolongan) perempuan (memperolok-olok segolongan) perempuan, (karena) boleh jadi mereka itu lebih baik dari mereka ini; dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu berpanggilan dengan gelaran-gelaran (yang jelek, karena) sebusuk.busuk nama ialah (panggilan) yang buruk sesudah (mereka) beriman; dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itu ialah orang-orang yang melewati batas. (QS. 49 : 11).

Tafsir Ayat
"Hai orang-orang yang beriman ! janganlah segolongan memperolok-olok segolongan,..." Mengolok-olok, mengejek, menghina, merendahkan dan seumpamanya, janganlah semuanya itu terjadi dalam kalangan orang yang beriman.
"... boleh jadi adalah mereka itu lebih baik dari mereka ini; ...". Ini peringatan yang halus dari Allah ta'ala. Mengolok-olok, mengejek dan menghina tidaklah layak dilakukan kalau orang merasa dirinya orang yang beriman. Sebab orang yang beriman akan selalu menilik kekurangan yang ada pada dirinya. Dan hanya orang yang tidak beriman jualah yang lebih banyak melihat kekurangan orang lain dan tidak ingat akan kekurangan yang ada pada dirinya sendiri.
"... dan janganlah (segolongan) perempuan (memperolok-olok segolongan) perempuan, (karena) boleh jadi mereka itu lebih baik dari mereka ini;...". Orang-orang yang kerjanya hanya mencari kesalahan dan kekhilafan orang lain, niscaya lupa akan kesalahan dan kealpaan yang ada pada dirinya sendiri. Hendaklah kita berperangai tawadhu', merendahkan diri, menginsafi kekurangannya.
"... janganlah kamu mencela dirimu sendiri, ....". Sebenarnya mencela orang lain itu sama juga dengan mencela diri sendiri. Kalau sudah berani mencela orang lain, membuka rahasia aib orang lain, janganlah lupa bahwa orang lain pun sanggup membuka rahasia aib kita.
"... dan janganlah kamu berpanggilan dengan gelaran-gelaran (yang jelek), ...". Sebuah anjuran bagi kaum yang beriman, supaya janganlah memanggil teman dengan gelaran-gelaran atau panggilan yang buruk, tukarlah dengan bahasa yang baik yang lebih menyenangkan hatinya.
"... sebusuk.busuk nama ialah (panggilan) yang buruk sesudah (mereka) beriman; ...". Maka kalau orang telah beriman, suasana telah bertukar dari jahiliyah kepada Islam. Karena penukaran nama itu juga ada pengaruhnya bagi jiwa.
"... dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itu ialah orang-orang yang melewati batas". Penggantian nama atau panggilan dari yang buruk ketika fasik kepada yang bagus setelah beriman adalah pertanda yang baik dari kepatuhan sejak semula.
Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki mempunyai dua atau tiga nama, dan dipanggil dengan nama tertentu agar orang itu tidak senang dengan panggilan itu. 
Ayat ini (S. 49 : 11) turun sebagai larangan untuk menggelari orang dengan nama-nama yang tidak menyenangkan. Diriwayatkan dalam kitab Sunan yang empat yang bersumber dari Abi Jubair Ibnu Dhahhak. Menurut at-Tirmidzi Hadits ini hasan.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa nama-nama gelaran di zaman Jahiliyyah sangat banyak. Ketika Nabi saw. memanggil Seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberi tahukan kepada Nabi bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah ayat ini (S. 49 : 11) yang melarang memanggil orang dengan gelaran yang tidak disukainya.Diriwayatkan oleh al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Jubair Ibnu Dlahhak.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ayat ini (S. 49 : 11) turun berkenaan dengan Bani Salamah. Ketika Nabi saw. tiba di Madinah orang-orang mempunyai dua atau tiga nama. Apabila Rasulullah memanggil seseorang yang disebutnya dengan salah satu nama itu tetapi ada orang yang berkata : “Ya Rasulallah ! Sesungguhnya ia marah dengan panggilan itu”.
Ayat “wala tana bazu bil alqab” (S. 49 : 11) turun sebagai larangan memanggil orang dengan sebutan yang tidak disukainya. Diriwayatkan oleh Ahmad yang bersumber dari Abi Jubair Ibnu Dlahhak.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 236 - 239.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 473 - 474.
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 1016.

SABAR (9)


‘Aisjah bertanya kepada Rasulullah tentang hal wabah kolera, maka diberi tahu oleh Rasulullah s.a.w. bahwa Waba’ Tha’un, ialah suatu siksa Allah yang dikirimkan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi para hamba-Nya yang beriman. Maka seorang mu’min yang berada di daerah yang kejangkitan waba’ itu jika sabar dan ichlas karena ia mengerti tidak akan terkena waba’ itu kecuali kalau memang sudah ditakdirkan Allah baginya, maka Allah akan mencatat baginya sebagai pahala seorang mati syahid. (HR. Buchary).

Pengertian hadits ini, seorang yang telah berada dalam daerah waba’ tidak boleh melarikan diri ke luar daerah, sebagaimana seorang yang belum masuk ke dalam daerah waba’ harus kembali, dan tidak boleh masuk kedaerah itu. Kemudian kesabarannya mempertahankan diri dalam daerah waba’ dengan keyakinan bahwa ajal sudah ditentukan, dan tidak berubah oleh ada atau tidak adanya waba’. Itulah yang menyebabkan ia mendapat pahala syahid.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 61-62.

Menyikapi Kabar dari Orang Fasik

Hai orang-orang yang beriman ! jika datang kepada kamu seorang fasiq dengan membawa satu khabar, maka selidikilah, supaya kamu tidak berbuat sesuatu kepada satu kaum lantaran tidak tahu, lalu kamu jadi menyesal atas apa-apa yang kamu telah kerjakan. (QS. 49 : 6).
Dan ketahuilah bahwa di antara kamu ada Rasulullah; jika ia turut kemauan-kemauan kamu dalam kebanyakan urusan, niscaya kamu akan jatuh dalam kebinasaan, tetapi Allah jadikan iman itu kecintaan kamu, dan Ia hiasinya dalam hati kamu dan Ia jadikan kekufuran dan perlewatan batas dan durhaka itu kebencian kamu --- merekalah orang- orang yang berlaku lurus. (QS. 49 : 7).
Sebagai kemurahan dari Allah dan (sebagai) satu ni’mat, karena Allah itu Mengetahui, Bijaksana. (QS. 49 : 8).

Tafsir Ayat
QS. 49 : 6. Ayat ini jelas memberikan larangan yang keras, lekas percaya kepada berita yang dibawa oleh orang fasik, memburukkan seseorang atau suatu kaum. Janganlah perkara itu langsung saja diiyakan atau ditidakkan, melainkan diselidiki terlebih dahulu dengan seksama. Jangan sampai terburu menjatuhkan keputusan yang buruk atas suatu perkara, sehingga orang yang diberitakan mendapat hukuman, padahal tidak ada sama sekali salahnya dan perkara yang diberitakan orang itu.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam, suatu riwayat dikemukakan bahwa al-Harts menghadap kepada Rasulullah , Beliaü mengajak kepadanya untuk Masuk Islam. Ia pun ikrar menyatakan diri masuk Islam. Rasulullah mengajaknya untuk mengeluarkan zakat, dan ia pun menyanggupi kewajiban itu, dan berkata “Ya Rasulallah aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam, dan menunaikan zakat. Barang siapa yang mengikuti ajakanku, aku akan kumpulkan zakatnya. Apabila telah sampai waktunya. kirimlah utusan untuk mengambil zakat yang telah kukumpulkan itu”.
Ketika al-Harts telah banyak mengumplkan zakat itu, dan waktunya yang sudah ditetapkan telah tiba, akan tetapi tak seorang pun utusan yang muncul kepadanya al’.Harts mengira telah terjadi sesuatu gang menyebabkan Rasulullah
marah kepadanya. Ia pun memanggil para hartawan kaumnya dan, berkata : “Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu akan mengutus seseorang, untuk mengambil zakat yang telah ada padaku, dan tidak pernah Rasulullah menyalahi janjinya, akan tetapi saya tidak tahu mengapa beliau menangguhkan utusannya itu mungkinkah beliau marah. Mari kita berangkat menghadap Rasulullah saw.”.
Adapun Rasulullah saw. sesuai dengan waktu yang telah ditetapkannya mengutus al-Walid bin ‘Uqbah untuk mengambil dan menerima zakat yang ada pada al-Harts. Ketika al-Walid berangkat, di perjalanan hatinya merasa gentar dan ia pun pulang sebelum sampai di tempat yang dituju dan melapor (laporan palsu) kepada Rasulullah bahwa al-Harts tidak menyerahkan zakatnya kepadanya, bahkan ia akan membunuhnya”
Kemudian Rasulullah mengirim utusan berikutnya kepada al-Harts beserta Shahabat-shahabatnya bertemu dengan utusan itu diperjalanan dan bertanya : “Kepada siapa engkau diutus?“. Utusan itu menjawab: “Kami diutus kepadamu”. Dia bertanya : Mengapa?”. Mereka menjawab : “Sesungguhnya Rasulullah
telah mengutus al-Walid bin ‘Uqbah. Ia mengatakan. engkäu tidak mau menyerahkan zakat, bahkan bermaksud membunuhnya”. Al-Harts nenjawab “Demi Allah, yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya, dan tidak ada yang datang kepadaku”.
Ketika mereka sampai di hadapan Rasulullah
bertanya beliau : “Mengapa engkau menahan zakat, dan akan membunuh utusanku ?“. Ia menjawab “Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian”. Maka turunlah ayat ini (S. 49 : 6) sebagai peringatan kepada Kaum Mu’minin untuk selalu tidak menerima keterangan dari sebelah fihak saja.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan lainnya dengan sanad yang baik yang bersumber dari al-Harts bin Dlirar al-Khuzai, Sanad rawi Hadits-hadits ini sangat dapat dipercaya. Diriwayatkan oleb at-Thabarani yang bersumber dari Jabir bin Abdillah, ’Alqamah bin Najiah dan Ummu Salamah.
Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari al’Ufi yang bersumber dari Ibnu., ‘Abbas. Di samping itu Ibnu Jarir meriwayatkan dari sumber lain yang mursal.

QS. 49 : 7. "Dan ketahuilah bahwa di antara kamu ada Rasulullah;...". Tidaklah boleh berdusta padahal sedang berkumpul dengan Rasulullah ﷺ, tidaklah boleh bermain-main dan membuat berita bohong.
"... jika ia turut kemauan-kemauan kamu dalam kebanyakan urusan, niscaya kamu akan jatuh dalam kebinasaan, ...". Jika tiap laporan yang disampaikan adalah berita bohong, siapa yang akan dapat kesulitan / kebinasaan? Siapa yang akan dapat dosa besar karena membuat kacau?
"..., tetapi Allah jadikan iman itu kecintaan kamu, ...". Orang-orang yang lebih mencintai iman dan kejujuran, pastilah mengatakan yang sebenarnya, berpikir lebih dahulu dengan seksama barulah mereka bertindak.
"..., dan Ia hiasinya dalam hati kamu ...". Mereka orang yang dihiaskan Allah iman dalam hatinya itu lebih suka jika berita yang mereka sampaikan kepada Rasulullah ﷺ itu adalah kabar yang benar dan dapat dipertanggung-jawabkan.
"... dan Ia jadikan kekufuran dan perlewatan batas dan durhaka itu kebencian kamu ...". Dalam hati mereka yang baik itu iman ditimbulkan pada hati mereka dan kebencian kepada sifat-sifat buruk yang dapat mengacaukan masyarakat, yaitu kufur, melampaui batas (fasik) dan kedurhakaan kepada Allah.
"... merekalah orang- orang yang berlaku lurus (bijak)". Orang bijak ialah yang berkata sepatah dipikirkan, kerjakan selangkah menghadap surut. Apa saja pekerjaan yang akan mereka lakukan, semuanya di pertimbangkan mana yang besar manfaatnya dengan madharatnya. Kalau manfaat lebih besar dari madharatnya, walaupun diri sendiri akan menjadi kurban, asal membawa faedah bagi bersama, maka tidak ragu-ragu akan mengerjakan.

QS. 49 : 8. "Sebagai kemurahan dari Allah dan (sebagai) satu ni’mat,..." . Apabila dalam suatu masyarakat, buah pikiran orang yang bijak, berpikiran mendalam, mempertimbangkan madharat dan manfaat lebih banyak hadir, itulah karunia Allah paling besar nikmat yang membawa kebahagiaan bersama.
"..., karena Allah itu Mengetahui, Bijaksana". Kalaulah pengetahuan telah ada terhadap suatu soal, dipandang dari segala seginya, tidaklah kita terburu-buru mengambil suatu keputusan, sehingga kita dapat menambil keputusan yang menunjukkan keluasan paham dengan penuh kebijaksanaan. 
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 223 - 228.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 470 - 471.
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 1015.

SABAR (8)

Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah berfirman : Tiada pembalasan bagi seorang hamba-Ku yang telah saya ambil kembali kekasihnya, kemudian orang itu mengharapkan pahala daripada-Ku, selain dari pembalasan sorga. (HR. Buchary).

Kalimat “Kekasih”, ialah siapa saja yang menjadi kesayangannya, baik putra, istri, ibu, ayah, saudara dan lain-lainnya.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 61.

Sabtu, 07 April 2012

Tatakrama terhadap Rasulullah S.A.W. (2)

Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu angkat suara-suara kamu lebih dari pada suara Nabi, dan janganlah kamu keraskan omongan, kepadanya, sebagaimana sebahagian kamu keraskan terhadap sebahagian, karena khawatir akan gugur amal-amal kamu, padahal kamu tidak sadar. (QS. 49 : 2).
Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suara-suara mereka di sisi Rasulullah, merekalah orang-orang yang telah diuji oleh Allah hati mereka untuk berbakti; bagi mereka ada keampunan dan ganjaran yang besar. (QS. 49 : 3).
Sesungguhnya orang-orang yang memanggilmu dari luar bilik-bilik itu, kebanyakan dari mereka tidak mengerti. (QS. 49 : 4).
Padahal kalau mereka bersabar sehingga engkau keluar menemui mereka, niscaya adalah yang demikian lebih baik bagi mereka, tetapi Allah itu Pengampun, Penyayang. (QS. 49 : 5).

Tafsir Ayat  
QS. 49 : 2. "Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu angkat suara-suara kamu lebih dari pada suara Nabi, dan janganlah kamu keraskan omongan, kepadanya,...". Berhadapan dengan Nabi s.a.w. ketika berbicara dalam hadapan majelis ataupun sendiri dengan beliau, janganlah bersuara keras, karena bersuara keras itu pun sikap yang tidak hormat kepada beliau.
"... karena khawatir akan gugur amal-amal kamu, padahal kamu tidak sadar". Ibnu Katsiir di dalam tafsirnya menukilkan, bahwasannya berkata lemah lembut itupun berlaku Nabi s.a.w. bukan saja diwaktu hidup beliau, bahkan didekat makam beliau saat berziarah hendaknya bersikap lemah lembut, sopan santun dan jangan bersuara keras.
Dalam kitab "Madarijus Salikin", Ibnul Qayyim al-Jauziyah menerangkan juga bahwa hendaklah kita menjaga juga kesopanan kita bilamana ada orang sedang menuturkan suatu hadits dari sabda beliau, dengarkanlah baik-baik dengan penuh hormat, apalagi jika kita yang membacanya.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang-orang berbicara keras dan nyaring ketika berbicara dengan Nabi s.a.w. Maka turunlah ayat ini (S. 49 : 2) sebagai larangan akan perbuatan seperti itu. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika turun ayat : “La tarfau ashwatakum fauqa shautin nabi” (S. 49: 2) terhempaslah Tsabit bin Qais di jalan sambil menangis. Ketika itu lalulah Ashim bin ‘Adi bin al-Ajlan dan bertanya : “Mengapa engkau menangis ?“. Ia menjawab “Aku takut ayat ini turun berkenaan diriku, karena aku ini seorang yang bersuara keras”. Hal ini diajukan oleh ‘Ashim itu kepada Rasulullah saw. dan Tsabit pun dipanggil. Rasul bersabda: “Apakah engkau tidak ridla jika engku hidup terpuji, mati syahid, dan masuk surga”. Ia menjawabnya : “Aku ridla” dan aku tidak akan mengeraskan suaraku selama-lamanya di hadapan Rasulullah saw.”. Maka turunlah ayat selanjutnya (S. 49 : 3) yang melukiskah janji Allah kepada orang-orang yang taat akan ketetapan-Nya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Muhammad bin Tsabit bin Qais bin Syamas.

QS. 49 : 3. "Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suara-suara mereka di sisi Rasulullah, merekalah orang-orang yang telah diuji oleh Allah hati mereka untuk berbakti;...". Ini amat penting diperhatikan, karena ada setengah manusia yang sangat bernafsu buat turut berbicara, baik di zaman Nabi s.a.w. ataupun sampai sekarang. Maka kalau kita dapat menahan hati, tidak turut bicara, turut bertanya, itupun suatu ujian juga bagi kebaktian / ketakwaan hati kita. Sebab menjaga pertumbuhan rasa takwa dalam jiwa kita sendiri adalah lebih penting daripada mengemukakan pertanyaan.
"... bagi mereka ada keampunan dan ganjaran yang besar". Orang yang dapat membatasi diri sehingga sikap yang tadinya terburu hendak bertanya, setelah dibawa berpikir tenang, tidak jadi dia bertanya. Bagi mereka disediakan ampunan dan pahala yang besar. Lantaran itu sikap manapun yang akan kita ambil hendaklah ingat suatu tujuan yang suci, memelihara rasa takwa yang mulai tumbuh dalam diri.

QS. 49 : 4. Sebagaimana dimaklumi, ketika mulai perjuangan dan perkembangan Islam memang ada pengikut Rasulullah berasal dari berbagai golongan; ada orang kota dan ada orang dusun (badwi). Adalah orang-orang badwi yang tidak mengenal kesopanan yang halus, mereka datang dari dusun hendak menemui Rasulullah di waktu beliau istirahat, sambil berteriak-teriak dari luar rumah. Maka tidaklah layak, tidak sopan kalau memanggil Nabi di waktu-waktu tersebut. Dalam ayat ini dikatakan bahwa orang yang seperti itu tidak mempergunakan akalnya.

QS. 49 : 5. "Padahal kalau mereka bersabar sehingga engkau (Nabi) keluar menemui mereka, niscaya adalah yang demikian lebih baik bagi mereka,...". Kalaulah orang-orang itu mempergunakan akal yang sehat, tidaklah layak mereka memanggil-manggil dari luar. Tunggu sajalah baik-baik dengan sabar, niscaya di waktu tertentu, beliau akan keluar kepada orang ramai, berjama'ah ke masjid menjadi iamam,. Sesudah sholat beliau memberi nasehat, fatwa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang penting. Maka yang sebaik-baiknya, demi sopan santun dengan Rasulullah, lebih baik menunggu dengan sabar. Sebab beliau pun amat rindu bertemu dengan sahabat-sahabatnya dan ummat skalian.
"..., tetapi Allah itu Pengampun, Penyayang". Terburu memanggil Rasulullah dengan tidak beraturan merupakan kesalahan yang lewat karena belum tahu. Tetapi untuk selanjutnya tentu tidak boleh berbuat serampangan. Sebab Allah ta'ala memperlakukan Rasul-Nya dengan penuh hormat, memanggil gelar dan jabatannya pada tiap waktu tertentu dengan tidak menyebut namanya, mengangkat martabatnya sampai tinggi, tentu seharusnya kita ummatnya.

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 49 : 4 - 5
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa apabila orang-orang Arab berkunjung ke rumah Rasulullah saw. mereka berteriak memanggil Rasulullah dari luar dengan ucapan-ucapan : “Hai Muhammad! Hai Muhammad!”. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 49 4, 5) yang melukiskan bahwa perbuatan seperti itu bukanlah akhlak Islam. Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Abu Ya’la dengan sanad yang Hasan yang bersumber dari Zaid bin Arqam.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi saw. sambil berteriak memanggilnya dari luar : “Hai Muhammad! Pujianku sangat baik tapi juga cacianku sangat tajam”. Rasulullah bersabda : “Celakalah engkau, yang bersifat demikian itu adalah Allah”. Ayat ini (S. 49: 4) turun sebagai larangan kepada orang-orang yang suka berteriak-teriak dari luar rumah. Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dari Ma’mar yang bersumber dari Qatadah. Riwayat ini mursal tapi mempunyai saksi-saksi yang marfu’ dari Hadits al-Barra bin ‘Azib dan lainnya yang ada dalam kitab Sunan Tirmidzi tapi tidak menyebutkan nuzulul ayat. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Hasan.

Dalam riwayat lain dkemukakan bahw al-’Aqra bin Habis memanggil-manggil Raulullah saw dari luar rumah, akan tetapi Rasulullah s.a.w., tidak menjawabnya. Ia pun berteriak : “Hai Muhammad ! Sesungguhnya pujianku baik, dan cacianku sangat tajam”. Bersabdalah Rasulullah “Yang bersifat demikian itu adalah Allah?’. Ayat ini (S. 49 4, 5) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut di atas. Diriwayatkan oleh Ahmad dengan Sanad yang shahih yang bersumber dari al-’Aqra bin Habis.

Dalam riwayat lain dikemukaka bahwa al-Aqra datang kepada Nabi s.a.w. dan berteriak-teriak dari luar rumah : “Hai Muhammad ! keluarlah”. Ayat ini (S. 49 4, 5) turun sebagai teguran terhadap kekurang-sopanan dalam bertamu. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lainnya yang bersumber dari al-‘Aqra.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXVI, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 239 - 243.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 469 - 470.
Tafsir Qur'an Al-Furqan, A. Hassan, Penerbit Al Ikhwan Surabaya, Cetakan Kedua 1986, halaman 1014 - 1015.

MUHAMMAD DAN PENGALAMAN BERPERANG

PERANG FIJAR
Kalau Muhammad sudah mengenal seluk-beluk jalan padang pasir dengan pamannya Abu Talib, sudah mendengar para penyair, ahli-ahli pidato membacakan sajak-sajak dan pidato-pidato dengan keluarganya dulu di pekan sekitar Mekah selama bulan-bulan suci, maka ia juga telah mengenal arti memanggul senjata, ketika ia mendampingi paman-pamannya dalam Perang Fijar. Dan Perang Fijar itulah di antaranya yang telah menimbulkan dan ada sangkut-pautnya dengan peperangan di kalangan kabilah-kabilah Arab. Dinamakan al-fijar ini karena ia terjadi dalam bulan-bulan suci, pada waktu kabilah-kabilah seharusnya tidak boleh berperang. Pada waktu itulah pekan-pekan dagang diadakan di Ukaz, yang terletak antara Ta’if dengan Nakhla dan antara Majanna dengan Dhu’l-Majaz, tidak jauh dari Arafat. Mereka di sana saling tukar-menukar perdagangan, berlomba dan berdiskusi, sesudah itu kemudian berziarah ke tempat berhala-berhala mereka di Ka’bah. Pekan Ukaz adalah pekan yang paling terkenal di antara pekan-pekan Arab lainnya. Di tempat itu penyair-penyair terkemuka membacakan sajak-sajaknya yang terbaik, di tempat itu Quss (bin Sa’ida) berpidato dan di tempat itu pula orang-orang Yahudi, Nasrani dan penyembah-penyembah berhala masing-masing mengemukakan pandangan dengan bebas, sebab bulan itu bulan suci.
Akan tetapi Barradz bin Qais dari kabilah Kinana tidak lagi menghormati bulan suci itu dengan mengambil kesempatan membunuh ‘Urwa ar-Rahhal bin ‘Utba dari kabilah Hawazin. Kejadian ini disebabkan oleh karena Nu’man bin’l-Mundhir setiap tahun mengirimkan sebuah kafilah dari Hira ke ‘Ukaz membawa muskus. dan sebagai gantinya akan kembali dengan membawa kulit hewan, tali, kain tenun sulam Yaman. Tiba-tiba Barradz tampil sendiri dan membawa kafilah itu ke bawah pengawasan kabilah Kinana. Demikian juga ‘Urwa lalu tampil pula sendiri dengan melintasi jalan Najd menuju Hijaz.
Adapun pilihan Nu’man terhadap ‘Urwa (Hawazin) ini telah menimbulkan kejengkelan Barradz (Kinana), yang kemudian mengikutinya dari belakang, lalu membunuhnya dan mengambil kafilah itu. Sesudah itu kemudian Barradz memberitahukan kepada Basyar bin Abi Hazim, bahwa pihak Hawazin akan menuntut balas kepada Quraisy. Pihak Hawazin segera menyusul Quraisy sebelum masuknya bulan suci. Maka terjadilah perang antara mereka itu. Pihak Quraisy mundur dan menggabungkan diri dengan pihak yang menang di Mekah. Pihak Hawazin memberi peringatan bahwa tahun depan perang akan diadakan di Ukaz.
Perang demikian ini berlangsung antara kedua belah pihak selama empat tahun terus-menerus dan berakhir dengan suatu perdamaian model pedalaman, yaitu yang menderita korban manusia lebih kecil harus membayar ganti sebanyak jumlah kelebihan korban itu kepada pihak lain. Maka dengan demikian Quraisy telah membayar kompensasi sebanyak dua puluh orang Hawazin. Nama Barradz ini kemudian menjadi pribahasa yang menggambarkan kemalangan. Sejarah tidak memberikan kepastian mengenai umur Muhammad pada waktu Perang Fijar itu terjadi. Ada yang mengatakan umurnya jima belas tahun, ada juga yang mengatakan dua puluh tahun. Mungkin sebab perbedaan ini karena perang tersebut berlangsung selama empat tahun. Pada tahun permulaan ia berumur jima belas tahun dan pada tahun berakhirnya perang itu ia sudah memasuki umur dua puluh tahun.
Juga orang berselisih pendapat mengenai tugas yang dipegang Muhammad dalam perang itu. Ada yang mengatakan tugasnya mengumpulkan anak-anak panah yang datang dari pihak Hawazin lalu diberikan kepada paman-pamannya untuk dibalikkan kembali kepada pihak lawan. Yang lain lagi berpendapat, bahwa dia sendiri yang ikut melemparkan panah. Tetapi. selama peperangan tersebut telah berlangsung sampai empat tahun, maka kebenaran kedua pendapat itu dapat saja diterima. Mungkin pada mulanya ia mengumpulkan anak-anak panah itu untuk pamannya dan kemudian dia sendiri pun ikut melemparkan. Beberapa tahun sesudah kenabiannya Rasulullah rnenyebutkan tentang Perang Fijar itu dengan berkata: “Aku mengikutinya bersama dengan paman-pamanku, juga ikut melemparkan panah dalam perang itu: sebab aku tidak suka kalau tidak juga aku ikut melaksanakan.

HILF’L-FUDZUL
Sesudah Perang Fijar Quraisy merasakan sekali bencana yang menimpa mereka dan menimpa Mekah seluruhnya, yang disebabkan oleh perpecahan, sesudah Hasyim dan Abd’l-Muttalib wafat, dan masing-masing pihak berkeras mau jadi yang berkuasa. Kalau tadinya orang-orang Arab itu menjauhi, sekarang mereka berebut mau berkuasa. Atas anjuran Zubair bin Abd’l-Muttalib di rumah Ahdullah bin Jud’an diadakan pertemuan dengan mengadakan jamuan makan. dihadiri oleh keluarga-keluarga Hasyim, Zuhra dan Taym. Mereka sepakat dan berjanji atas nama Tuhan Maha Pembalas, bahwa Tuhan akan berada di pihak yang teraniaya sampai orang itu tertolong. Muhammad menghadiri pertemuan itu yang oleh mereka disebut Hilfl-Fudzul. Ia mengatakan: “Aku tidak suka mengganti pakta yang kuhadiri di rumah Ibn Judan itu dengan jenis unta yang baik. Kalau sekarang aku diajak pasti kukabulkan.”
Seperti kita lihat, Perang Fijar itu berlangsung hanya beberapa hari saja tiap tahun. Sedang selebihnya masyarakat Arab kembali ke pekerjaannya masing-masing. Pahit-getirnya peperangan yang tergores dalam hati mereka tidak akan menghalangi mereka dari kegiatan perdagangan, menjalankan riba, minum-minuman keras serta pelbagai macam kesenangan dan hiburan sepuas-puasnya.
Adakah juga Muhammad ikut serta dengan mereka dalam hal ini? Ataukah sebaliknya perasaannya yang halus, kemampuannya yang terbatas serta asuhan pamannya membuatnya jadi menjauhi semua itu, dan melihat segala kemewahan dengan mata bernafsu tapi tidak mampu? Bahwasanya dia telah menjauhi semua itu, sejarah cukup menjadi saksi. Yang terang ia menjauhi itu bukan karena tidak mampu mencapainya. Mereka yang tinggal di pinggiran Mekah, yang tidak mempunyai mata pencarian, hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ikut hanyut juga dalam hiburan itu. Bahkan di antaranya lebih gila lagi dari pemuka-pemuka Mekah dan bangsawan-bangsawan Quraisy dalam menghanyutkan diri ke dalam kesenangan demikian itu.
Akan tetapi jiwa Muhammad adalah jiwa yang ingin melihat, ingin mendengar, ingin mengetahui. Dan seolah-olah tidak ikut sertanya ia belajar seperti yang dilakukan teman-temannya dan anak-anak bangsawan menyebabkan ia lebih keras lagi ingin memiliki pengetahuan. Karena jiwanya yang besar, yang kemudiàn pengaruhnya tampak berkilauan menerangi dunia, jiwa besar yang selalu mendambakan kesempurnaan. itu jugalah yang menyebabkan dia menjauhi foya-foya, yang biasa menjadi sasaran utama penduduk Mekah. Ia mendambakan cahaya hidup yang akan lahir dalam segala manifestasi kehidupan. dan yang akan dicapainya hanya dengan dasar kebenaran. Kenyataan ini dibuktikan oleh julukan yang diberikan orang kepadanya dan bawaan yang ada dalam dirinya. Itu sebabnya, sejak masa ia kanak-kanak gejala kesempurnaan. kedewasaan dan kejujuran hati sudah tampak, sehingga penduduk Mekah semua memanggilnya Al-Amin (= yang dapat dipercaya).
-------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 57 - 60